26

10.5K 783 33
                                    

Prang!

"Hanaaaaa!" teriak orang itu marah.

Ia sudah membangun semua benda di sekitarnya. Ia tidak menyangka Hana mengetahui pergerakannya. Bahkan kondisi Irene sudah mengenaskan di tempat Mr. Xeo.

Pria tua culas itu benar menyisksa Irene tanpa ampun, tentu semua dilakukan karena laporan dari cucu tercintanya Jeon Hana.

Gadis itu datang dan tanpa basa-basi mengatakan akan menuruti keinginan grandpanya, asal pria tua itu menuruti keinginannya.

Sebenarnya tanpa susah payah Hana meminta Mr. Xeo tentu akan menuruti keinginan cucunya. Meski ia terlihat dingin di luar, tetapi ia menyayangi cucunya itu.

"Aku harus meninggalkan negara ini," gumam Sulhe. Ia sudah merasa tak aman. Bahkan rencananya yang ia susun matang telah hancur dalam sekajap.

Bermain-main dengan Mr.Xeo sama saja menyerahkan nyawa dengan cuma-cuma. Ia tidak akan mati konyol. Untuk itu, ia bersiap meninggalkan Korea.

"Akan ada waktu aku kembali dan menghancurkanmu kembali, Lisa!"

"Kau tak perlu susah payah kembali."

Sulhe sangat terkejut mendengar suara orang lain di kamarnya. Matanya hampir keluar kala melihat pria yang ada dibayangkannya muncul--duduk begitu tenang dengan kaki menyilang.

"Ap--apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Sulhe.

"Menyambutmu," jawab pria itu. Bibirnya menyeringai.

Meski rambutnya tak lagi hitam sepenuhnya, tetapi ia tetap beribawa. Ketampanan saat masih mudah masih menyisa begitu indah di rupanya.

"Ak--aku tidak ada urusan dengan Anda!" Sulhe meremas tangannya.

"Ya, setelah ini, kau tak perlu berurusan denganku." Mr. Xeo!

Pria tua itu datang bak seorang yang memiliki kekutan gaib. Ia sebenarnya datang karena kunci pintu apartemen Sulhe telah dibobolnya.

Ceklek.

Sulhe memucat melihat begitu banyak bodyguard Mr.Xeo berdiri di sana. Saat jalan terbuka lebar, muncul seorang wanita berjalan anggung.

Seperti biasa, meski ia tak berjalan dengan kamera di depannya, tetapi ia menjadikan mata Sulhe sebagai lensa yang fokus ke arahnya.

Kacamata hitam yang melingkar di hidungnya menambah kesan aura intimidasinya. Siapa sangka gadis model papan atas sepertinya memiliki aura begitu misterius.

Keturunan Mr.Xeo memang tidak dapat diragukan bibit dan bobotnya.

"Aku selalu bertanya kapan aku bisa membalas tangisan dari keponkanku dan juga Oppaku?" Hana menyeringai dengan pistol di tangannya.

Sulhe menatap Hana tajam. "Kau akan menyet jika melukaiku," ancamnya.

Hana tertawa kecil. "Kau begitu bodoh Sulhe. Sekarang, kau masih berani berkata sombong setelah posisimu terjepit?" cemooh Hana.

Ia menempelkan pistol di pelipis Sulhe. "Kau ketakutan?" tanya Hana membuat Sulhe mengertakkan giginya.

Hana menarik pistolnya. Lalu, ia mundur. "Mencabut nyawamu terlalu cepat tidaklah asyik. Bagaimana grandpa? Aku rasa jeritan kesakitan lebih bagus daripada mati begitu saja?" tanyanya.

"Tentu." Mr.Xeo menikmati permainan cucunya. Ia baru pertama kali melihat sisi gelap Hana.

Hana mengerakkan jarinya meminta bodyguardnya membawa Sulhe ke gudang penyekapannya. Begitu tangan Sulhe disentuh, wanita itu berteriak keras.

"Hanaaa! Kau tak bisa melakukan ini padaku!"

"Lepaskan aku!" Sulhe memberontak, tetapi apalah daya, tenaga bodyguard Hana kuat.

Hana menatap kepergian Sulhe dengan tatapan dingin. Ia menatap Mr. Xeo kini masih menatapnya.

"Grandpa akan memberinya pelajaran dan membunuhnya. Kau perlu ingat janjimu pada Grandpa," ujar Mr. Xeo.

Hana menghela napas. Ia merasa Mr.Xeo sangat perhitungan padanya. "Baiklah, Grandpa. Sekarang katakan apa yang akan Hana lakukan?"

Mr. Xeo menyerahkan sebuah kartu kepada Hana. Gadis itu menerimanya dengan bingung.

"Kau datanglah ke sini dan apa yang kamu dapatkan dari sana, Grandpa ingin dia ada di rumah."

Hana menatap kartu VIP di tangannya. Ia kebingungan dengan ucapan Mr. Xeo.

"Apa maksudnya? Apa ada benda di sana yang harus kuambil sendiri?" gumamnya.

***

Lisa menatap jam di tangannya menunggu Hana datang. Gadis itu berkata akan datang menemuinya malam ini.

"Siapa yang kamu tunggu?" tanya Jungkook memperhatikan istrinya begitu gelisah.

"Hana mengatakan ingin ke sini. Dia bahkan tidak muncul sampai sekarang," ujar Lisa cemas.

Jungkook mendekati Lisa. Ia mengelus kepala istrinya. "Hana begitu sibuk akhir-akhir ini. Wajar saja bila ia belum sampai, mungkin ada kendala atau urusan penting."

Lisa mengangguk. Ia bergabung pada Deenan yang bermain sendiri. Anaknya itu menyemburnya dengan baik.

Akhirnya mereka bermain bersama sampai kelelahan. Keduanya terjatuh tidur membuat Jungkook tersenyum tipis.

"Aku selalu berharap hari ini datang," batinnya.

Ia mengangkat Deenan ke kamar sebelum membawa istrinya ke kamar juga.

***

Bersambung ....

Bosku Mantanku! || Liskook (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang