01. Dia Renjun?

21.3K 1.4K 242
                                    

Ini bukan cerita klasik yang awal pembukaanya dengan narasi tentang keadaan hari yang cerah dengan satu matahari yang tersenyum hangat kearahmu, bukan juga tentang seorang gadis yang bangun terlambat dengan alaram berisik yang terus berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini bukan cerita klasik yang awal pembukaanya dengan narasi tentang keadaan hari yang cerah dengan satu matahari yang tersenyum hangat kearahmu, bukan juga tentang seorang gadis yang bangun terlambat dengan alaram berisik yang terus berbunyi. Namun di sini semuanya sudah berlalu, sungguh benar-benar berlalu sampai dia lupa kapan terakhir kali bangun terlambat.

Kalau Renjun dingin maka Rain itu hangat seperti kebanyakan penulis bilang bahwa dia akan sehangat mentari pagi dan dengan Renjun sedingin bongkahan es di kutub utara yang bahkan akan mencair nantinya. Tapi itu bukan arti dari nama mereka, karena Rain sendiri berarti hujan maka Renjun harus jadi pelanginya.

Hari ini, ujian akhir sekolah sudah dilakukan dan hanya menunggu keputusan akhir untuk lulus atau tidaknya tapi bukan salah satu dari dua orang ini yang akan lulus, melainkan Mark yang selalu Renjun anggap sebagai pengganggu hubunganya dengan Rain, namun Renjun sendiri bingung entah apa yang menyebabkannya tidak menyukai keberadaan Mark didekat Rain meski dia sama sekali tidak memiliki hak untuk cemburu.

Kelulusan Mark memberi tanda bahwa harus ada yang naik tahta sebagai ketua osis untuk menggantikan jabatanya, ya siapa lagi kalau bukan Renjun, dia harus menyerahkan tahta dan tugas yang telah lama ia emban, lalu jangan lupakan Rain yang kini terlihat sedang berjalan di koridor yang sepi dengan langkah kaki yang bisa dibilang sedikit berlari, jangan lupakan senyuman indahnya dan sedikit tawa yang lolos dari bibirnya.

"Renjun! Lo mau kemana?" ucap Rain yang tadi berlari-lari kecil, kini berhenti di hadapan Renjun dengan dahi berkerut menatap laki-laki dengan almamater yang sedikit berantakan itu. Tidak biasanya Renjun begini.

"Gue? Mau balik ke kelas, gue lupa kalo besok masih harus ngurus buat MPLS" jawaban dari laki-laki ini membuat Rain jadi makin bingung, bukankah Renjun sudah turun dari jabatanya sebagai ketua osis?
Lalu kenapa ia masih sibuk mengurus MPLS?

Semakin banyak pertanyaan yang ada di otak Rain sehingga membuat Renjun mendapatkan sinyal-sinyal untuk menjawab pertanyaan Rain meski dia tak bertanya.

"Doni belum bisa maju sebagai ketua osis karena belum pemilihan jadi masih gue yang harus ngurus MPLS" karna sudah mendapatkan jawaban yang ia inginkan maka Rain hanya membentuk kedua bibirnya menjadi huruf O bulat.

Merasa sudah tidak ada urusan dengan Rain lagi, Renjun memutuskan untuk pergi ke kelasnya namun Rain menarik kerah bajunya, sampai-sampai ia hampir saja terjelembab kebelakang. Andai saja Rain bukan wanita pasti ia sudah Renjun hajar.

"Ih...Njun nanti dulu, kan kita sekelas kenapa main nyelonong aja sih lo!" Rain berseru marah pada Renjun yang berniat meninggalkanya.

"Hmm... Yaudah ayok" ucapnya lalu kembali melangkah pergi meninggalkan Rain, sedangkan Rain di belakang sana tengah mendengus kesal pada Renjun.

Sudah hampir 2 tahun lebih Rain mengenal Renjun tapi lelaki itu tetap saja tak pernah berubah, selalu dingin, kalem dan sok cool jika menurut pandangan gadis ini, tetapi Rain sendiri bingung kenapa masih banyak wanita yang siap sedia mengantri untuk menjadi kekasih dari lelaki dingin itu.

RENJUN [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang