Dari pagi Guanlin udah misuh-misuh. Dia bahkan berangkat sekolah tanpa mau menunggu somi sama Ujin. Alhasil dia berangkat sendiri, bahkan tanpa mau sarapan terlebih dahulu.
Bunda sama ayahnya udah tanya sama Guanlin baik-baik. Tapi emang pada dasarnya Guanlin keras kepala, dia gamau bilang apa-apa. Anak kelima keluarga Kang itu lebih milih buat diem dan ga jawab semua pertanyaan yang keluarganya lontarkan pagi itu.
Sampe istirahat, Guanlin cuman bisa diem. Bahkan pas pelajaran dimulai pun, dia milih buat tidur. Untung aja dia duduk di pojokan, jadi ga keliatan sama guru. Selain itu, ada Baejin yang jagain biar guru itu ga liat Guanlin yang lagi tidur.
Sementara waktu istirahat, Guanlin pake buat diem di kelas dan main ponsel. Ia dari tadi hanya menonton video Youtube random, dan buka hal-hal ga penting di Instagram. Dia nyoba buat liat konten lucu buat balikin mood dia.
Tapi tiba-tiba aja dunia seakan berhenti, saat satu notif pop up pesan chatnya masuk ke ponsel Guanlin. Menampilkan satu pesan masuk dari Chaeyeon. Guanlin sontak tegakkin badannya dan tanpa berpikir panjang ia langsung membuka pesan tersebut.
"Kak, boleh ketemu di Rooftop sekarang?" Isi pesan itu menbuat bulan sabit melengkung indah di bibirnya. Guanlin mencoba menahan senyumnya dan langsung membalas pesan tersebut, setelah akhirnya dia berdiri dengan semangat dan melangkahkan kakinya menuju Rooftop.
"Heh, kemana lu Bang?" tanya Somi yang kebetulan berpapasan sama abangnya itu di depan wc sekolah. Tangga buat menuju Rooftop emang ada di deket wc cewek. Maka tak heran Guanlin harus terlebih dahulu melewati tempat itu agar bisa menuju Rooftop.
"Rooftop," jawab Guanlin cuek sambil terus melangkahkan kakinya buat cepet sampai di tempat tujuannya itu. Somi mengerutkan kening. Dia merasa ada sesuatu yang aneh, pasalnya tadi Chaeyeon juga pamit buat ga ikut ke kantin karena bilang mau ke Rooftop. Saat ditanya Somi alasan ke tempat itu untuk apa, Chaeyeon hanya tersenyum kecil tanpa menjawab satu patah kata pun.
Setelah melewati tiga lantai di bawahnya. Akhirnya Guanlin sampai juga di Rooftop sekolah. Tapi saat dia sampai, tak ada satu sosok pun di sana. Dia sama sekali tidak melihat batang hidung Chaeyeon. Akhirnya dia memutuskan buat duduk di salah satu bangku yang udah ga kepake.
Tak lama, Guanlin denger suara langkah kaki dari arah tangga. Entah kenapa jantungnya berdetak semakin kencang, rasanya juga seperti ada kupu-kupu yang menggerayangi perut Guanlin. Ia dari tadi berusaha untuk mengulum senyumnya. Berusaha menyembunyikan bahwa ia tengah bahagia saat Chaeyeon mengajaknya bertemu berdua seperti ini.
Langkah tersebut semakin mendekat, dan pintu menuju Rooftop pun terbuka. Guanlin menoleh ke arah pintu dan menemukan gadis yang ia puja datang dengan sebuah cupcakes kecil di tangannya, tak lupa satu lilin kecil yang telah menyala yang kini dijaga erat oleh tangan gadis tersebut agar apinya tak padam ditiup angin yang cukup kencang di ketinggian Rooftop tersebut.
Guanlin hanya bisa bergeming, hatinya entah kenapa terasa tenang. Jujur, bening di sudut matanya ingin keluar begitu saja. Namun ia sekuat tenaga berusaha untuk menahannya. Sosok gadis itu tersipu malu dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. Satu lantunan lagu terucap dari bibir tipis gadis tersebut.
"Happy Birthday to you.. Happy Birthday to you.. Happy Birthday.. Happy Birthday.. Hapy Birthday to you." Suara nyanyian itu begitu renyah di telinga Guanlin. Suara yang teramat merdu juga terdengar sangat anggun, membuat hatinya senang tak terkira.
Chaeyeon kini berada di hadapan Guanlin dengan spasi jarak yang tak terlalu jauh. Jantung Chaeyeon sama seperti Guanlin yang berderu begitu kencang, terlebih saat kedua netra mereka sama-sama bertemu. Guanlin meniup lilin tersebut setelah sebelumnya membuat harapan terlebih dahulu.
"Selamat ulang tahun ya kak, maaf cuman bisa kasih cup cakes," Chaeyeon menunduk. Dan hal itu justru membuat Guanlin merasa gemas pada gadis yang ada di depannya. Merasa diperhatikan, pipi Chaeyeon kini semakin memerah. Dia mencoba nenberanikan diri untuk memberi kejutan ini untuk Guanlin, bahkan dia sama sekali tidak mengatakan apa pun pada Somi yang notabene adalah adik kandung dari Guanlin.
"Chae?" ujar Guanlin dengan deep voicenya. Chaeyeon menegakkan kepalanya dan mencoba untuk menatap mata Guanlin. Tanpa sadar, Guanlin menggenggam tangan Chaeyeon, membuat satu tangan Chaeyeon terlepas dari genggaman Cup cakesnya itu. Kini tangan kirinya sudah berada di genggaman Guanlin.
"Makasih," ujar Guanlin tulus. Chaeyeon bahkan bisa melihat kebahagiaan yang dirasakan oleh Guanlin saat ini. Semua terlihat dari mata Guanlin yang menatap Chaeyeon dengan begitu dalam. Gadis itu hanya bisa mengangguk pelan, lemgkap dengan lengkungan bulan sabit dari bibirnya yang semakin membuat wajah cantiknya semakin berseri.
***
Guanlin pulang ke rumah dengan perasaan yang berbunga, namun meski begitu ada satu hal yang mengganjal di benaknya. Keluarganya adalah salah satu alasan kenapa Guanlin lebih banyak diam saat ini. Yup, hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tak ada satu pun yang ingat hari spesial di hidupnya itu.
Guanlin sedari tadi menggenggam cup cakes yang Chaeyeon berikan, dia masuk ke dalam kamar setelah sebelumnya hanya menyapa bundanya secara singkat. Ia duduk di atas tempat tidur nya. Ia menimang-nimang cup cakes tersebut dengan senyuman yang terus terulas di bibirnya.
Saat ia sedang asyik melihat kue itu, Minhyun masuk ke dalam kamar Guanlin tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Guanlin sontak menyimpan kue itu di atas meja kecil yang berada di sebelah tempat tidurnya. Lalu ia menatap kakaknya itu dengan wajah yang ketus. Dia masih sebal dengan semua anggota keluarganya yang bahkan tak mengingat hari ulang tahunya itu, terlebih Minhyun akhir-akhir ini selalu membuatnya kesal dengan mendekati Chaeyeon tepat di hadapannya.
Guanlin meraih ponselnya dan berpura-pura asyik memainkan ponselnya tersebut. Minhyun mendekati Guanlin dan ia duduk di tepi ranjang.
"Selamat ulang tahun dek," ujar Minhyun singkat seraya menyerahkan sebuah bungkusan berukuran sedang yang dibalut dengan kertas kado berwarna abu. Guanlin yang sedang memainkan ponselnya mencoba untuk tetap tenang. Netranya masih fokus memperhatikan apa yang ada di layar poselnya, meski sebenarnya ia ingin melihat ke arah kakaknya tersebut.
"Kamu udah gede, sampe kakak ga sadar kalo kamu juga udah bisa suka sama anak orang," kekeh Minhyun seraya mengacak pelan rambut Guanlin. Membuat dada Guanlin menyempit. Dari sekian banyak saudaranya, kenapa harus Minhyun? Orang yang belakangan ini membuatnya kesal namun ternyata lebih perhatian dari saudara-saudara lainnya.
Tak terasa bening di sudut mata Guanlin menetes meski hanya sedikit. Ia menatap Minhyun yang kini sedang melengkungkan senyuman di wajahnya.
"Makasih Kang," ujar Guanlin tercekat. Ia memeluk Minhyun meski dengan rasa malu yang menghinggap dalam dirinya. Minhyun kembali tersenyum dan membalas pelukan adiknya itu. Ia mengelus punggung Guanlin lembut.
"Kakang ga ada apa-apa sama Chaeyeon. Cuman minta anter sama dia pilihin baju buat Roa. Dia juga kemaren yang pilihin kado ini buat kamu dek," ujar Minhyun membuat bola mata Guanlin membulat. Ia tak percaya dengan kata-kata yang keluar dari mulut kakaknya itu.
"Beneran Kang?" tanya Guanlin antusias. Minhyun hanya mengangukkan kepalanya pelan. Untuk adiknya, apa pun akan ia lakukan. Meski harus melepas rasa yang pernah ia torehkan untuk Chaeyeon meski sesaat. Adik-adiknya itu bagi Minhyun telah mengajarkan arti mengalah untuk orang yang disayang. Guanlin mengulum senyumnya sembari menoleh kembali ke arah cup cakes yang tersimpan rapi di atas meja.
Happy raeding guys..
Semoga aku hisa konsisten buat update ff ini ya, makasih untuk yang masih mau baca story ini ^^
![](https://img.wattpad.com/cover/150645387-288-k929855.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit - Wanna One
Fiksi PenggemarBOBROK. Satu kata yang cocok buat keluarga ini. Keluarga ter.......gemaskaaan dan punya kisah cinta ter........umit yang pernah ada di bumi ini.. yay or nay? mau tau kisahnya? let's check it out! siapa tau nyantol di hati ^^