Manusia terus saja menyalahkan waktu. Padahal yang menjalani waktu itu ialah manusia. Mohon Berfikir sedikit, apakah waktu pernah menyalahkan kita?.
RaishaAnn
Dentingan sendok dan garpu tengah berbunyi di meja makan rumah Lidya. Rutinitas sarapan pagi yang tak pernah terlewatkan setiap hari. Namun, ada yang berbeda hari ini penghuni rumah itu nampak memasang wajah tekuk.
"Bun, Ray pamit, Bunda jaga kesehatan Bunda, jangan nangis lagi, gak boleh sakit." Raisha menciumi puncak kepala Bundanya lalu mencium tangannya untuk pamit pergi kesekolah.
"Kamu pergi sama siapa?" Tanya Lidya dengan wajah datar.
"Aku udah pesen taxi online 5 menit lagi nyampe, aku lagi pengen naik taxi."
"Yasudah. Hati hati."
Raisha pergi dengan raut wajah tak seperti biasanya, terlihat jelas Raisha tengah bersedih ia tengah merasa risau dengan keadaan keluarganya belakangan ini.
Kheyla menghela nafas, jujur ia sangat prihatin menyaksikan keadaan dirumahnya yang begitu ia benci. Bahagia di hari hari kemarin, hilang entah kemana.
"Bunda...Bunda istirahat ya, aku anter ke kamar, ini biar nanti bibi yang bersihkan." Kheyla menunjuk ke meja makan.
Kheyla mengantarkan bundanya ke kamar, ia membaringkan bundanya diatas kasur, lalu ia baluti dengan selimut tebal di kamar itu.
"Kalo ada apa apa Bunda panggil Khey. Khey hari ini cuti kuliah satu minggu buat jagain Bunda, jadi bunda jangan sungkan panggil Khey ya Bun!"
Lidya hanya mengangguk dengan tubuhnya yang masih terasa lemas
Kheyla mencium puncak kepala bundanya, nampak raut wajah pucat terpapar di wajah Lidya. Kheyla sangat prihatin. Kheyla keluar dari kamar bundanya, Kheyla menghela nafasnya, ia sangat membenci situasi ini.
Papa, papa dimana?
Apa papa gak rindu dengan khey?
Apa papa tidak cemas dengan Ray?
Apa papa masih mencintai bunda?Pertanyaan demi pertanyaan terbesit dalam fikiran Kheyla. Kheyla menghela nafas berat lalu ia beranjak ke kamarnya untuk menenangkan diri.
*******
"Mata lo kok sembap? Lo abis nangis? Lo kenapa Cha?." Nayla begitu cemas melihat temannya yang nampak tengah bersedih.
"Ha? Gue? No problem. Gue gak papa kok."
"Apaan lo boongin gue jir. Terus itu kenapa mata lo?" Nayla mulai mengintrogasi
"Aishhh. Gue semalem nonton drakor jir, recommended banget. Gue nonton ampe tengah malem saking serunya. And the last time, sad ending... huft. Gue nangis jirr, kebawa sedih sampe sekarang."
Raisha mengalihkan fikiran negative Nayla yang tengah menyelidikinya. Bagaimanapun, Raisha bukan typical orang suka memamerkan kesedihannya. Apalagi ini menyangkut perihal keluarganya.
"Ishhhh. Temen gue lebay, temen gue alay, bukan temen gue, bukan temen gue. Lagian Sejak kapan sii lo suka drakor ha?"
"Siapa lagi kalo bukan bundaa gue? Tau sendiri kan bunda gue sama hal hal berbau korea? Hahah."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAY [END]
Teen FictionNyatanya, yang kita percayai tak akan pergi pada akhirnya akan pergi juga, karena pada dasarnya, kita hanya manusia biasa yang hanya mampu merencanakan sedangkan yang mengaturnya segalanya adalah tuhan. Raisha tak pernah membayangkan sebelumnya bahw...