R A Y 11: broken home✔

29 5 0
                                    

tidak ada satu orang pun anak didunia ini yang ingin mengalami broken home.
Tapi, jika semua telah atau sedang kita alami, percayalah. Kita sedang dituntun untuk lebih kuat oleh tuhan

KheylaRann

Minggu yang cerah di jakarta, hari libur di jakarta sama seperti hari biasanya. Ramai, polusi, macet. Mungkin itulah ciri khas ibukota. Membuat Raisha sangat Mager untuk pergi kemanapun. Bahkan, untuk keluar dari dalam kamar pun ia sungkan.

"Aldo mana sih? Tumben banget gak chat gue biasanya kalo weekend suka spam chat ampe 7000." (Sekalian pamer :P)
Raisha resah sambil rebahan di kasur empuknya, ia mengotak atik ponselnya. Menunggu kabar  kalimat yang paling Raisha benci. Ia memilih membuat snap whatsapp di ponselnya bertuliskan kebiasaan nunggu yang sudah mendarah daging. Setelah ia menuliskan kalimat itu sekitar 400 orang melihatnya dalam 5 menit. Komentar komentar masuk ke akun Whatsapp  miliknya. Tidak ada nama Aldo disana. Padahal, ia menuliskan itu untuk Aldo saja namun yang berkomentar cukup banyak.

Nunggu aku suka kamu ya?

Kasian dong calon ibu anak anak gue pegel nunggu.

Aldo kemana? Gak nemenin nunggu gitu?

Darah dagingnya simpen buat anak anak kita nanti aja Ray wkwk.

Raisha memutar bola matanya malas. "Pada bacot semua najis." Tidak ada satupun chat dari mereka yang Raisha gubris. Banyak sekali kontak di akun milik Raisha. Sengaja Raisha save semua nomor itu, Raisha fikir itung itung nambah viewers story WA gue.

Raisha merasa bosan didalam kamarnya, tenggorokannya mulai terasa kering. Raisha memilih turun untuk mengambil air dingin di kulkas.

"Hiks hiks hiks. Kenapa mass kenapa?"

Raisha mendengar suara itu baik baik. Suara itu bersumber pada kamar milik bundanya. Raisha menghamapiri kamar itu dengan perlahan lalu ia membuka pintunya

Terlihat disana, bundanya tengah menangis merintih memandangi foto pernikahannya bersama Davi, suaminya.

"Bundaaa..." Raisha mulai mendekati bundanya, memegang kedua pundak bundanya dengan halus.

Menyadari kedatangan Raisha Dengan cepat Lidya menghapus airmatanya lalu ia sembunyikan foto yang tengah ia tangisi.

"Bunda, gausah Bunda kayak gini lagi!! Ray tau Bunda sedih!! Ray tau bunda kecewa. Sehebat apapun sandiwara yang Bunda kasih ke aku ataupun kak Khey, kita sama sama tau Bun kalo Bunda selama ini nyimpen perih jauh dilubuk hati Bunda." Raisha mulai melemah ia merasa benar benar tak kuasa melihat bundanya menangis

Lidya pecahkan tangisnya ia tak sanggup lagi menutupi luka lukanya yang kian memarah ia memeluk Raisha.

"Semakin bunda nangis, maka aku semakin benci papa." Raisha bulatkan niatnya ia mengatakan itu didepan bundanya yang tengah merintih. "Aku gak akan rela airmata Bunda jatuh sia sia. Aku benci papa." Raisha mengepalkan tangannya, kepalanya mulai memanas.

"Maafkan bunda, diumur kamu dan Kheyla yang tengah membutuhkan peran seorang ayah, justru papa kamu sek__,"

"Bunda stop! Aku benci Bunda terus sebut nama papa! Aku benci papa bun stop!!!" Raisha menggretak, Raisha menangis kini.

"Tapi Bunda semakin sedih kalau kamu semakin benci papamu nak." Lidya tertunduk, ia merasa terpukul sekali.

"Bun, papa itu udah sepantesnya Ray benci! 12 tahun Raisha kehilangan peran Ayah. Apa salah Raisha? Raisha sudah sepantasnya benci papa Bun!!" Raisha meninggikan nada bicaranya namun semakin deras airmata yang ia keluarkan.

RAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang