Chapt 15

5.2K 355 0
                                    

Mengandung unsur 21+
Para pembaca diharap
Dapat menindaki bacaan ini
Typo bertebaran
Jangan lupa klik ikon ⭐
Maaf belum bisa bikin baper
Hehe

.
.
.
.

Yura POV
Aku membuka mataku perlahan, dapat kulihat diluar masih gelap. Dan Jimin masih berada disampingku, dirinya masih tertidur pulas. Entah kenapa melihat dia yang masih berada disisiku memberikan rasa lega dalam hatiku, karna jika biasanya Jimin pergi ia tak pernah mengatakan kemana tujuannya dan akan berbuat apa?. Tentu itu memberikan rasa kekhawatiran padaku.

Aku segera memberikan senyum terbaikku saat Jimin mulai membuka matanya, dan dapat kulihat dari sorot matanya bahwa ia sangat lelah. Tangan Jimin maju dan mengelus pipiku lembut, membuat aku memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang ia berikan. Rasanya diriku benar-benar gila, dengan mudah aku melupakan apa yang terjadi tadi pagi.

"Kau lapar? Mau kumasakkan sesuatu?"tanyaku sambil menatap dalam matanya. Dia hanya diam dan ikut menatap ku. Dan itu membuat jantungku tak karuan, ingin melepas tatapan ini tapi terlalu sulit. Seakan mata kami memang sudah terkunci untuk saling menatap. Tapi semakin lama diriku semakin tak karuan karena tatapan Jimin, aku memalingkan wajah memutus kontak kami. Pasti pipiku sudah memerah sekarang.

"Jangan berani menghindari tatapan ku lagi.." ucap Jimin sambil menarik daguku untuk menatapnya lagi. Aku hanya menurut, tak mau membuat nya marah. Lalu tiba-tiba saja Jimin menarik tanganku yang terluka akibat perbuatannya tadi, membuat aku meringis kesakitan saat ia tak sengaja menyentuh nya.

Pergelangan tanganku lecet dan ada bekas kebiruan akibat borgol tadi. Aku tak tau ternyata separah itu, pantas saja rasanya perih. Tapi diriku dibuat lebih terkejut lagi saat Jimin mencium lembut pergelangan tanganku, seakan menjadi penghilang nyeri terbaik yang pernah ada. Sekarang siapa yang tidak akan jatuh hati padanya jika sikapnya semanis ini?. Oh...tidak, ini buruk untuk kesehatan jantung ku. Tapi aku menyukai tindakannya.

"Kau mainanku dan akan tetap begitu" ucapnya tiba-tiba menghancurkan segala rasa bahagia dalam diriku. Lagi-lagi dirinya menarik diriku dalam kenyataan hidupku yang pahit. Aku membuang muka dan menarik kasar tanganku, rasanya aku jadi kesal seketika. Kenapa dia tidak bisa tidak merusak suasana sih!.

Tapi Jimin segera bangkit dan menindih diriku, ia menarik daguku untuk kembali menatapnya.

"Sudah kubilang  jangan menghindari tatapan ku!" Suara Jimin menegas  membuat aku jadi takut. Seharusnya aku tak boleh lupa bagaimana Jimin yang sebenarnya. Jimin terus menatap intens mataku, aku jadi heran kenapa dia suka sekali menatap mataku?. Hingga tatapannya turun kebibirku, perlahan wajah maju mendekat. Oh... Aku sudah tau apa yang akan terjadi.

Chup

Jimin menempelkan bibirnya dengan milikku, awalnya hanya menempel tapi lama-kelamaan ia mulai melumatnya. Aku mulai memejamkan mata, menikmati ciuman yang memabukkan ini. Rasanya selalu berhasil membuat aku melayang.
Aku terus mengikuti alur yang diberikan Jimin, membuka mulutku dan memberi akses lebih pada Jimin.

Jimin memasukkan lidahnya, mengabsen setiap inci dalam mulut ku, dan mengajak lidahku berperang. Tentu saja ia menang dan menautkan lidah kami, kami terus bertukar Saliva. Saling menghisap lidah masing-masing. Seakan lupa dengan yang lain. Karna pasokan oksigen yang mulai habis, terpaksa kami harus melepas pungutan kami membuat benang-benang Saliva diantara kami. Aku dan Jimin hanya dia menikmati terpaan nafas hangat diwajah kami. Dapat kulihat mata hitamnya sudah tertutupi kabut gairah, disertai bibirnya yang bengkak karena ciuman panas kami.

|Mafia Sweetheart|✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang