Hujan semakin deras, pandangan mata Leo makin samar karena angin dan percikan air langit itu mati-matian menghantamnya. Bajunya sudah habis basah, jalanan yang semakin licin pun masih berani-beraninya ia lewati. Ia tadinya berusaha untuk terus lanjut menyetir dan secepatnya tiba di bandara, tapi air hujan yang kian menderas memaksanya untuk menepi sebentar. Sebentar saja.
Leo buru-buru turun dari motornya dan menepi di bawah atap halte yang sedikit ramai oleh orang-orang yang juga menghindari hujan. Leo membuka helmnya dan mengibaskan rambutnya yang sedikit lepek meski sudah tertutup helm di sepanjang jalan tadi. Ia hela napas, lalu memandang lurus ke depan dan berdoa semoga hujan cepat selesai. Ia mendongak ke langit-langit atap halte yang agak mengkarat. Ah sial, ini halte yang dua tahun lalu menjadi saksi bisu ketika ia menjadikan Keyrina sebagai kekasih.
"Key?"
"Hm?"
"Sekarang tanggal berapa sih?"
"Dua tiga Mei."
"Jam?"
"Lima lewat tiga enam."
"Oke."
"Apa?"
"Dua puluh tiga Mei dua ribu delapan belas jam lima lewat tiga puluh enam sore."
"Ya terus?"
"Kita jadian."
"Hah?"
"Gua nggak nerima penolakan."
Leo menunduk membayangkan masa itu, sedikit geli dengan tingkahnya dua tahun lalu dalam menembak seorang gadis. Ia menggigit bibir bawahnya setelah terkekeh pelan, lalu kembali mendongak dan menatap jalanan di mana hujan masih belum berhenti. Ia yang lelah dan bingung kemudian bergeser semakin dalam dan semakin jauh dari perbatasan antara halte dan jalan raya. Hawa dingin perlahan mulai menyerangnya, namun ia tidak peduli, hanya Key yang ada di pikirannya kini.
"Leo ya?"
Suara pelan seorang perempuan terdengar samar dibanting suara derasnya hujan di hadapan Leo. Namun begitu, ia tetap menoleh, mencari sumber suara yang sepersekian detik tadi membuatnya penasaran.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Ia seakan berhenti bernapas.
Matanya terbelalak lebar, darahnya seakan berdesir dan jantungnya berdegup amat keras. "Key?" gumamnya pelan. Leo lantas menghampiri perempuan itu dan memastikan bahwa yang ia lihat ini bukan halusinasi semata. Dan ia benar.
"Kok lo bisa di sini?" tanya Key singkat.
"Lo yang ngapain di sini? Kata Melly lo ke Jogja."
Key tersenyum kecil, lalu bergeser dan meminta Leo duduk di sebelahnya, lantas Leo menuruti perintah itu.
"Tadinya di sini nunggu bis, eh ujan," kata Key.
