11

31.1K 1.3K 43
                                    

Morning

Tidak terasa waktu yang dijalani mereka begitu cepat. Meski Lisa diam-diam tetap menyimpan rasa penasaran mengenai kehadiran Deenan.

Sulit sekali rasanya menemukan Ibu anak itu. Dia siapa dan dia di mana?

"Kamu ingin terus melamun?" tanya Jungkook membuat Lisa kaget. Dia mengabaikan pertanyaan Jungkook dan menatap ke arah jendela.

Ini kediaman keluar Jungkook.

Seminggu yang lalu ia ke sini dalam pakaian formal. Namun, sekarang ia memakai pakaian santai.

Celana levis dengan baju kaus bahan tipis warna pink membungkus tubuhnya.

"Apakah mereka akan marah?" tanya Lisa cemas. Jungkook mengangguk dengan tatapan kosong.

"Mereka bukan marah lagi tetapi sangat marah."

Tentu Lisa semakin takut dan cemas. Mereka keluar dan membawa Deenan masuk.

Sebelumnya Jungkook sudah mengatakan jika ia akan datang makan siang bersama kekasihnya.

"Ayo masuk," ajak Jungkook. Deenan dan Lisa masuk, pria kecil Jungkook itu menatap sudut-sudut ruangan rumah orang tua Jungkook.

"Kalian sudah datang," ujar Selly menatap anak dan calon menantunya. Dia menatap Deenan dengan raut bingung.

"Daddy ke mana?" tanya Jungkook mengalihkan pembicaraan. "Sebaiknya kita bicara dulu. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan dan juga tentang pernikahan kami."

Selly mengangguk antusiasi dan membawa mereka ke ruang keluarga. Adik Jungkook--Hana sedang tidak ada di rumah. Gadis itu sibuk dengan pekerjaannya.

"Duduklah." Irang menatap Deenan dengan wajah datar. Anak itu mirip Jungkook sejak kecil. Selly juga menahan diri agar tidak bertanya.

"Apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Irang to the point. Keluarga mereka benar-benar tidak bisa-basi.

"Pertama aku ingin mengatakan jika aku dan Lisa memutuskan menikah 1 minggu lagi."

Lisa membulatkan matanya mendengar ucapan Jungkook. Mereka tidak mengatakan untuk menikah 1 minggu lagi. Lagi-lagi semua kendali dipegang oleh Jungkook.

"Dia semakin memuebalkan." Lisa menatap Jungkook dengan pandangan tajam.

"Baguslah. Lebih cepat lebih baik. Bagaimana persiapan pernikahan kalian?" tanya Selly.

"Kami sudah mengurusnya. Tinggal fingit bahu dan selesai." Lagi-lagi semua di atas kendali Jungkook. Lisa mengumpat dalam hati.

"Daddy, Deenan lapal," celetuk Deenan dengan polos. Dia memengang perutnya dan menatap Jungkook dengan mata bulatnya.

Orang tua Jungkook semakin yakin ada tidak beres. Mereka meminta penjelasan kepada Jungkook. Telrihat dari mata mereka yang menuntut.

"Deenan makan sama Bibi dulu, ya?" Deenan mengangguk dan Jungkook memanggil pembantu di rumah orang tuanya.

"Siapa dia?" tanya Irang dengan nada tegas. Lisa menganggam tangan Jungkook takut.

Jungkook menoleh dan tersenyum. Remasan ditangannya membuat ia tahu kekasihnya menguatkannya.

"Aku akan kuat, Sayang. Ini adalah rahasia terbesar dalam hidupku yang mati-matian kuperjuangkan untuk kita berdua."

"Deenan putra Jungkook, Dad."

"Anak sialan!" Irang sontak berdiri dan menatap tajam putranya. Bahkan sudah bertahun-tahun anaknya menyimpan rahasia itu dan lihat anak kecil itu sudah besar.

"Kamu--" Jungkook berdiri pasrah menerima amarah sang ayah.

"Jungkook! Bangaimana bisa kamu menyembunyikan fakta ini pada kedua orang tuamu? Kamu anggap kami apa, hah?!" Selly begitu kecewa melihat putranya. Bisa-bisanya dia memisahkannya dengan cucunya.

"Mom, ini terasa sulit untukku."

Bugh!

"Daddy!" Selly meneriaki suaminya saat suaminya menonjok Jungkook.

"Jungkook," lirih Lisa dan membantu Jungkook berdiri. Sudut bibir Jungkook berdarah. Lisa menangis.

"Hiks ... hiks ...." Dia tidak tega saat Jungkook kembali dipukul membabi-buta.

Bugh!

Bugh!

"Hikss ... Irang!" Selly menyebut nama suaminya saat melihat putranya tergeletak tidak sadarkan diri.

Tangis Lisa semakin pecah. Selly menarik suaminya pergi sedangkan Lisa menghampiri Jungkook dan memeluk pria itu.

"Hiks ... Jungkook," panggilnya. Lalu, datang satpam membawa Jungkook ke kamar pria itu.

Lisa mengekor dengan tangis menghiasi matanya. Dia mengambil es batu dan juga air di balkom serta handu kecil.

Gadis ini mengompres luka-luka Jungkook. Hatinya semakin teriris.

"Apa ini terlalu berat untuk kamu ungkap? Bahkan orang tuamu, kamu rahasiakan. Kenapa? Apa alasanmu? Hiks ... jika Deenan memang harus menjadi rahasia, hikss aku akan ikhlas."

"Aku--hiks aku hanya takut kehilangan seandainya aku mencintaimu terlalu dalam bersama Deenan. Takut ... takut dia datang dan mengambilku. Aku hiks tidak sanggup saat aku sayang-sayangnya kamu pergi."

Hari ini hati Lisa kembali teriris dengan kejadiaan ini.

Dia berharap semua akaj cepat selesai dan dia bisa berkumpul tanpa takut kehilangan.

"Aku ingin seperti nasi, semakin dipukul makan semakin lengket. Aku harap semakin aku dipukul dengan kenyataan yang tidak sesuai harapanku, aku tetap bersama kalian."

Lisa berbaring di samping Jungkook dan memeluk pria itu dengan air mata yang tak ada habis keluar.

Lisa berbaring di samping Jungkook dan memeluk pria itu dengan air mata yang tak ada habis keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


TBC

Bosku Mantanku! || Liskook (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang