Fly, Leo!

161 29 7
                                        

   "Janji ya nggak bilang mama atau ayah?"

Carla mengangguk.

   "Pinter. Nanti abang beliin es krim."

   Keadaan sudah membaik, Carla pun perlahan dibuat paham oleh Leo. Leo bilang ini permainan anak lelaki, karena lelaki harus bisa kuat untuk selanjutnya membela banyak orang. Leo juga bilang ini bukan permainan perempuan, ia berkata bahwa Carla hanya boleh bermain-main dengan boneka atau properti masak-masakkan miliknya. Leo sama sekali tidak berkata bahwa ini bentuk kerja keras dirinya dalam menghidupi keluarganya. Pembohong.

   "Abang berdarah," kata Carla lugu, melihat wajah Leo yang babak belur. "Dede takut," lanjutnya.

Leo tersenyum. "Masa takut, ini kan abang. Abang nggak bakal jahat sama Carla. Janji deh."

   "Kalo ada orang jahatin dede, abang tolongin enggak?"

   "Pasti lah," Leo mengelus puncak kepala Carla. "Carla kenapa bisa masuk ke dalem sini?" tanyanya.

   "Abang lama. Dede takut sendirian, di luar gelap," percayalah, wajah Carla yang nampak melas terlihat begitu imut. "Carla ikutin jalannya abang, tadi Carla liat abang masup pintu, Carla tadi masuk pintu itu juga, terus nyampe."

   Leo tersenyum begitu lembut, memaklumi sikap anak kecil yang gampang ketakutan dengan ruangan gelap.

   "Sob, duluan ya!"

   Leo yang tadi berlutut di hadapan Carla langsung menoleh dan mendapati Glenn menyapanya. Leo langsung berdiri, lalu membawa Glenn agak menjauh dari sang adik untuk ia ajak bicara sebentar. "Sebentar ya," kata Leo pada Carla. Lantas, sesudah mereka tiba di sudut ruangan yang berjarak hanya beberapa meter dari Carla, Leo memberhentikan langkahnya.

   "Kenapa?" tanya Glenn yang sudah berpakaian rapi untuk pulang.

   "Lo tadi sengaja?" tanya Leo pelan.

   "Apaan sengaja?"

   "Kalah."

Glenn tersenyum kecil. "Yang penting penonton taunya gue kalah beneran."

   "Jadi bener lo sengaja?"

   "Le," gumam Arga. "Gue tau masalah lo lagi banyak, gue nggak mungkin lanjutin pertandingan tadi di depan adek lo yang masih sekecil itu. Kasian dia udah takut, gue nggak mau nanti dia trauma, jadi gue pilih buat selesain secepatnya."

   "Kenapa nggak lo yang nonjok gue?"

   "Gue nggak bisa ngebiarin seorang kakak dianggep lemah depan adek kecilnya."

   Sejenak, Leo agak terkejut dengan alasan Glenn kalah di pertandingan tadi. Senyuman dan anggukan Glenn di dalam ring tadi ternyata sebuah kode agar Leo segera memukulnya untuk kemudian Glenn bersandiwara melemah dan kemudian kalah. Kebohongan yang sederhana, namun memberi dampak besar bagi seorang Leo.

   "Makasih banget, Glenn," kata Leo.

   "Santai kali," kata Glenn. "Kita cuma musuh di dalem ring, Le."

   Leo terenyuh menerima sikap baik itu. Seorang juara bertahan di arena ini, ternyata memiliki sisi malaikat yang tidak akan nampak ketika ia bertanding secara ganas.

   "Gini gini, gue malem ini dapet tujuh puluh lima persen. Kita bagi dua ya?" tawar Leo.

Arga terkekeh. "Nggak usah. Duit gue dari menang pertandingan kemaren-kemaren masih banyak," sombong Glenn, namun itu ia ucapkan agar Leo bisa sepenuhnya menerima bayaran tanpa rasa tidak enak. "Udah ah gue balik. Capek," kata Glenn.

Homesick HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang