Kehangatan Yang Telah Lama Hilang

125 24 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Hari ini memang sudah diniatkan oleh Donghan dan Yein untuk berkunjung kerumah orang tua mereka. Pagi kerumah orang tua Donghan, dan langsung dilanjutkan nanti kerumah orang tua Yein. Selama menikah, mereka belum pernah berkunjung bersama-sama. Dan sebelum kegiatan mereka semakin padat, maka mereka menyempatkan diri untuk mengunjungi orang tua terlebih dahulu.

Baru saja Yein turun dari mobil dan menunggu Donghan berjalan memutar dari mobilnya, dan mereka sudah disambut oleh Ibu Donghan yang tersenyum sumringah menyongsong mereka.

"Duh, akhirnya anak dan mantuku datang kerumah juga." Ucapnya sambil memeluk Donghan dan Yein bergantian.

"Maaf Ya Bu, kami baru berkunjung sekarang."Ucap Yein.

"Nggak apa-apa, kita juga paham kok kalian banyak kesibukan." Ibu Donghan merangkul Yein dan mereka berjalan berdampingan.

"Sarapan ya? Ibu udah bikin masakan yang enak buat sarapan kita." Ucap Ibu Donghan.

"Ada telur orek Bu?" Tanya Donghan.

"Oh, ada. Itu kan menu wajib kamu kalau sarapan." Jawab Ibu Donghan segera. Seketika mengingatkan Yein pada peristiwa ketika Donghan meludahkan telur orek buatannya bulan lalu. Rasanya masih sangat sakit ketika mengingat itu adalah masakan yang dibuatnya sepenuh hati dan Donghan memperlakukannya dengan sangat tidak baik. Tapi kemudian Yein berpikir lagi, bahwa seseorang pasti memiliki selera yang berbeda dengan orang yang lain perihal rasa masakan.

Mereka sudah berada di ruang makan yang luas. disebelah kanan ruang makan terdapat pintu menuju luar yang langsung menghadap taman. Ada kolam ikan hias disana sehingga gemericik airnya terdengar hingga dalam ruang makan. Suara kicauan burung juga terdengar indah dari luar sana. Begitu menyejukkan.

"Halo, pengantin baru." Ayah Donghan yang berperut sedikit gembul itu tiba-tiba muncul dari arah taman sambil menenteng semprotan air botol di tangan kirinya.

"Ayah.." Ucap Yein kemudin segera menyongsong mertuanya itu. Begitu pula dengan Donghan meskipun ekspresi Donghan tidak tampak sumringah. Berbeda dengan Yein yang tampak tersenyum manis pada siapapun.

"Padahal rencananya hari ini Ayah sama Ibu mau ke tempat kalian. Tapi karena semalam Donghan nelpon ke Ibunya mau kesini sama kamu, ya akhirnya nggak jadi berangkat. Yaudah deh Ayah mandiin piaraan aja." Ayah Donghan menunjukkan botol semprotan yang ditentengnya tadi. Mengisyaratkan bahwa beliau memelihara burung-burung. 

"Ayah masih sempat mandiin piaraan?" Yein sedikit terkejut dengan penuturan mertuanya. Karena setahu Yein, mertuanya itu cukup sibuk dengan kegiatan politis dan bisnisnya.

"Ya nggak tiap hari, lebih sering nyuruh. Tapi kan kebetulan hari ini libur, longgar, dikunjungi menantu pula. Ya senang sekaligus bisa santai." Ucap Ayah Donghan sambil menunjukkan tawanya. Beliau meletakkan botol tadi di wastafel dapur kemudian mencuci tangannya. Lalu mengambil duduk di kursi utamanya.

"Yohan bilang kamu sibuk di Festival FEB Han?" Ayah Donghan menujukan pertanyaannya pada Donghan yang duduk di kursi sebelah kanannya.

"Iya Yah." jawabnya singkat.

"Sibuk ya sibuk, tapi harus inget pulang. Ingat sekarang kamu punya tanggung jawab besar, jangan asal-asalan seperti dulu. Adikmu Yohan itu kampusnya lebih jauh dari kamu tapi lebih milih tinggal dirumah. Nemenin Ibumu. Dia sibuk juga, tapi tetep nyempetin pulang dan ngasih kabar." Ucap Ayah Donghan. Sebenarnya Donghan benci jika seperti ini. Mengapa harus selalu Yohan yang disebut ayahnya dihadapannya? Hatinya sakit, terlebih lagi ayahnya melakukan itu di hadapan Yein, istrinya. Harga dirinya terasa jatuh oleh kalimat-kalimat ayahnya.

NEW PAGE ( Kim Donghan & Jung Yein )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang