.
.
.
.
.
.
.
Terhitung sudah empat hari sejak meninggalnya Kyulkyung. Namun tentunya duka yang mendalam masih dirasakan oleh pihak keluarga dan orang-orang terdekatnya, tak terkecuali Eunseo, Chanwoo, Yein, terutama Donghan. Ia seakan masih syok dan tidak bisa menerima kepergian Kyulkyung sama sekali. Setelah pemakaman Kyulkyung berakhir, Ia pulang dengan kondisi yang sangat kacau. Apalagi berita kematian itu didapatnya setelah Ia baru saja selesai merampungkan acara besar.Yang dirasakan Donghan sekarang hanyalah sebuah kehancuran. Hatinya hancur, pikirannya kacau, dan semuanya tampak begitu gelap seperti tanpa cahaya. Empat hari terakhir Ia samasekali tidak bisa dihubungi, dan bahkan dia sudah melewatkan 4 mata kuliah tanpa keterangan. Chanwoo dan Eunseo sudah berusaha menghubunginya, namun tetap nihil, begitu pula ketika kemarin Chanwoo dan Eunseo berkunjung kerumahnya. Ibu Donghan hanya menjawab bahwa Donghan perlu menenangkan diri dulu tanpa mau memberitahu dimana Donghan sekarang. Apakah di rumah? Atauhkah di apartemen barunya yang belum diketahui alamatnya oleh Chanwoo dan Eunseo.
Hingga hari ini pun, Donghan masih mengurung diri di kamar. Ia tidak mau berinteraksi dengan siapapun. Ia hanya keluar untuk ke dapur mengambil minum lalu kembali lagi ke kamar. Begitu terus.
"Han, makan ya. Gue masakin telur orek nih. Kali ini dijamin nggak keasinan, gue udah minta resep langsung dari Ibu lo." Ucap Yein berharap Donghan akan menggubrisnya dan memakan makanannya. Namun ternyata Donghan meolaknya bahkan ini sudah yang ke sekian kalinya sejak Ia pulang. Malah Ia semakin merapatkan selimutnya dan menutupi sekujur tubuhnya.
Yein merasa prihatin dengan keadaan Donghan sekarang. Apalagi saat mereka pertamakali datang ke rumah duka pagi-pagi buta hari itu.Flashback on
Donghan berjalan cepat dari mobilnya menuju kedalam rumah, dan setelah sampai di ambang pintu, Ia sudah bisa melihat keluarga besar Kyulkyung sudah hadir disana. Mama Kyulkyung duduk disebuah kursi didampingi saudarinya yang terus merangkulnya erat. Matanya sembab dan wajahnya bengkak.
Ditengah ruangan, Kyulkyung terbaring lemah dengan senyum tipis tersungging di bibirnya. Dibelakang punggung Donghan, tangis Eunseo dan Yein langsung pecah sehingga Chengxiao yang berada disana turut merangkul mereka berdua. Chanwoo juga terus menitikkan air mata dan menundukkan wajahnya. Ia tak kuasa melihat jenazah sahabat tersayangnya. Donghan masih melangkahkan kaki mendekati Kyulkyung. Matanya merah dan nanar, perlahan buliran-bulira airmatanya meleleh.
"Kyung...." Panggilnya pelan saat berada tepat di samping jenazah yang wajahnya masih terlihat.
"Happy 4th Year Anniversary" Ucapnya kemudian jatuh lemas disamping jenazah Kyulkyung. Ia sudah tidak bisa mengontrol lagi. Tangisan Donghan terdengar begitu pilu dan menyayat hati. Chanwoo ikut duduk hingga memeluk Donghan erat, Ia berusaha menguatkan Donghan untuk menghadapi semua kenyataan pahit ini.
"Chan, Lo udah siapin kadonya, tapi kenapa Kyung malah pergi?" Isak Donghan sambil menangis dan itu malah semakin membuat Chanwoo bercucur air mata lagi.
"Han, tanggal ini gue anniv sama Kyung, tapi kok dia ngasih hadiah gue kayak gini?" Semua itu terdengar begitu pilu dan menyayat hati. Bahkan bagi Yein yang mendengar semua perkataan Donghan pun, Ia juga bisa merasakan betapa hancurnya hati Donghan saat ini. Tapi sayangnya kematian tidak pernah menunggu kesiapan. Namun pasti datang menjemput.
Flashback off
"Han lo makan ya? Udah empat hari gue nggak liat lo makan, seenggaknya dikit sesendok dua sendok. Lo nggak boleh sakit." Yein masih mencoba membujuk Donghan. Namun tiba-tiba Donghan muncul dari balik selimut, menyahut piring di tangan Yein dan melemparkannya ke lantai.
PRANGGG
Yein sangat terkejut bahkan sampai berteriak. Namun Donghan hanya menatapnya penuh kebencian. Dengan kondisinya yang amat sangat kacau, tatapan yang penuh amarah dan mengerikan, serta mata yang masih sembab dan merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW PAGE ( Kim Donghan & Jung Yein )
FanfictionTidak semua kisah memiliki awal yang baik. Begitu pula dengan kisah antara aku dan kamu. Semua yang terjadi di masa lalu sungguh membuatku malu. Malu padamu, malu dengan diriku. Semua seakan terasa mustahil berjalan dengan baik. Tapi karena aku mel...