Kami tertawa membahasa beberapa lelucon disela perjalanan kami di lorong rumah sakit. Sejenak putaran bumi terasa menyenangkan, mengingat lelah kami hari ini sedikit terbayar, namun kemudian putaran itu terhenti lagi, tepat ketika gadis kecil itu berteriak dengan parau.
"Abangggggg!"
Carla langsung berlari menghampiri Leo dengan boneka beruangnya yang ia tenteng di tangan kiri itu. Leo berlutut dan langsung mendekap Carla yang jelas lebih pendek darinya.
"Abang lama, aku takut," ujarnya lugu dalam isakan yang masih berat.
Aku memandang ke depan, tepat ke arah seorang perawat wanita yang datang menghampiri kami.
"Kenapa ini, Sus?" tanyaku, mengingat Leo masih menenangkan adiknya.
"Tadi pasien nggak sengaja jatuh terpleset di kamar mandi, timbul pendarahan yang cukup banyak, dan sekarang kondisinya masih kurang stabil," perjelasnya. "Tapi dokter udah menanganinya tadi, sekarang pasien sedang istirahat."
"Tapi Mama saya bakal baik-baik aja kan, Sus?" timpal Leo.
Ada sorot pesimis di mata perawat itu. "Kami juga berharap begitu."
Sejenak hening, hanya terdengar suara tangis Carla yang masih parau.
"Adik ini dari tadi menangis. Saya temani di sini dari tadi sore, dia nggak mau makan, diajak main pun nggak mau," perjelas suster itu lagi.
Aku melirik Leo yang kini menatap Carla dengan tegas namun penuh kasih sayang.
"Yaudah, Sus. Makasih yaa, maaf udah ngerepotin," ujar Leo, membuat perawat itu membalas senyumannya.
Terlihat perawat itu nampak sama sekali tidak keberatan. Entah karena memang dirinya berlaku profesional dalam melayani, atau memang dirinya mencoba terlihat tidak kerepotan sama sekali karena sudah mengurus adik kecil dari seorang lelaki tampan.
Namun kemudian perawat itu pergi, ia berjalan ke depan dan mungkin akan melanjutkan pekerjaannya yang lain.
"Kamu belom makan kan dek, ayo makan yuk sama abang," ajak Leo, lalu menggendongnya.
Leo lantas berdiri dari posisinya, berjalan ke depan dengan Carla dalam gendongannya.
Aku awalnya diam pada posisiku. Memilih untuk tidak ikut, karena sepertinya Carla butuh waktu berdua hanya dengan kakaknya.
Tapi kemudian sentuhan tangan itu lebih dulu menarikku. Aku menatapnya, ia tak berkata apa-apa, hanya terus melangkah ke depan dengan aku yang dibawanya.
***
23.56 WIB
Carla sudah lelap di atas sofa dengan balutan selimut dan bonekanya yang ia dekap.
Masih di rumah sakit kini. Suasana hening makin membuat dingin hawa ini. Hanya lampu tidur yang menjadi penerang, aku dan Leo belum terlelap. Sebenarnya bisa saja aku duduk dan memejamkan mata ini, sekalian mengistirahatkan tubuhku yang juga lelah, tapi aku memilih untuk tidak, meskipun Leo sudah berkali-kali berkata 'tidur aja', aku masig tetap enggan.
Karena jika aku tertidur, entah apa yang akan Leo lakukan sendirian nanti. Dia memiliki sifat tidak enak hati kepada orang lain, sekalipun itu aku yang mungkin ia butuhkan untuk sesuatu yang penting, ia akan enggan membangunkan diriku yang nantinya terlelap. Jadi aku memilih untuk tetap bangun, menemaninya berdiam diri hampir dua jam lebih. Ia hanya duduk di kursi di sebelah ranjang tidur Mamanya, sementara aku bersandar pada sisa sofa yang tak direbahi oleh Carla.