.
.
.
.
.
.
Yohan baru turun dari motornya setelah memarkir. Kemudian merapikan pakaian daan rambutnya setelah melepas helm dan jaket. Biarpun hari masih terang, tapi suasana disini terasa dingin dan sejuk, bahkan tergolong dingin.
Kakinya melangkah melewati gapura kecil terbuat dari kayu, sepatu converse nya bergesekan dengan tanah. Yohan mengedarkan pandangannya untuk menemukan orang yang akan Ia temui. Sekalian menikmati suasana kedai kopi yang berada di luar ruangan, lebih tepatnya kedai kopi yang berada di kawasan hutan pinus lereng gunung.
Kakinya terus melangkah sembari melihat ke sekeliling. Pohon pohon, gubuk gubuk kayu tempat memesan menu yang ditata edemikian estetik, lampu-lampu hias yang belum menyala, bangku-bangku dari kayu, ayunan, dan lain-lain. Perpaduan yang sangat memanjakan hati untuk melepas penat.
Baru pertama kali ini Yohan datang ke tempat seperti ini. Kedai kopi outdoor di kawasan hutan pinus. Bila datang kemari pada malam hari, pasti akan lebih indah lagi dengan adanya lampu-lampu dan obor-obor yang menyala di sekitar kedai.
Mata Yohan tertuju pada sesosok laki-laki yang sedang duduk di salah satu bangku sambil menikmati kopinya sendirian. Ia segera mendatanginya.
"Mas Donghan!" Sapa Yohan kemudian tersenyum dengan senyumannya yang begitu khas.
"Oh, Yo, sini. Udah pesen belum?" Donghan yang sedari tadi memainkan ponselnya sambil menyeruput kopi pun tersadar dan mempersilakan pada Yohan.
"Belum Mas. Yang recomended apa disini? Aku baru pertamakali kesini." Jawab Yohan sambil mengambil duduk di hadapan Donghan. Sebuah bangku dari bongkol kayu tua yang ditata sedemikian rupa.
"Disini sih kopi nya yang enak." Jawab Donghan.
"Ada susu hangat aja nggak Mas? Aku nanti deg deg an minum kopi." Yohan kembali nyengir.
"Ada kok. Mas!" Panggil Donghan setelah menjawab pertanyaan Yohan.
"Iya Mas? Ada yang bisa dibantu?" Ucap seorang laki-laki yang dipanggil Donghan tadi.
"Saya nambah roti bakar coklatnya ya mas 2. Susu hangatnya satu, sama air mineral 1. Makasih." Laki-laki tadi undur diri setelah paham dengan pesanan terbaru Donghan.
Terjadi keheningan beberapa saat diantara keduanya. Baik Yohan maupun Donghan, tidak ada yang memulai percakapan. Donghan masih sibuk dengan pemikirannya, Yohan sedang bingung dengan sikap kakaknya yang berbeda. Ia masih takut bila nantinya salah bertindak.
"Disini dingin ya Mas. Aku baru tahu kalau di Kota ini ada tempat kayak gini. Mas udah kesini berapa kali?" Mulai Yohan berbasa-basi.
"Udah sering sih. Anak JBJ beberapa kali ngisi disini pas masih awal-awal dibuka. Tapi nggak selama itu juga. Ini palingan baru 6 bulanan dibuka." Jawab Donghan. Nadanya santai dan ringan. Ekspresinya juga lunak membuat Yohan semakin bertanya-tanya apa yang membuat kakaknya menjadi seperti ini.
"Yo, Mas mau minta maaf." Ucap Donghan tiba-tiba ketika Yohan masih sibuk menikmati sejuknya udara pegunungan.
"Hah? Gimana mas?" Yohan memusatkan atensinya.
"Mas mau minta maaf selama ini Mas udah berbuat nggak baik sama lo. Maaf Mas selalu egois, dan menutup diri dari lo. Permasalahan-permasalahan yang lalu itu, kita lupain ya Yo? Mas pengen memulai dengan lebih baik." Yohan tersentak. Mengapa Kakak tirinya ini tiba-tiba bersikap seperti ini? Jujur Yohan senang, karena ini berarti Donghan akan lebih memperkatikannya. Tapi Yohan juga perlu mengerti apa yang melatar belakangi perubahan sikap kakaknya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW PAGE ( Kim Donghan & Jung Yein )
FanfictionTidak semua kisah memiliki awal yang baik. Begitu pula dengan kisah antara aku dan kamu. Semua yang terjadi di masa lalu sungguh membuatku malu. Malu padamu, malu dengan diriku. Semua seakan terasa mustahil berjalan dengan baik. Tapi karena aku mel...