Sesuatu Yang Ia Takuti

128 24 0
                                    

.

.

.

.

.

.

Sudah sekitar 15 menit perjalanan dengan suasana siang menjelang sore yang lebih dingin dari biasanya. Gerimis kecil turun, juga dengan langit mendung yang seolah-olah mengatakan bahwa mereka sudah siap menumpahkan dirinya.

Belum ada percakapan yang terjadi diantara kedua insan di dalam kendaraan itu. Donghan masih fokus dengan kegiatan mengemudinya, juga Yein yang sedari tadi hanya membuka dan mengunci kembali layar ponselnya tanpa alasan pasti. Tidak ada notifikasi pesan, panggilan, social media, atau apapun lainnya.

Sejak kejadian di kamar Donghan tadi, kini keduanya menjadi sedikit canggung. Yein bingung bagaimana memulai percakapan, dan Donghan juga bingung bagaimana Ia menghadapi Yein setelah ini, karena yang tadi itu spontan Ia lakukan.

Perjalanan mereka berujung pada sebuah rumah besar mewah yang terletak diujung jalan perumahan. Donghan sudah selesai memarkir mobilnya, kemudian mereka berdua masuk kedalam rumah disambut oleh Mama dan Papa Yein beserta beberapa kepala asisten.

"Hai sayaang akhirnya mampir juga kamu." Ucap Mama Yein seraya memeluk dan mencium pipi Yein.

"Donghan, gimana kabarnya nak?" Lanjutnya sambil memegang kedua lengan Donghan dan menatapnya bahagia.

"Kita berdua baik kok Ma, Pa," Jawab Donghan.

"Yuk, kita masuk. Kita ngobrol sambil minum teh di belakang." Ajak Papa Yein dengan senyum sumringahnya. Beliau berjalan berdampingan dengan Donghan diikuti Mama Yein dan Yein.

"Gimana Han? Lancar kan kuliahnya?" Tanya Papa Yein.

"Lancar Pa, kadang malah dibantu Yein juga." Jawab Donghan yang tidak disangka-sangka oleh Yein.

"Iya? Yein nggak ngrepotin kan Han? Maklumin ya, Yein itu anak bungsu." Mama Yein berujar.

"Enggak kok Ma, malah Donghan banyak dibantu sama Yein." 

Mereka berempat sudah berada di teras belakang yang cukup luas, ada halaman yang menghampar berwarna hijau dengan berbagai tanaman hias disana.

"Kayanya sebentar lagi hujan. DI teras saja ya?" Papa Yein menawarkan sambil tidak sengaja memegang lengan kanan Donghan.

"Wah, lengan kamu bagus juga ya Han. Rajin olahraga pasti." Puji Papa Yein sambil memijat-mijatnya.

"Ah, enggak kok Pa. Ini gara-gara sering angkatin galon aja. Di apart, di kampus, di toko, di sekret." jawab Donghan malu-malu.

"Lho memangnya kamu ini sambilannya tukang galon Han?" Papa Yein berkelakar.

"Hahaha, iya Pa, Donghan biasanya kalo pas Minggu atau hari libur gitu." Donghan semakin membuat guyonan. Papa dan Mama Yein tertawa, dan Donghan dapat melihat sekilas bahwa Yein juga ikut tertawa kecil karena guyonannya.

Mereka duduk santai mengitari meja bundar dengan empat kursi disekelilingnya. Diatasnya telah tersaji beberapa makanan ringan dalam toples, teh dalam cangkir, serta buah-buahan segar.

"Oiya Han. Outlet baru di Jalan Veteran itu punya kamu? Papa lama nggak lewat situ, kemarin lewat kok ada "Outlet Ungu" gitu." Papa Yein menyesap tehnya sedikit.

"Sambil diminum loh ya tehnya, ini barusan tadi kalian datang, Mama baru selesai bikin." Ucap Mama Yein memotong.

"Iya Ma.." Jawab Donghan, sedang Yein hanya mengangguk kemudian memilih mencomot anggur di meja.

NEW PAGE ( Kim Donghan & Jung Yein )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang