Hidup, tak selamanya berpihak kepada kebahagiaan, bahagia tercipta oleh kita dan untuk kita. Jangan pernah gantungkan bahagiamu, kepada orang lain
RaishaAnn
Mereka kini telah menaiki mobil, Raisha masih bingung sebenarnya mau diajak kemana ia oleh laki lakinya ini.
"Emm..Al?"
"Ha? Panggil aku ya tadi?" Ucap Aldo sambil menyetir.
"Ih iyalah siapa lagii." Cubitan kecil Raisha berhasil mendarat di pinggang milik Aldo.
"Aduu duu aww Ray iiss hahahah iya maaf maaf."
Cubitan Raisha benar benar sakit menurutnya, membuatnya tak fokus menyetir."Apaa sihh?? mau nanya apa? Nanya aku sayang kamu apa nggak? Sayanglah. Gausah ditanya lagi kalii." Dengan santainya Aldo berbicara, membuat Raisha sebal mendengarnya.
"Please deh serius dikitt gak bisa kahh??," ucap Raisha sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Aldo.
"Akuu lebih seriuss sayaaangg." Wajah Aldo semakin mendekat sekarang,jarak mereka tinggal beberapa inchi untuk menempel. Dengan sigap Raisha menjauhkan wajah Aldo menggunakkan tangannya.
"Nohhh liat jalan nohhh, jadilah pengemudi yang baik."
"Dan santuy."
"Hahahhahahah" mereka berdua tertawa sekarang.
"Ihh udah deh. Jadi intinya aku mau minta maaf, semisal kamu ngerasa kegganggu sama Bunda sama kak Kheyla tadi. Aku minta maaf. Mianhee." Raisha memasang wajah andalannya sad face!
"Lah? Kok minta maaf sih? Malah aku seneng loh ternyata mereka welcome sama aku," Ucap Aldo.
"Hmm iya sihh. Tapi aku kira kamu kegganggu, abisnya kamu kok diem aja, kayak gelisah, bete gitu."
"Kamu tuh gak tau ya rasanya komunikasi sama calon mertua sama kakak ipar? Grogi tau," ucap Aldo sambil mencolek hidung Raisha.
"Lagian aku juga kangen dapetin suasana kayak gitu, seakan akan aku dapetin kasih sayang seorang ibu lagi aja." Nada bicara Aldo mulai merendah sekarang"Maa..maksud kamu??"
"Gak ada maksud apa apa."
"Ihh serius," rengek Raisha
"Aku lebih."
Raisha semakin cemberut mendengarnya.
"Nanti sayang, masa sih aku ceritain disini, dalem mobil? Jangan lah. Nanti ya kalo udah sampe."Raisha hanya mengangguk menuruti apa yang Aldo intruksikan, pasalnya, soal keluarganya Raisha benar benar tidak bisa membantah, ia benar benar tidak tau asal usul keluarga Aldo seperti apa.
Kini mereka telah sampai di sebuah kafe ternama di jakarta Relaxedcafee tempat itu memang tempat favorite Aldo dan kedua temannya,Dave dan Dio.
Mereka turun dari mobil, Aldo menggenggam tangan Raisha dengan lembut."Ini tempat favorite aku, Dave sama Dio. Aku ajak kesini, pengen kamu suka tempat ini juga," ucap Aldo sambil berjalan menuju kedalam kafe.
Raisha mengangguk.
"Kenapa harus malem malem kesininya?" Raisha duduk di kursi yang telah Aldo persiapkan untuknya.
"Aku lagi kangen kamu aja. Terus sekalian pengen nunjukin kamu tempat ini, disini enaknya malem malem Ray. Suasananya lebih fun. Liat deh rame kan?" Aldo menunjuk ke daerah sekitar kafe itu
Raisha mengangguk, sejujurnya, ia sangat senang sekali Aldo mengajaknya ke kafe itu malam malam begini, kafe itu sangat ramai namun tenang, disertai alunan musik didalamnya menambah nuansa damai kafee itu.
"Jawaban pertanyaan aku tadi??" Tanya Raisha kepada Aldo.
"Jadi sebenernya, dari aku umur 9 tahun, aku ditinggal mama kerja. Mama kerja di brazil, mama kembangin usahanya disana, waktu itu mama sempet janji ke aku setiap 3 bulan sekali dia bakalan pulang ke indonesia buat temuin aku. Tapi sampai aku usia 15 tahun aku tunggu kedatangannya, mama gak pernah dateng. Waktu aku kelas 3 SMP mama akhirnya kabarin aku bahwa dia mau pulang ke indonesia. Tapi na'asnya pesawat yang mama tumpangi kecelakaan dan mama meninggal ditempat." Aldo menunduk seolah tak kuasa menceritakan ini semua kepada Raisha. Raisha mendekatkan tubuhnya kepada Aldo. Raisha memegang tangan Aldo dengan erat
"Nangis? Nangis aja gausah gengsi. Cowok juga punya hati kali. Kamu semangat terus ya! Gak boleh ngeluh gini," support Raisha
"Nggak. Aku gak akan nangisin masa lalu. Aku cuma benci sama masa lalu. Kenapa aku dapetin kasih sayang seorang ibu hanya dengan waktu yang singkat? Sekarang harapan bahagia aku seolah tinggal 30% Ray. 70%nya aku harap ada di kamu." Aldo mengelus pipi Raisha yang kian memerah sembari memajang senyum kecil diwajahnya.
"Aldo...Kamu berhak bahagia. Kamu harus inget, Waktu itu tidak selamanya tentang kebahagiaan. Bahagia kan buat kita. Jadi, yang ciptain bahagia itu pastinya kita sendiri, jangan pernah kamu gantungin bahagia kamu sama orang lain. Sebenernya itu yang bikin kamu sakit nantinya. Percayain sepenuhnya kebahagiaan itu sama diri kamu, dan berikan kebahagiaan itu sepenuhnya, sama diri kamu juga."
Raisha dengan lancar mengucapkan kata kata bijak itu layaknya Mario Teguh ini merupakan kata terbijak yang pernah Raisha keluarkan sebelumnya.
Aldo meraih tubuh Raisha, ia memeluk Raisha dengan erat, tanpa disadari Aldo meneteskan air matanya dipelukan Raisha, kemudian ia dengan cepat menghapusnya. Ia sangat tidak ingin Raisha melihat airmatanya.
"Btw kita disini numpang nongkrong doang kali ya? Nongkrong iya beli kagak." Aldo memecah suasana.
"Hahahaaa iyaa Doo benerr, lagian kamu diem mulu gak pesen pesen." Raisha merasakannya, bahwa dipelukannya tadi, Aldo menangis, disini, Raisha mulai menyadari sosok tegar dan gigih yang ada didalam diri Aldo,kini ia mulai mengenal siapa Aldo. Meski tak banyak.
Aldo memesan makanan berupa chessee cake kesukaan gadisnya itu. Sedangkan Aldo? ia memilih tidak makan apa apa, ia berkata jujur kepada Raisha bahwa ia masih merasa kenyang, Pasalnya, bundanya tadi memaksanya makan dirumah Raisha.
"Kita pulang yuk. Gak enak aku sama tante Lidya nanti dikiranya bang Jimin yang super ketjeh ini gabisa jagain anaknya tante syahrini." Aldo mengacak rambut Raisha sembari berjalan keluar.
"Ihhh apsiii woo. Emangnya kamu tau oppa Jimin?"
"Nggak tau. Sama sekali. Aku aja bingung tadi sebenernya bunda kamu ngomong bahasa planet mana." Aldo mulai membuka pintu mobilnya untuk Raisha. Mereka masuk. Kemudian Aldo menjalankan mobil hitamnya itu untuk mengantar Raisha pulang.
"Hahaha aku kira, pas dirumah tadi kamu diem ngerti. Ternyata aku suudzon hahahha."
"Ngeledek." Picik Aldo.
Sepanjang jalan mereka terus berbicara banyak. Tak terasa waktu menunjukan pukul 20.30. Aldo mengantar Raisha pulang dengan selamat.
"Do. Kamu gak usah masuk ya?"
"Wehh ada ya pacar sendiri ngusir cowoknya. Bukannya diajak masuk dulu kee ngopi dulu kee inmah yaampun Parah bener," Aldo yang tengah berada didepan rumah Raisha.
"Ihhh nggak gitu. Jam segini, pasti Bunda sama kak Khey belum tidur. Aku udah ngeduga kalo kamu masuk bisa bisa kamu nanti pagi baru nyampe rumah diocehin sama mereka. Kamu nurut ya please."
"Hahahahah iya iyaa aku ngertii koo sayang," Aldo mengacak rambut Raisha kemudian ia pergi dengan mobil hitamnya. Raisha melambaikan tangannya kearah Aldo.
A/N:
Dikit ya? 1017 word? Singkat sii menurutku. Tunggu terus next part gengs!! Bakal ada cerita cerita gak disangka sangka loh di next part wkwk.bubayyy🔥 salam reading for readers♡
Fllw ig:@hasripncwrd_11
KAMU SEDANG MEMBACA
RAY [END]
Teen FictionNyatanya, yang kita percayai tak akan pergi pada akhirnya akan pergi juga, karena pada dasarnya, kita hanya manusia biasa yang hanya mampu merencanakan sedangkan yang mengaturnya segalanya adalah tuhan. Raisha tak pernah membayangkan sebelumnya bahw...