Chapt 27

4K 297 4
                                    

Typo bertebaran
Jangan lupa klik ikon star 🌟
Maaf belum bisa bikin baper
Hehe
.
.
.

Marah

Sedih

Terluka

Yura tak tau bagaimana harus mendefinisikan perasaannya lagi. Rasanya begitu sesak, air matanya tak berhenti keluar dari tadi. Sungguh ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Jimin, pria ini benar-benar brengsek. Disaat genting dan nyawanya anaknya sedang terancam, pria ini masih bisa mencari keuntungan. Si gila ini benar-benar mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Brengsek!!!" Yura lepas kendali, ia benar-benar kesal. Kenapa Jimin tak pernah puas menyakitinya?.

"Ayolah sayang...bahkan perjanjian ini bukanlah hal berat" Jimin tersenyum devil membuat Yura semakin muak."aku dengan suka rela menukar nyawaku dengan Jiya, tapi kau harus setuju dengan semua ini"

Yura semakin kalut, ia tak mau terjebak dalam kehidupan Jimin lagi. Ia tak yakin akan sanggup. Tapi Yura akan lebih hancur bila terjadi sesuatu terhadap Jiya.

"Hmm, bagaimana? Nyawa Jiya tergantung keputusan mu" Jimin masih berusaha membujuk Yura, diam-diam ia menyembunyikan degupan jantungnya yang tak menentu. Kenapa Jimin jadi gugup begini, jangan sampai semua rencananya gagal.

"Cepat Yura, kau tau waktu kita tak banyak"  Jimin jadi gemas sendiri, Yura dari tadi hanya diam memandangi kertas dihadapanya. Tak selang lama bibirnya menunjukkan senyum yang memikat saat Yura menandatangani berkas tersebut. Dalam hati Jimin bersorak-sorai gembira.

'Kena kau!' ucap Jimin dalam hati.

Yura tak peduli lagi, Jiya adalah segala-galanya baginya. Bahkan jika ia memang harus menjadi pemuas nafsu mantan suaminya pun Yura akan ikhlas. Sejak dulu Jimin memang tak pernah menghargai nya.

"So smart, ayo baby...kita jemput anakmu"
Yura hanya diam menatap kosong kelantai, ia hanya pasrah saat Jimin menarik tangan nya menuju mobil. Panggilan Jimin tadi kembali membuat Yura bernostalgia dengan masa lalu. Hatinya kembali menghangat.

.
.
.

   1 jam sudah Yura menunggu didepan sebuah rumah tua kosong. Dirinya tak pernah berhenti berdoa untuk keselamatan sang anak. Jimin yang berada disampingnya menggenggam erat tangan Yura, dalam hati ia merutuki perasaan takutnya.

Jimin belum pernah merasa setakut ini sebelumnya.

Jadi mereka sudah datang ke alamat yang dikirim si penculik tersebut, tapi Jimin tak membawanya masuk. Ia bilang sudah mengurus semuanya.

Drrt drrt!

Jantung keduanya tambah berdetak cepat saat ponsel Yura bergetar. Dengan cepat Jimin merebut ponsel Yura dan mengangkat telpon dari penculik sialan tersebut.

"Anak itu sudah aman Boss, pelaku sudah kami bawa ke markas" ucap sang penelepon membuat Jimin menyungging kan senyum sinis.

"Kerja bagus, akan ku urus itu nanti. Bawa anak itu ke mansion ku" perintah Jimin lalu mengakhiri panggilan.

"Ayo kita pergi dari sini" Jimin menarik tangan Yura namun dihentikan oleh wanita itu.

"Bagaimana dengan Jiya? Kita tidak bisa pergi dari sini"Ucap Yura frustasi. Jimin menghela nafas kasar, melihat air mata Yura membuat hatinya  ikut sakit.

"Kau tuli!? Anakmu sudah aman dirumahku. Sekarang ayo kita temui dia"

"Dirumahmu!? Ba..bagaimana bisa?"

|Mafia Sweetheart|✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang