Jangan tergesa-gesa menilai sesuatu dari satu sisi.
Selama ini, kita terlalu terfokus
Pada sisi buruknya. Tanpa melihat
Yang terbaik di sisi berikutnya.RaishaAnn.
"Apaansih, gue gak mau!"
"Ray, tapi Aldo nunggu disitu dari pagi. Lo fikir deh, dia itu cinta mati sama lo, lo jangan egois, lo harus ngerti juga perasaan dia." Emosi Nayla memuncak, ia begitu geram dengan Raisha, yang tak kunjung menuruti sarannya.
"Lo gak tau sih rasanya jadi gue itu gimana!"
"Ray, tapi__,"
Raisha kemudian pergi keluar dari kelasnya melewati Aldo yang menunggunya dari pagi, hingga sekarang jam istirahat, Aldo rela tak masuk kelas demi mendapatkan maaf dari seorang Raisha."Raisha tunggu Raishaa."
Aldo berlari mengejar Raisha, ia terus membuntuti Raisha.
Raisha kemudian berhenti di kantin sekolah. Ia memilih duduk sembari memainkan ponselnya, tak peduli dengan kehadiran Aldo yang ikut duduk disampingnya."Raisha, Ray gue mohon, maafin gue. Gue tau gue salah, gue janji gue gak akan lupain lo lagi, gue bakal tepatin janji - janji gue nanti Ray, gue mohon." Raisha seolah tak peduli dengan permohonan Aldo, ia terus memainkan ponselnya.
"Gak usah janji-janji lagi lah, percuma Do, basi."
"Mau lo apa sih Raisha? Gue udah mohon-mohon buat dapetin maaf dari lo, apa yang harus gue lakuin lagi Raisha?" Raisha tetap acuh, ia malah memesan lemon tea kemudian meminumnya dengan santai
"Ohh gue tau, lo pasti suka kan sama Gavin? Lo dikasih apa sama dia Raisha? Duit? Harta?? Apa lo juga udah ditidurin sama dia? jadi... lo ngejauh dari gue? Iyakan?"
Plakkkk!
Tamparan Raisha mendarat tepat di wajah Aldo
"BRENGSEK ! JAGA OMONGAN BUSUK LO! APA MAKSUD LO? LO MAU PERMALUIN GUE DI DEPAN SEMUA ORANG HA? DASAR COWOK BRENGSEK!"
Semua pasang mata di kantin tersebut menatap kearahnya, mereka terbelalak dengan ucapan Raisha, tanpa mereka sadari, beberapa siswa ada yang memvidiokan momment tersebut, menyebarnya ke seluruh SMA.
Raisha kemudian pergi dengan segala amarahnya, ia benar benar tak habis fikir dengan tindakan busuk yang Aldo lakukan kepadanya. Raisha melewati koridor-koridor kelas dengan airmata yang terus mengalir, tak peduli tentang berapa pasang mata yang menatapnya aneh, ia benar benar tak peduli.
"Eh ehh Raishaa, lo kenapa Raishaa?? Lo kenapa nangis??"
Nayla dibuat heran dengan Raisha yang secara tiba tiba masuk kedalam kelas dengan wajah yang sudah dibanjiri airmata. Raisha langsung mengemasi alat tulisnya kedalam tas"Gue mau balik."
"Ha? Balik? Kee..kenapa??"
"Kalo lo mau tau lo ikut gue. Bantu gue cari alesan buat balik."
Setelah mengatakan itu Raisha langsung berjalan keluar dari kelas menuju meja piket. Diikuti oleh Nayla dengan segala rasa penasarannya.
"Bu, jadi temen saya Raisha ngedadak sakit bu. Bengèknya kumat bu, dia kalo udah bengèk cuma bisa sembuh kalo dia pulang bu, jadi...saya mohon ya buu izinin kita pulang. Ehh temen saya maksudnya."
"Uhukkk uhukkkk ssshhhhhh iyaa buuu saya shhh" akting Raisha membuat Nayla menahan tawanya.
"Tuhh buu. Yaampun Raishaa, lo yang kuat ya. dia kalau sekarat disini gimana bu? Emang ibu mau tanggung jawab?"
"Ehh ehh iyaa ibu izinin. Nayla tolong anter temen kamu pulang yaa." Bu Syifa melihat Raisha yang seperti hendak mati nampaknya percaya kemudian mengizinkan mereka untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAY [END]
Teen FictionNyatanya, yang kita percayai tak akan pergi pada akhirnya akan pergi juga, karena pada dasarnya, kita hanya manusia biasa yang hanya mampu merencanakan sedangkan yang mengaturnya segalanya adalah tuhan. Raisha tak pernah membayangkan sebelumnya bahw...