One More Truth

139 20 2
                                    

.

.

.

.

.

"Kok lo hapal banget sama tempat-tempat penyimpanan disini Ye? Udah pernah kesini sebelumnya?" Tanya Eunseo dengan kening berkerut.

"Oh, ya kira-kira aja sih hehe. Kan dirumah gue juga suka bikin-bikin masakan gitu." Yein mengelak.

"EEEEEUUUUNNN LO MAU YANG MANA KOPINYA BURUAN!" Vernon tiba-tiba berteriak.

"Sebentar ya Ye." Eunseo meninggalkan Yein, namun kemudian giliran Jungkook yang datang.

"Gue aja yang bantuin. Gue juga bisa masak kok." Jungkook memakai clemeknya.

"Yaampun kak, cuma masak indomi doang kok, ya wajar lah." Yein terkekeh.

Dari ruang depan, Donghan masih bisa melihat kearah dapur, dan rasa cemburunya kembali bergejolak hebat. Padahal, dulu di dapur adalah salah satu momen tidak terlupakan baginya dengan Yein. Ketika Ia ketakutan gara-gara seekor kecoa. Kini malah Ia melihat istrinya itu sedang asik memasak berasama sambil bercanda, bahkan di dapur yang sama. Donghan benar-benar cemburu.

.................................

Indomi pedas sudah siap. Ruang depan segera ditata sedemikian rupa supaya lebih luas. Sofa dipinggirkan, hingga menyisakan meja panjang dan rendah di tengah ruangan. Meja yang awalnya telah penuh dengan berbagai makanan itupun kini semakin bertambah penuh karena sepanci indomi pedas dengan ekstra telur.

Yein mengambil duduk disebelah Yeeun, dan dengan segera Donghan mendudukkan diri disebelah Yein. Ketika itu, Jungkook sudah hampir mendahuluinya, namin kini Ia hanya menyisakan raut wajah sedikit kecewa karena Donghan lah yang mendapatkan tempat duduk disisi Yein.

Mata Chanwoo dan Eunseo tidak sengaja menangkap gerak-gerik Donghan yang tampak tak biasa. Tingkah Donghan begitu aneh meskipun mereka berusaha berpikir bahwa itu adalah hal yang biasa. Namun, jika mengingat kebiasaan Donghan di masa lalu, rasanya tetap ganjil.

"Yaaayyyy makan-makaaan!!" Sujeong berseru diikuti yang lain. Kemudian mereka mulai menyerbu makanan yang mereka sukai.

"Kayaknya hujan deh ya?" Vernon bertanya.

"Iya, udah mekin deres kayaknya. pas gue nyampe tadi gerimis soalnya." Eunseo menjawab.

"Hmmm pantesan indomi nya jadi lima kali lebih enak." Younghoon kembali menyumpit mi dalam panci dan menaruhnya di mangkuknya.

Semua orang tampak menikmati hidangan yang beraneka ragam. Mulai dari menu utama indomie pedas ekstra cabai dan telur, lalu bakso, ayam goreng, cappucino ice, es kelapa muda, dan lain-lain.

"Uhuk-uhuk." Tiba-tiba Yein terbatuk saat menelan indomi pedasnya.

"Gapapa lo Ye?" Yeeun tampak panik. Dan dengan sigap, Donghan segera menuangkan air putih untuk minum Yein.

Mata Eunseo kembali menangkap tingkah laku aneh Donghan. Meskipun dia tidak yakin. Mungkin saja Donghan melakukan itu karena Yein memang tepat berada di sebelahnya. Tapi jika mengingat Donghan sendiri yang memilih tempat disitu, itupun juga sudah terhitung aneh. Hal yang sama terjadi kembali ketika Yein tampak kebingungan sambil menutup bibirnya dengan tangan. Tanpa melihat kearah Yein, Donghan segera menarikkan beberapa lembar tisu untuk Yein dan Yein berterima kasih untuk itu. Lalu ketika Yein terdiam setelah menelan suapan terakhirnya, tanpa dipinta, Donghan kembali menuangkan air putih untuk Yein minum.

Dari sudut lain, ternyata Younghoon juga memperhatikan keanehan mereka berdua. Younghoon merasa jauh lebih dulu mengenal Yein dibanding Donghan yang setahunya baru akhir-akhir ini mengenal Yein. Namun Younghoon tidak merasa diriny bisa paham sedetail itu keperluan Yein tnpa harus Yein mengatakannya. Younghoon mengenal Yein lebih dari 3 tahun terakhir saat Yein di klub panahan yang mereka ikuti bersama. Tapi chemistrynya tidak sebaik itu.

NEW PAGE ( Kim Donghan & Jung Yein )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang