Chapt 23

4.2K 305 7
                                    

  Typo bertebaran
Jangan lupa klik ikon star
.
.
.

   Yura sudah mantap akan kabur dari dari Jungkook, setelah menulis surat perpisahan dan rasa terima kasih ia mengendap-ngendap turun. Hari masih sangat pagi,bahkan matahari belum menampakkan wujudnya.

  Yura bernafas lega saat membuka pintu depan, sekarang ia hanya perlu berjalan kepintu gerbang.

   Ia benar-benar sudah tak sabar bertemu Jimin,  mengatakan bahwa buah cinta mereka masih hidup. Tapi langkahnya terhenti saat melihat amplop cokelat dilantai teras, ia begitu terkejut saat melihat siapa pengirimnya.

Park Development

   Itu perusahaan milik Jimin. Kenapa bisa ada disini?. Tanpa basa-basi Yura langsung membuka amplop besar itu. Tangannya di gemetar, air matanya turun membasahi pipi cantiknya.

    Sakit, hati Yura sangat sakit saat membaca isi surat itu.Dia baru saja akan kembali,  memberi kesempatan pada Jimin tapi pria itu malah sudah memutus hubungan dengannya. Tanpa menjelaskan apapun.

Tanpa usaha untuk membangun kembali.

Tanpa pelukan perpisahan.

  Yura ambruk,  menangisi hidupnya yang begitu tragis. Disaat bayinya masih hidup, kenapa sekarang ayahnya malah pergi?.

"Hiks...andwae...hiks" Yura menangis,  ia sungguh bingung apa yang harus dia lakukan. Ia sudah menganggap Jimin sebagai rumahnya.

"Yura-ah!? "Jungkook terkejut saat melihat kondisi Yura yang meringkuk sambil menangis. Tanpa basa-basi ia turun dan mendekap erat tubuh Yura,  berusaha menenangkannya.

"Dia ingin bercerai hiks...aku...aku mencintainya Kook hiks" gumam Yura membuat Jungkook semakin mengeratkan pelukannya. Sungguh hatinya ikut sakit melihat kondisi Yura begini. Jimin sialan.

.
.
.

"Jangan begini Yura-ah...anakmu juga harus makan" lirih Jungkook frustasi dengan sikap Yura yang terus saja menolak makan. Dari tadi ia hanya diam menatap kosong keluar jendela, Yura benar-benar murung. Jungkook tak pernah mengira Yura akan sesedih itu saat bercerai dengan Jimin.

"Letakkan saja disana,  nanti akan aku makan..." balas Yura masih menatap keluar jendela,  entah hal apa yang menarik disana sampai-sampai ia enggan mengalihkan pandangannya.

Jungkook mengehela nafas kasar,  lantas meletakkan nampan disamping Yura.

"Sampai kapan kau akan menyiksa dirimu sendiri Yura, kau pantas mendapat kehidupan yang lebih baik" Yura hanya tersenyum masam,  takdir selalu mempermainkannya.

"Kau bukan Yura yang kukenal,  Yuraku tak akan menyerah dengan keadaan" Jungkook bangkit lalu pergi meninggalkan Yura. Sungguh ia sangat kesal dengan kelakuan Yura, kenapa ia terus saja merenungi nasib. Jimin tak pantas untuk ditangisi.

.
.
.

   1 bulan sudah sejak sidang perceraian Yura dengan Jimin. Dulu saat pernikahan mereka tidak dihadiri siapapun selain anak buah Jimin,  sekarang justru perceraian mereka ramai akan wartawan. Banyak berita yang meliput perceraian mereka mengingat Jimin adalah seorang terpandang di Seoul. Saat persidangan pun Jimin tak mengatakan apapun selain saat ditanya Hakim. Yura juga hanya mengikuti alur,  tentu tak akan pernah mau memohon perceraian ini dibatalkan.

    Jika memang Jimin ingin perpisahan Yura bisa apa?  Dia juga sudah sangat lelah bertahan.

   Sampai sekarang Yura masih bingung dengan alasan kenapa Jimin menceraikannya, mengingat dulu Jimin sangat protektif terhdapnya. Lalu kenapa disaat Yura sudah akan memberi kesempatan Jimin malah melepaskannya. Atau memang sebenarnya Yura hanya sebuah mainan bagi Jimin,  dibuang saat sang pemilik sudah merasa bosan. Jadi Jimin bosan terhadap Yura?.

   Yura tentu sangat sedih, tapi ia mendengar semua nasehat dari ayah dan Jungkook. Ia sadar bahwa ada seseorang yang lebih berarti baginya.

"Jika memang ini yang kau inginkan, baiklah...mari benar-benar berpisah. Kuharap kehidupanmu akan jauh lebih bahagia" gumam Yura menatap cincin pernikahannya bersama Jimin. Bahkan dicincin itu sudah terukir inisial nama meraka,  bukankah itu tandanya Jimin benar-benar sudah menyiapkan pernikahan mereka?. Tapi sepertinya Jimin juga sudah menyiapkan perpisahan dengannya,  mengingat bahwa surat sialan itu sudah tergeletak didepan mansion Jungkook.

  Yura merasa sesak, kenyataan ini masih sulit diterima. Kenapa ia harus jatuh hati pada seseorang yang kejam. Yura membuang cincinya kedalam tong sampah,  cukup sudah tak ada lagi ruang untuk Jimin. Tapi ingatan tentang bersama Jimin malah berdatangan kedalam otaknya.

"Kajja...kita harus check in" Ucap Jungkook memecah lamunan Yura. Yura langsung menghapus sudut matanya yang sedikit berair.

"Aish...berhenti mengingatnya,  kita akan menjalani kehidupan baru" Yura hanya tersenyum tipis. Benar,  ia akan memulai kehidupan yang lebih baik lagi. Dan ia harap takdir tidak akan mempermainkannya lagi.

.
.
.

"Pesawat mereka baru saja lepas landas" jelas Namjoon membuat Jimin menghelas nafas kasar. Ia mengangguk kecil lalu berbaring diatas tempat tidur.

"Lakukan" perintahnya singkat.

"Siapkan ruangan operasi" ucap Namjoon pada bawahannya.

  Namjoon kembali melirik kearah Jimin yang dengan tenang memejamkan mata. Ia benar-benar tak habis pikir,  bagaimana bisa Jimin sesantai itu. Padahal dirinya akan berada diambang kematian.

.
.
.
Tbc
Jangan lupa tinggalkan jejak chingu🙂

Pendek?
Iya memang pendek, wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwjwjwjwjwjwkwkkwkwkwkwkjavsjdjshajs
Jisa tiba" aja kehilangan semangat nulis, bahkan cerita yang di Youtube belum dilanjutin udh mau 1 bulan.
Mungkin kalian bisa ngasih saran supaya Jisa semangat lagi????
Atau Jisa Hiatus aja ya🙃

|Mafia Sweetheart|✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang