Chapt 19

4.5K 421 30
                                    

Eits...mohon baca ini dulu
PENTING!!!
Adakah yg menikmati cerita ini???
Klo ada ya alhamdulillah, 
klo gk ya udh wkwk😆
Sebenarnya ada keinginan untuk hapus cerita ini,  karna kalo baca dari awal banyak sekali kesalahan dan perbedaan gaya penulisan. Jadi kelanjutan cerita ini tergantung bagi yang para readers, 
kalian bisa kritik harus aku apain cerita aneh ini.
Terserah mau kritik apa, tentang alur atau
Haruskah kurevisi,  atau hapus saja karna mungkin emang gk ada peminatnya :v
And thank u to para pembaca yang rajin ngevote maupun tidak.
Aku ngakak pas liat udh 2k yang baca,  wow...wkwkwk ada juga yg mau baca cerita gk jelas ini :v
Oke jd aku tunggu saran kalian semua☺️
Subscribe Park Jisa  di Youtube ya!

.
.
.

Typo bertebaran
Jangan lupa klik ikon star🌟
Maaf belum bisa bikin baper
Hehe

Author POV
Keringat dingin bercucuran didahi Jimin,  tubuhnya bergerak gelisah. Dengan sekuat tenaga ia membuka mata,  menyadarkan diri dari mimpi buruk yang begitu terasa nyata. Jantungnya berdebar dengan sangat cepat,  kepalanya nyeri tak karuan. Tangannya memijat pelan pelipisnya,  berharap dapat mengurangi rasa peningnya tersebut. Jimin menghela nafas kasar, hatinya begitu resah. Perasaannya sangat tak nyaman, dan hanya satu penyebabnya.

Park Yura

Dengan cepat ia menyibak selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Tanpa memakai sandal rumah yang biasa ia kenakan, Jimin berlari menuju kamar istrinya. Cukup sudah, ia tak tahan lagi untuk tidak menemui wanitanya tersebut. Sudah 3 hari Jimin terus saja menghindar dari Yura, entah karna apa Jimin juga tak tahu. Yang pasti Jimin hanya ingin menenangkan diri,  takut akan melukai mainannya lebih parah lagi. Semenjak pernyataan dokter Kang kemarin,  ia benar-benar kalut.

  Dadanya terasa seperti ditimpa benda yang sangat berat,  sangat menyesakkan. Oke, anggap saja Jimin bodoh ia pikir dengan menjauhi Yura mungkin ia dapat membuang rasa sesaknya tersebut. Tapi bukannya lega,  ia justru semakin tak karuan 3 hari terasa seperti 3 abad. Jimin rindu senyuman manis Yura, ia rindu saat Yura menunduk patuh padanya,  dan ia sangat rindu menatap mata indah Yura yang selalu berhasil membuatnya tenggelam dalam kedamaian yang diberikan gadis tersebut.

Tak terasa kakinya sudah berhasil mengantarkannya tepar didepan pintu kamar Yura,  kamar seseorang yang harusnya sedang tidur disisinya. Jimin terdiam, ia hanya menatap gagang pintu kamar Yura seakan itu adalah hal yang sangat menarik untuk diperhatikan.

  Jantungnya tambah berdebar, tiba-tiba saja perasaan ragu datang menyelimuti Jimin. Padahal biasanya ia hanya akan langsung masuk tanpa peduli pada apapun,  tapi kenapa sekarang ia merasakan sangat berat untuk mengangkat tangan. Jimin mulai berpikir kembali,  haruskah ia masuk?  Kenapa ia jadi ragu begini?.

"Argh..!!!" Jimin mengerang frustasi,  ia mengacak-ngacak rambutnya.  Kenapa ia mendadak menjadi dungu begini.

Ckelk

Suara pintu terbuka membuat Jimin membeku, apalagi saat melihat sosok dihadapannya membuat jantungnya serasa ingin keluar.  Lega, itulah perasaan Jimin saat ini.

  Hatinya benar-benar lega saat melihat wajah Yura kembali. Sedangkan Yura hanya menatap dalam sosok didepannya,  ingin rasanya ia memeluk erat tubuh tegap dihadapannya tapi ia segera membuang pikiran bodohnya. Yura harus sadar dimana posisinya.

Yura menunduk,  memutus kontak mata diantara keduanya membuat Jimin kecewa. Ia belum puas dan tak akan pernah puas menatap mata tersebut. Hening,  keduanya masih terdiam. 3 hari tak bertemu entah mengapa membuat mereka jadi canggung sekarang. Yura yang merasa tak nyaman mulai melangkah keluar,  sambil membawa gelas ia hendak menuju dapur. 

|Mafia Sweetheart|✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang