Chapt 46

2.3K 235 41
                                    

Typo bertebaran
Please vote and follow me!

.
.
.

Yura POV
Aku tersenyum lebar ketika permainan selesai, ini sungguh menyenangkan.

"Apa ku bilang, ini seru Jim" ucapku, masih terkekeh senang. Aku berbalik dan melihat Jimin yang hanya diam terpaku.

Tatapan pria itu seakan sedang bingung, terkejut, dan sedih. Aku terdiam bisa merasakan kekalutan dari pria itu. Jarang sekali aku bisa membaca raut wajah Jimin begini. Pria itu selalu bisa menyembunyikan segala perasaan nya. Lantas aku mendekat dan menyentuh bahunya pelan, Jimin terhenyak kaget karena hal itu. Ia lantas beralih menatap ku.

"Kau tak apa?" Tanyaku ikut khawatir melihat keadaannya. Kenapa pria ini hanya diam saja?.

"Mian, seharusnya aku tak memaksa tadi" imbuhku lagi, dan Jimin tetap diam menatap ku.

"Apakah kau kenal Jungkook?"

"Ha!?" Aku terkejut, bingung harus menjawab apa. Kenapa tiba-tiba Jimin bertanya hal ini?.

"Ada apa Jim? Kau baik-baik saja?"

"Jawab saja, kau tahu seseorang yang bernama Jeon Jungkook?"

"Y-ya" aku menjawab jujur dan keheningan kembali menerpa kami. Aku sungguh bingung kenapa tiba-tiba Jimin menanyakan soal Jungkook, kupikir pria itu tak ingat apapun tentang itu. Kutatap Jimin yang juga menatap ku, berusaha membaca apa yang ada diotak pria itu. Tapi raut Jimin hanya datar tak menunjukkan apapun.

"Ayo pulang" ucap Jimin tiba-tiba menarik tangan ku pergi. Aku gelagapan, mau tak mau mengikuti langkahnya.

"T-tapi kita baru naik satu wahana, kenapa buru-buru pulang?" Jimin tetap diam tak mengindahkan segala protesan dari diriku.

Tatapan ku berubah nanar, tak tahu pasti tapi aku mendadak merasa sedih. Sebenarnya apa yang terjadi?. Kenapa Jimin tampak seperti orang yang menahan amarah?. Belum lama kami bersama, tapi rasanya sudah ada jurang yang memisahkan kami.

Aku menunduk sedih, lalu tatapanku jatuh pada kalung liontin pemberian Jimin. Rantai perak itu tampak sudah putus dan siap akan jatuh, dan benar saja benda itu langsung terjatuh ketanah selang tak berapa lama. Aku menarik tangan ku, berusaha menghentikan langkah Jimin. Pria itu langsung berhenti dan menatapku aneh.

"Kalungku jatuh" jelasku sambil menunjuk benda berkilauan yang tergeletak tak jauh dari kami.

Jimin tetap diam, menatap benda itu lama lalu kembali menatapku. Kembali tak berucap apa-apa Jimin kembali menggeretku melangkah, menjauh. Aku terkejut, semakin tak mengerti.

"Jim, kalungku...bukankah-"

"Biarkan saja, itu hanya sampah" Saat itu juga mataku tiba-tiba berair. Firasat ku semakin buruk, dan merasa bahwa aku dengan Jimin seperti benar-benar sudah berjarak.

.
.
.

Ketika sampai mansion, Jimin langsung keluar dari mobil dan meninggalkanku begitu saja. Selama perjalanan pun begitu, kami hanya diam tanpa interaksi.

Aku menarik nafas, berusaha menahan sakit yang ntah apa pasti sebabnya. Padahal ini bukan pertama kali Jimin bersikap begini, tapi kali ini rasanya lebih menyesakkan. Kenapa Jimin tiba-tiba begitu dingin?. Apakah karna aku sudah memaksanya naik kora-kora? Atau ada sebab lain?. Pria itu selalu memberiku teka-teki. LP l

.
.
.

Author POV
Jimin memegang kepalanya yang berdenyut nyeri, sekuat tenaga ia menahan sakit. Memori-memori itu seakan tak berhenti berdesakan muncul diotaknya.

|Mafia Sweetheart|✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang