Berantem

119 9 2
                                    

"Jeong, gue anterin ya?" tawar Daniel yang saat itu kebetulan lagi bareng sama Sejeong. Anak-anak lain udah pada pulang, dia sama Sejeong kebetulan nemuin dulu dosennya buat ngomongin acara yang bakal digelar satu bulan ke depan.

Sejeong yang ditawarin sama Daniel tentu aja dengan senang hati mau nerima tawarannya. Tapi baru aja mulutnya mau ngeluarin suara, tiba-tiba ada Ong yang dateng dari arah belakang. Dan dengan santainya dia bilang, "Sejeong pulang sama gue."

Padahal Sejeong sendiri ga ngerasa udah janjian sama Ong buat pulang bareng. Cewek itu kompak sama Daniel noleh ke arah suara, lalu sedetik kemudian bola mata Daniel berotasi malas. Sementara Sejeong cuman bisa garuk tengkuknya yang ga gatel.

"Gue ajak Sejeong pulang duluan," ujar Daniel. Nada dia udah ngotot gitu.

"Tapi kan belum dijawab ya Jeong? Lu pulang sama gue kan?" tanya Ong sambil rangkul Sejeong tepat di depan Daniel. Ong emang udah biasa skinship sama cewek, mungkin karena emang dia orangnya ramah dan mudah bergaul sama siapa aja. Makanya orang-orang juga ga keberatan dengan sikap Ong.

Tapi beda sama Daniel yang sekarang udah tersulut emosinya, dia ga suka Ong sentuh-sentuh Sejeong kayak gitu. Terlebih Sejeong sekarang ngerasa risi tapi dia ga berani buat bilang.

"Ga usah rangkul-rangkul," ujar Daniel seraya melepaskan rengkuhan tangan Ong dari bahu mungil milik Sejeong. Ong yang merasa tak suka justru menatap Daniel tajam.

"Kenape sih lu?" tanya Ong. Sejeong bahkan udah sempelet panik karena takut terjadi apa-apa sama kedua pemuda itu. Dan benar saja. Pertengkaran itu tampaknya mulai terjadi.

"Elu yang kenapa?" Daniel balik bertanya seraya mendorong bahu Ong cukup keras, membuat laki-laki itu terdorong hingga ke belakang. Daniel tidak tahu kenapa dirinya seperti itu. Dia bukan sosok pemarah , namun entah karena banyak pikiran dan dirinya sedang tidak ada dalam mood yang baik akhirnya dia emosi Daniel semakin menjadi.

Ong yang heran dengan sikap Daniel, mencoba untuk menyeimbangkan tubuhnya yang tadi sedikit oleng. Namun meski sudah ia tahan, rasa marahnya itu justru memuncak dan ia nerasa kesal dengan perlakuan sepupunya itu.

Ong kemudian melakukan perlawanan, dia memberikan satu pukulan di pipi Daniel karena emosinya yang semakin menjadi. Daniel sontak terkejut dengan balasan Ong itu, namun tak mau kalah, Daniel ikut melayangkan satu pukulan ke rahang tegas milik Ong.

Melihat kejadian tersebut, Sejeong hanya berteriak minta tolong karena sulit untuk memisahkan mereka berdua. Apalagi amarah kedua pemuda itu kian memuncak seiring dengan pukulan yang diberikan oleh keduanya. Sejeong hanya bisa terisak melihat kejadian itu, setelah akhirnya banyak orang yang kebetulan lalu lalang untuk memisahkan mereka.

***

"Heh kak, lu kenapa??" tanya seorang laki-laki dengan seragam putih birunya, yang tak lain dan tak bukan adalah Ujin. Dia datang bersamaan dengan Guanlin dan adik wanita satu-satunya.

Mereka bertiga langsung saja mengerubungi Daniel yang sedang diobati oleh bunda, Sejeong ikut mengipasi luka di bibir milik Daniel. Sementara pelipis pemuda itu juga lebam karena beberapa kali mendapat bogeman dari Ong.

Sejeong tadi sengaja ikut ke runah Daniel untuk mengantarkannya pulang karena kebetulan pemuda itu tak membawa motor. Sedangkan Ong pulang diantar oleh teman sekelasnya menggunakan motor milik Ong.

"Kak kenapa?" tanya Somi penasaran. Dia duduk di sebelah Sejeong seraya memberikan isyarat pada Ssejeong untuk menggeser badannya agar lebih dekat dengan Daniel.

"Ini kenapa ga ada yang jawab," giliran Guanlin yang buka suara. Bunda tak ingin menjawab karena ia terlalu kesal dengan tingkah laku anak serta keponakannya tersebut. Ia bahkan tak menyangka kalau kedua saudra itu bisa-bisanya bertengkar melibatkan fisik hanya karena seorang wanita.

Bunda Kang tak menyalahkan Sejeong, karena ia tahu bukan wanita itu yang salah di sini. Ia hanya kesal kepada Daniel yang tak bisa menjaga amarahnya.

"Kak kenapa??" tanya Somi kini menggoyang-goyangkan lengan milik Sejeong. Berharap wanita yang lebih tua darinya itu bisa menjelaskan apa yang telah terjadi.

"Berantem," jawab Sejeong ragu. Dia takut disalahkan di sini. Karena ia pun sadar kalau Daniel dan Ong bisa bertengkar karena dirinya. Meski Sejeong juga tak melakukan apa-apa tadi.

"Sama?" tanya Guanlin. Daniel tetap diam seribu bahasa, begitu pun dengan bunda Kang. Setelah selesai, bunda tanpa sepatah katapun pergi dari ruang tersebut dan menyimpan kotak obat ke dapur. Lalu melangkahkan kakinya menuju ke kamar tidurnya.

"Ong," lirih Sejeong. Dia menundukkan kepalanya seolah merasa sangat bersalah dengan apa yang telah terjadi.

"Ko bisa sih lu kak?" tanya Ujin dan kemudian memukul bahu sang kakak pelan, meski dia tahu bahwa alasannya pasti karena Sejeong. Daniel hanya bisa mendengus kesal, mengingat kejadian tadi dia dan Ong.

"Gara-gara gue," ujar Sejeong dengan  nada yang semakin melemah. Dia bener-bener ngerasa bersalah banget sama keluarga Kang, khususnya Daniel.

"Engga Jeong. Ini bukan salah lo, ini salah gue," ujar Daniel akhirnya buka suara. Dia malah mikir semua itu salah dia. Kalo aja dia ga emosian, tentunya Sejeong ga usah nerasa bersalah kayak sekarang ini.

"Haduuh teh, makanya cepet terima kak Daniel. Biar dia ga rebutan terus sama kak Ong," bisik Somi di telinga Sejeong. Wanita itu cuman bisa masang wajah sedih sambil sedikit ngerengek ke Somi. Dia bukannya ga mau sama Daniel, tapi masih banyak yang harus dia pertimbangin.

Sementara ketiga laki-laki yang kebetulan ada di situ jadi penasaran sama yang dibilangin Somi ke Sejeong.

"Apa katanya Teh?" tanya Guanlin antusias. Sejeong dengan cepat gelengin kepalanya, dia juga ga mungkin bilangin apa yang tadi Somi bisikin di depan Daniel, Si tokoh utama pembicaraan Sejeong sama Somi.

Padahal Daniel.udah penasaran juga dan berharap Sejeong ngasih tau.

"Udah sih kalian pergi ke kamar sana. Cuci tangan, cuci kaki, kalo bisa mandi. Ganti baju sana," Daniel menyuruh ketiga adiknya yang baru pulang sekolah itu dengan nada yang mengusir. Padahal dia hanya ingin berdua saja dengan Sejeong. Dia berpikir jarang sering sekali Sejeong bisa perhatian terhadap dirinya.

"Bilang aja sih mau berdua sama Teh Sejeong," ujar Somi meledek. Ia terkekeh seraya bangkit dari duduknya dan berniat pergi ke kamar. Diikuti oleh kedua abangnya, yakni Ujin dan Guanlin yang sebelumnya juga menggoda Daniel terlebih dahulu.

Setelah ketiga anak itu masuk ke kamar masing-masing, situasi kemudian berubah jadi canggung, terlebih di ruang itu sekarang cuman ada Sejeong sama Daniel.

Mereka berdua sama-sama ngerasain rasa bersalah atas kejadian tadi. Sejeong juga gamau buat mulai pembicaraan terlebih dahulu. Begitu pun dengan Daniel.

Namu sedetik kemudian, Daniel mengucapkan kalimat yang bener-bener bikin Sejeong terkejut. Sampe-sampe seakan kalimat itu berhasil bikin dunia Sejeong berhenti.

"Jeong, lo mau kan jadi pacar gue?"

Happy Reading ya guyss ^^
Makasih untuk yg udh mau tetep baca cerita aku :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumit - Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang