Chapt 4

6.6K 427 9
                                    

Typo bertebaran
Jangan lupa klik ikon star
Maaf klo belum bisa bikin baper
Hehe

Author POV
Jimin membawa Yura pulang kerumahnya. Setelah sampai ia segera menggendongnya menuju kamar yang sudah ia siapkan. Ia meletakkan tubuh mungil Yura perlahan, menyelimutinya lalu memandangnya sejenak. Ia merasakan jantungnya yang berdetak tidak normal. Tapi Jimin segera menyadarkan dirinya, lalu pergi meninggalkan Yura .

"Jaga kamar ini! dan jangan sampai gadis ini kabur, atau nyawamu sebagai gantinya " perintah Jimin tegas pada anak buahnya sebelum pergi meninggalkan kamar Yura.

"Jaga kamar ini! dan jangan sampai gadis ini kabur, atau nyawamu sebagai gantinya " perintah Jimin tegas pada anak buahnya sebelum pergi meninggalkan kamar Yura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

  Yura terbangun dengan merintih, merasakan sakit luar biasa dikepalanya. Hingga ia lupa dengan rasa sakitnya dan beralih bingung, ketika sadar dimana ia berada. Ia terdiam menatap ruangan yang sangat asing baginya. Seketika ia teringat kejadian semalam, kejadian yang sangat menyesakkan baginya. Air bening mulai mengalir membasahi pipi cantiknya, ia terisak berharap ini hanya sedang bermimpi buruk.

"Eomma hiks appa jahat...tolong aku eomma, apa yang harus aku lakukan?"Yura bangkit menuju pintu. Tapi itu pintu itu tiba-tiba terbuka, menampakkan sosok yang sangat tak ingin dilihat Yura.

"Kau sudah bangun baby.."sapa Jimin tersenyum melihat Yura. Ia mendekati Yura yang hanya diam mematung ditempatnya.

"Jangan menangis Yura.."tangan Jimin menghapus air mata Yura, menatap lembut gadis didepannya. Detak jantungnya berdegup cepat. Tak kalah dengan Jimin, Yura dibuat terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Jimin. Berkali-kali ia mengumpat pada jantungnya yang justru berdegup kencang hanya karena berdekatan pria tampan didepannya. Mereka hanya diam saling menatap mencari sesuatu dalam tatapan masing-masing.

"Tak perlu sedih, kau harusnya senang bisa bersamaku..semua keinginanmu bisa kuturuti" ucap Jimin sambil menatap dalam Yura.

"Kalau begitu bisakah aku pulang dan lupakan kesalahan appaku hiks" mata Yura mulai berair menangis lagi.

"Kau boleh minta apa pun, tapi jangan berharap bisa pergi dariku!"tatapan lembut Jimin berubah menjadi tajam, ia mencengkram kuat lengan Yura.

"Tapi aku tidak tahu apapun, aku hanya korban disini hiks..." Yura menangis, merasa takdir begitu kejam padanya.

"Beginilah hidup sayang... Kejam dan semuanya tidak bisa berjalan sesuai keinginan kita.."

"Aku mohon hiks...tolong..aku ingin pulang..hiks.."

"Sekarang ini adalah rumahmu baby..."

"Tidak!!ini bukan rumahku hiks, ku mohon bebaskan aku!!"Jimin mulai kehabisan kesabaran, ia mendorong kuat tubuh Yura sampai terjatuh kelantai.

"Suka atau tidak inilah rumah mu sekarang! dan jangan coba melawan takdirmu ini!"bentak Jimin lalu pergi keluar menutup pintu dengan kasar. Yura bangkit mencoba membuka pintu tapi sia-sia, karena pintu itu sudah terkunci.

|Mafia Sweetheart|✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang