R A Y 17: You Again✔

29 2 0
                                    

Terasa raga yang tak kunjung rela pergi untuk berhenti melindungi. Tetap berlindung disini, ragaku tempat berlindungmu.

Aldo delvano

Pagi yang cerah di SMA Bhina Karya, pagi ini Raisha merasa senang sebab bundanya telah kembali pulang meski belum membaik sepenuhnya, tapi dengan kembalinya bundanya kerumah ia sangat bahagia

Raisha turun dari mobil jemputannya, dengan mang Wardi yang setia dengan senyum penuh sopan santunnya. Raisha melewati koridor sekolahnya, menuju kelasnya dengan senyum yang terus terpancar di wajahnya. Langkah Raisha terhenti ketika mendengar suara yang memanggilnya.

"Ray, Raishaa!!" Terlihat laki laki dengan nafas tersenggal mendekat ke arahnya. Raisha menoleh kearahnya

"Lo suruh ke ruang guru sekarang! Pak Bagus manggil," ucap laki laki itu masih dengan nafas yang belum teratur.

"Lo siapa? Kok lo tau gue? Gue kan gak tau lo! Bohong lu ya?"

"Gue serius! Gue Delvan, kelas 10 MIPA 2. Gue disuruh pak Bagus cariin lo! Udah deh lo nurut aja bisa gak sih? Gue buru buru nih." Tanpa basa basi laki laki itu pergi, lari dengan begitu cepatnya.

"Ih bocaahhhh kerasukan apa dah." Raisha menggeleng gelengkan kepalanya heran, lalu ia langsung menuju ruang guru untuk menemui pak Bagus.

Raisha mengerenyitkan matanya, melihat sosok yang tengah berbincang dengan wakasek sekolah itu.

"Eh Raisha kan? Masuk," ucap pak Bagus. Raisha mengangguk, lalu duduk di sebelah laki laki itu.

Anjir, kak Gavin? Jangan jangan dia laporin gue soal kemaren. Mampus! Raisha cemas memikirkannya, jujur ia memang takut kepada laki laki ini.

"Jadi gini Ray, di Jakarta ngadain olimpiade lagi. Kamu ikut lagi mau ya?" ucapnya.

"Kalo boleh tau? Olimpiade apa ya pak?"

"Olimpiade kimia Ray, kayak bulan kemaren. Cuma, bedanya sekarang kamu collab sama kelas 12. Nah, ini Gavin. Gavin bakalan ikut olimpiade sama kamu, kalian satu team" pak Bagus memperkenalkan Gavin pada Raisha.

Raisha membelalakan matanya, sesekali ia menatap kearah Gavin, yang terus terusan memberikan senyuman miring kepadanya

"Gimana? Kamu mau kan Ray?" tutur Pak Bagus.

"Emmmm...pak! Nantii ya pak, aku fikir fikir dulu. Besok aku temuin bapak lagi kalo aku udah ngambil keputusan. Permisi..." Raisha pergi meninggalkan ruangan itu dengan rasa berkecamuk

"Kenapa harus Gavin? Kenapa harus senior nyebelin itu??" Sepanjang perjalananya menuju kelas, Raisha terus menggerutu.

"Yaallah Raishaaa, pagi pagi muka udah kusutt begitu ampun deh gue." Nayla meledek Raisha yang duduk di kursi belajarnya. Terlihat wajah Raisha yang terlihat sangat jengah

"Nay, masaa gue bulan depan olimpiade bareng kak Gavin sih! Anjir bete gue sumpah."

"Apaa??? Apa loo bilang? Anjir anjir. Jadii, kak Gavin selain Ketos, anak kepsek and kapten basket di juga pinter?? Ya tuhann calon imam gue." Nayla berteriak tak jelas, mengoceh semaunya. Raisha memutar bola mata malas

"Bikin badmood asu!"

"Please deh. Profesional dikit ngapa sii Ray. Lo pinter ya pinter aja! Jangan cuma gara gara masalah pribadi lo doang, malah ngalangin lo buat berprestasi itu bodoh sii menurut gue." Beo Nayla.

"Tapi Nay... kak Gavin itu nyebelin sumpah, gue tau dia gak suka sama hubungan gue sama Aldo. Lo tau sendiri kan dia beberapa kali berontak. Gue kan udah cerita waktu itu, masa lo gak ngerti sih?"

RAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang