Bagian 11

2.3K 169 2
                                    

Tiba saatnya makan malam, dengan cepat sakura dan para gadis menyiapkan makan malam untuk di makan bersama-sama.

" Tinggal sedikit lagi." Sakura telah selesai memasak ayam dan membuatnya terlihat sangat lezat.

Tak dapat di pungkiri jika sakura tak bisa memasak, tapi gadis berusia 20 tahun ini telah belajar sangat banyak sejak mengenal Hinata yang jago memasak dan banyak membantunya untuk belajar memasak.

" Wah.. baunya enak lho.." Ino dengan senyum merangkul sakura dari belakang, terselip tanda tanya dalam tatapan Ino pada sakura, mungkin.. " apakah dia bisa masak dengan lezat ?" Yah.. mungkin.

" Baiklah, semua sudah selesai memasak kan ? Ayo kita bawa ke meja." Hinata dengan cepat membawa beberapa nampan dalam tangannya.

Melangkah dengan sangat hati-hati namun cepat, para gadis berjuang yang terbaik agar masakan mereka lezat, banyak yang menunggu mereka membuat mereka tak ingin mengecewakan. Terlihat dalam tatapan lapar para lelaki di meja makan.

" Wah.. tampaknya lezat." Naruto dengan senyuman merangkul Hinata yang telah selesai menaruh makanan di meja.

" Aku tau kau lapar, Naruto. sudah.. ayo kita makan dulu." Ucap Hinata sambil memberikan semua orang piring dan makanan.

" Hinata sudah menyiapkan dirinya agar menjadi istri idaman dan yang terbaik, aku juga harus cepat-cepat menikah, nih.." tenten berucap sambil melipat tangannya. Di antara yang lain, hanya dia yang belum mendapatkan seseorang untuk menjadi ' Kekasih ' nya.

" Fighting " Hinata dan sakura dengan semangat mengatakan hal itu.

" Kalau sudah ketemu jangan lupa berikan undangannya, ya ?" Ucap sakura dengan menutup mulut, tertawa.

" Baiklah.. "

" Jangan lupa untuk membuat suamimu cinta padamu, selama ini kau bersikap seperti laki-laki. Entah kenapa aku yakin tak ada yang suka padamu karena tingkah laki-laki milikmu." Semua menoleh pada sumber suara.

Tayuya dengan senyum miring mulai menunjukkan sisi lainnya, sakura dan semua gadis mulai menunjukkan wajah tak suka pada gadis berusia 22 tahun itu.

" Jangan lupa, sudah 18 pacarku yang kau rebut, pelacur. Seharusnya aku sudah menikah sekarang." Tenten membalasnya ucapan Tayuya dengan kata-kata yang menurutnya pantas.

" Jangan melewati batasan, pelacur gila." Hinata langsung bertepuk tangan mendengar kata-kata tenten yang menyakitkan, dengan tertawa lebar Hinata membuat semua pandangan mengarah kepadanya sekarang.

" Haha.. lucu, bagus." Dengan menunjukkan jempol nya, Hinata membuat tenten tersenyum miring.

" Dasar, "

" Tayuya. Jangan melewati batasan, jangan lupa kau berada di mana." Hinata dengan cepat memotong kata-kata yang akan di katakan oleh Tayuya.

Emosi Tayuya sudah tak bisa di kendalikan lagi, dirinya mengebrak meja dengan kasar lalu beranjak pergi.

" Baiklah, aku sudah lapar. Ayo makan." Hinata dengan cepat menyiapkan segalanya untuk makan, semuanya makan dengan tenang tanpa suara.

" Masakannya enak." Sakura memberikan pujian sederhana untuk sahabatnya itu, masih terpikir di benak sakura tentang apa yang terjadi tadi.

Tak ingin buat masalah, lebih baik sakura Diam atau mendapatkan cacian juga.

" Terima kasih atas makanannya." Temari beranjak dari kursinya setelah makan, pergi dari sana tanpa melihat ke belakang.

" Dia selalu saja begitu." Hinata hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat temannya Temari yang meninggalkan meja makan begitu saja.

.
.

Setelah semua selesai makan, Hinata, Ino dan sakura mencuci semua piring. Tak ada pembicaraan di antara mereka membuat suasana sangat hening.

Setelah melakukan pekerjaan mencuci piring, mereka menyelesaikan semua pekerjaan yang ada dengan cepat karena sudah malam.

Tiba-tiba, sai datang kesana dengan membawa segelas air yang kosong, sudah dapat di tebak jika pria itu ingin mengambil air.

Sai melihat kesana kemari mencari pacarnya Ino, " dimana Ino ?" Tanya Sai setelah melihat kesana kemari dan ternyata tidak menemukan gadis pirang itu.

" Dia ? Entah, tadi dia bersama kami." Ucap Hinata sambil menatap ke arah ponselnya, setelah Melakukan segalanya wanita ini langsung beranjak dari sofa dan ingin ke kamarnya.

Tiba-tiba Hinata menghentikan langkahnya dan berbalik menatap sakura yang juga belum selesai, " kapan kau selesai ?"

" Sebentar lagi, pasti." Balas sakura cepat.

" Selamat malam." Ucap sakura dengan melambaikan tangan pada Hinata.

" Hn.."

.
.

Malam berjalan dengan sendirinya, suasana di rumah SAINHISU benar-benar dingin, sakura merenung di halaman depan.

Memikirkan tentang percakapan yang tadi di bicarakan oleh tenten dan Tayuya. Sakura merasa bahwa tenten tidaklah salah kerena membela dirinya sendiri. Tapi.. sakura juga merasa bahwa tak ingin menyalahkan Tayuya, padahal sakura jelas masih ingat semuanya, hal yang di lakukan kakaknya pada teman-temannya.

" Tidak usah banyak pikir," sakura sontak kaget mendengar suara yang tiba-tiba saja sudah ada di sebelahnya. Melihat dengan jelas siapa yang ada di sebelahnya malam-malam begini.

" Nee-san ?"

" Tidak usah takut begitu, imouto sayang." Ucap Tayuya dengan membelai rambut sakura lembut.

" Seandainya kau selalu begini, nee-san." Sakura menangis, merasakan belaian kasih sayang untuk pertama kali membuatnya sangat senang.

" Ada yang harus aku bicarakan, denganmu." Ucap Tayuya sambil tersenyum, duduk di sebelah sakura dengan tak melepaskan tangannya yang membelai kepala sakura.

" A- ada apa ?" Tanya sakura yang binggung melihat sikap kakaknya yang sangat berbeda dari biasanya.

" Kau sudah dewasa, imouto." Pujian dari sang kakak membuat sakura tersenyum kecil meskipun tau jika ada yang salah.

Entah sang kakak mabuk atau salah minum obat, tapi sakura yakin ada maksud dari perlakuan dan kata-kata lembut dari kakak perempuannya.

" Kau sudah berusia 20 tahun, kau pasti akan mengerti apa yang akan aku katakan padamu." Sakura semakin binggung dengan perkataan aneh kakaknya, sangat jelas tapi juga sangat membingungkan.

" Apa kau bicarakan, nee-san ?" Sakura sama sekali tak mengerti apa yang akan di katakan oleh kakaknya, jarang sekali sakura merasakan sikap lembut, apalagi sekarang merasakan belaian dari sang kakak untuk bersama kalinya.

" Dengar, Kaasan menyimpan sebuah rahasia yang aku yakini kau sendiri tak tau. Aku sudah mengetahui ini lama, hanya menunggu saat yang tepat untuk memberi tahu dirimu."

Sakura hanya diam dan mendengarkan apa kata kakaknya, sakura yang dari awal memang sudah penasaran hanya mendengarkan tanpa suara. Tak ingin menganggu perkataan kakaknya membuat sakura ingin bertanya tapi lebih baik dia diam saja.

" 20 tahun yang lalu, kau lahir. Dan ibumu tiada saat melahirkan dirimu."

" Ayah dilanda kesepian dan juga ingin agar putrinya mempunyai seorang ibu."

" Akhirnya ayah menikah lagi, dengan ibuku, Haruno Mebuki. Gadis cantik kaya raya dan juga sahabat ayah sejak kecil."

" Kita hanya berbeda satu tahun, karena itu aku kakakmu dan kau adikku."

" Jika sekian lama ini kau bertanya, kenapa nee-san sangat membenci diriku ?, Itu karena kau bukan adik kandungku. Itulah jawabannya. Faham ?"

" Fa- Faham."














































TBC.

VOTE N COMMENT NYA JANGAN LUPA.





TIDAK SENDIRI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang