Awal yang baru

343 38 24
                                    

.
.
.
.
.
Suara dentingan peralatan dapur dan aroma sedap masakan menguar ke seluruh penjuru ruangan. Mengaktifkam indera pembau laki-laki yang sedang bergelung manja di kasur, hingga akhirnya Ia sadar bahwa hari sudah pagi.

Laki-laki itu Kim Donghan, seorang mahasiswa yang baru satu bulan ini masuk kuliah semester 3 manajemennya. Ia kini dengan tiba-tiba bangun dari tidurnya, dengan wajah kumal dan rambut berantakannya, dia kemudian menoleh ke sekeliling, setelah kesadarannya kembali, Ia segera bangun dan melangkah sedikit gontai kearah kamar mandi.

30 menit berikutnya Donghan sudah rapi dan wangi. Ia keluar dari dalam kamar sambil menyisir rambutya dengan jari jari tangan, kemudian berkaca di sebuah cermin panjang yang tersandar di dekat dapur. Ia tampak kasual dan segar dengan kaos hijau neon dan jaket denimnya.

"Udah bangun Han? Tadi mau bangunin kayanya lo capek banget jadi yaudah gue biarin" Tegur seorang perempuan di dapur yang masih sambil sibuk menata sarapan di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah bangun Han? Tadi mau bangunin kayanya lo capek banget jadi yaudah gue biarin" Tegur seorang perempuan di dapur yang masih sambil sibuk menata sarapan di meja.

"Kemaren sampe malem banget ya? Gue nunggu lo pulang, tapi malah ketiduran." Lanjutnya karena Donghan hanya diam tanpa membalas. Raut wajahnya datar dan tampak mengacuhkan.

"Kemaren sore Ibu juga dateng, sama Yohan. Nanyain lo, gue bilang kalo lo lagi ketemu sama temen temen JBJ lo." Sekali lagi Ia melanjutkan dan Donghan masih tetap diam di depan cermin.

Beberapa detik kemudian Donghan mulai melangkahkan kakinya tanpa menyahut sepatah kata pun.

"Donghan  mau kemana? Sarapan dulu gue udah buatin tumis kangkung nih!" Seru perempuan itu ketika melihat Donghan mulai melenggang pergi.

Langkah kaki Donghan terhenti sejenak. Ia mengerjapkan mata sambil menghela napas beberapa saat. Lalu membalikkan badan.

"Yein, tolong lo nggak usah ikut campur urusan gue. Masih inget kan alasan utama kenapa akhirnya lo dan gue disini? Nggak usah pura-pura baik dan perhatian."

Intonasinya datar, dengan raut yang juga datar. Semua itu membuat perempuan yang dipanggil Yein tadi pun akhirnya hanya diam pasrah.

Begitulah suasana unit ini sejak pertamakali dihuni oleh mereka berdua dua minggu yang lalu. Dingin, hambar, datar, tanpa keharmonisan. Padahal mereka berdua adalah sepasang suami istri sejak itu.

Singkatnya, mereka bukanlah pasangan yang saling mencintai. Mereka hanyalah pasangan korban dari perjodohan paksa orang tua mereka. Khas dengan intrik politik dan bisnis tentunya.

Karena Donghan juga bukanlah orang yang bodoh, tentu saja Ia memberontak, ini bukan tentang menikah muda atau apapun itu katanya, tapi ini tentang perasaan. Dalam prinsipnya, Donghan tidak ingin seumur hidupnya habis untuk tinggal bersama orang yang tidak dicintaiya. Namun sayangnya, prinsip itu kini tinggal lah prinsip, yang hanya ada tapi tidak bertuan.

Yein juga bukan orang yang bodoh, tapi dia terlalu lugu, dan itulah yang membuatnya tampak bodoh. Sejak awal dia memang tidak pernah bisa membantah apa yang diperintahkan orang tua kepadanya.

NEW PAGE ( Kim Donghan & Jung Yein )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang