Disini aku yang terluka parah.
Tapi nyatanya,
Dia yang kau rawat dengan cinta.RaishaAnn.
Senyum miring Raisha tercetak kala pertanyaannya sama sekali tak terjawab. Jangankan terjawab, didengar saja tidak. Miris.
"Hallo..."
"...."
"Aku kesana sekarang. Tunggu."
Raisha tersentak. Apa maksudnya? Raisha belum mengerti.9
"Aldo kamu__,"
"Gavin bilang mau belajar dimana." Terlihat Aldo menyetir dengan wajah paniknya.
"Kafè amora."
Setelah itu, mereka berdua sampai di kafè amora. Tempat yang Gavin katakan. Raisha segera turun. Namun tidak dengan Aldo. Raisha menghampiri Aldo di sela-sela kaca mobil.
"Aldo, lo kok gak turun sih?"
"Raisha, gue pergi dulu."
Aldo kemudian meninggalkan Raisha sendiri. Ya! Lagi lagi ia sendiri sekarang. Raisha tersenyum miris kearahnya. Raisha berjalan tertunduk menuju dalam kafè terlihat Gavin tengah sibuk dengan laptopnya.
"Aldo tinggalin lo lagi?" Ucap Gavin dengan masih terfokus dengan laptop nya.
"Hm." Raisha menunduk malas.
"Yaudah, langsung mulai aja." Gavin kemudian menutup laptopnya kemudian mulai mengeluarkan beberapa buku kimia dalam tasnya.
"Waktu itu kan nyampe di teori atom dalton, nah sekarang lo bisa teliti deh kelebihan sama kekurangan teori ini. Biar gue belajar tentang konfigurasi nya dulu." (Maaf yee, ini ngasal kok.)
Gavin melihat kearah Raisha, terlihat Raisha yang tengah memutar bolpoin nya dengan lusuh. Gavin menghela nafas berat.
"Bodoh."
Raisha mendongkak. Apa yang baru saja ia katakan? Bodoh??
"Apa lo bilang??"
"Bodoh."
"Siapa yang maksud lo bodoh?"
"Lo."
Raisha mengepalkan tangannya. Ia sangat ingin menggampar wajahnya sekarang juga.
Seandainya bukan senior gue. Udah accu kubur kamu mas. Umpatnya dalam hati.
"Kenapa harus gue yang lo sebut bodoh?"
"Ya karena lo bodoh."
"Kenapa? Siapa bilang gue bodoh. Buktinya disekolah gue pinter."
"Itu disekolah."
"Ya terus?"
"Disini lo bodoh, lo bego. Soal cinta."
"Ha?" Raisha mendongkak tak mengerti.
"Lo pinter, tapi lo bakal bego kalo lo fikirin cinta basi lo itu terus."
"Apaansih. Siapa juga lagian--"
"Lo kalo gak ada niat belajar, gue pulang. Buang buang waktu."
Gavin merapihkan buku-bukunya dan memasukan laptopnya kedalam tas. Namun, tangan Raisha menahannya."Eh kak, ihh baper banget si lo? Oke oke gue akan serius sekarang. Janji, gue bakal serius kok. Ya? Ya?"
Oke juruh sadface Raisha berhasil membujuk, Gavin, si muka datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAY [END]
Fiksi RemajaNyatanya, yang kita percayai tak akan pergi pada akhirnya akan pergi juga, karena pada dasarnya, kita hanya manusia biasa yang hanya mampu merencanakan sedangkan yang mengaturnya segalanya adalah tuhan. Raisha tak pernah membayangkan sebelumnya bahw...