Chapt 22

4.3K 307 0
                                    

Typo bertebaran
Jangan lupa klik ikon star 🌟
Maaf belum bisa bikin baper
Hehe
.
.
.

Yura POV
Dengan perlahan aku membuka mata,  rasa pening langsung menyerangku. Reflek tanganku pun memegang kepalaku yang berdenyut nyeri tersebut.

"Akhirnya kau sadar juga" Tiba-tiba saja seorang pria memelukku erat. Aku terkejut,  tentu aku sangat mengenal sosok ini.

"K..kookie? " Aku menatapnya bingung,  bagaimana bisa ia disini?  Dan bukankah tadi aku diculik?

Jungkook tersenyum kearahku,  tangannya maju merapikan rambutku yang berantakan.

"Nanti saja berterima kasihnya,  sekarang kau makan dulu. Pasti dirimu sangat lapar kan" Aku hanya diam menatap dalam kearah Kookie.

"Wae?Kau mau makan yang lain?"Tanyanya heran.

"Apa ini semua perbuatanmu?  Kau yang menyulikku? " Jungkook menghela nafas,  ia kembali meletakkan piring keatas nakas.

"Kenapa reaksimu begitu hm?  Harusnya kau senang sudah ku selamatkan"

"Mwo?  Kenapa kau melakukan ini?  Aku tak pernah minta untuk diselamatkan. Aku mau pulang!" Dengan emosi aku turun dari kasur,  enak saja ia main culik begini. Aku harus pulang,  aku mau bertemu Jimin.

"Dia tak pernah pantas menjadi suamimu Yura!" Jungkook berteriak menghentikan langkahku. Aku berbalik lalu menatap tajam kearahnya,

"Hentikan omong kosong mu Jungkook!"

"Kau yang harusnya berhenti Yura,  berhenti mencintai pria brengsek sepertinya!. Dia bahkan tega menyakiti dirimu serta janin didalam tubuhmu!" Dahiku mengernyit bingung,  darimana Jungkook tau semua ini.

"Kembali ingat semua perlakuannya padamu,  jika kau kembali kau dan bayimu tak akan pernah selamat!!!" Hatiku mencelos mendengar itu, bahkan bayi itu memang sudah tak ada diperutku lagi. Mengingat itu aku langsung ambruk menangis tersedu-sedu.

"Tidak hiks, ini semua memang salahku hiks" mendengar itu tatapan tajam Jungkook berubah sendu. Ia segera mendekat dan memelukku erat.

"Sttss...kau sudah aman disini,  tak perlu menangis lagi. Dan bayi itu masih bersamamu Yura,  dia masih tumbuh didalam perutmu" aku menghentikan tangisku lalu menatap bingung kearah Jungkook.

"Ini juga rencanaku,  dokter Kang sudah berpihak padaku. Aku yang menyuruhnya untuk mengatakan bahwa janinmu sudah tiada tapi sebenarnya hampir tiada. Jika Jimin tau kau hamil entah apa yang ia lakukan terhadapmu" aku terdiam mendengar penjelasan Jungkook, spontan langsung saja ku usap perutku lembut.

Sejenak aku bernafas lega,  aku senang bukan main. Tapi pikiranku kembali keJimin,  bukankah ia mencintaiku sejak awal? Tidak mungkin ia akan menyakitiku dan anaknya sendirikan? Tapi jika ku ingat kejadian kemarin...

"Berhenti Yura, kau harus berhenti mengorbankan dirimu. Kau harus ingat bahwa ada nyawa yang harus kau lindungi" Jungkook menghapus air mataku,  ia menatapku dalam.

"Aku ada disini selalu bersamamu, kita akan membesarkannya bersama. Aku akan menjadi sosok ayah untuknya" diriku semakin tertegun, pikiranku kacau bukan main. Setiap kalimat Jungkook benar, bahwa ada nyawa yang harus kujaga, aku tak akan pernah membiarkannya merasakan bagaimana kejamnya dunia Jimin.

Tapi kenapa hatiku merasa tak rela? Bukankan sejak awal aku memang ingin bebas?.

.
.
.

Author POV
Jimin menatap sendu keluar jendela,  tatapannya begitu kosong seakan benar-benar ada yang hilang dari dirinya.
Sedangkan Namjoon dan anak buahnya sudah gemetaran dibelakangnya,  mereka terus berharap semoga masih bisa selamat dari amukan boss besar mereka ini.
Jimin menghela nafas kasar,  lantas ia berbalik menghadap mereka.

"Aku mohon ampun boss,  aku tau tak seharusnya aku membawa nona Pa—"

"Urus surat perceraian ku" Namjoon menatap tak percaya kearah Jimin, dia rasa pendengarannya sudah rusak akibat pukulan tadi.

"Aku mau besok surat itu sudah ada dimejaku besok" ucap Jimin lagi, oke sekarang Namjoon sadar bahwa ia tak salah dengar.

"N..ne.."balas Namjoon, ia melirik kearah bossnya dengan was was."Boss tidak mau mencari Nona?" Tanyanya mencoba memastikan lagi.

" Urus saja surat perceraian ku dengan Yura" balas Jimin singkat lalu pergi keluar ruangan. Namjoon dan anak buahnya menatap bingung, ada apa dengan Boss mereka?. Ini aneh sekali.

.
.
.

   Yura terbangun saat tengah malam, pikirannya gelisah tak menentu. Dia benar-benar merindukan Jimin, apakah pria kesayangannya itu sudah sadar apa belum? Apakah Jimin mencarinya? Terlalu banyak pertanyaan dalam benak Yura.

   Sungguh Yura sangat ingin pulang saat ini, tapi masih bisakah rumah itu ia sebut rumah? Bukankah selama ini Yura terus saja dikurung disana.

   Terus merasa gusar Yura memutuskan mencari Jungkook, mungkin sahabat nya bisa mengurangi rasa cemas Yura. Tapi baru saja membuka pintu Jungkook sudah berdiri didepannya. Kebetulan sekali.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Jungkook terkejut melihat Yura masih saja terjaga tengah malam begini.

"Aku susah tidur"

"Butuh pelukan?" Wajah Yura memerah, padahal sudah biasa Jungkook bersikap manis padanya. Mungkin karna mereka lumayan lama berpisah sedikit memberi rasa canggung bagi Yura.

"Wae? Kenapa kau jadi memerah begitu" Jungkook terkekeh gemas, dia sangat rindu menggoda gadis dihadapannya ini. Tanpa basa basi Jungkook langsung saja mendekap erat tubuh Yura, menyalurkan segala rasa kerinduan yang ia rasakan selama ini. Yura awalnya terkejut tapi ia membalas pelukan Jungkook, sesaat ia rindu dengan pelukan hangat Jimin.

'Aish...berhenti memikirkannya Yura!' gerutu Yura dalam hati. Kenapa disaat seperti ini pikirannya masih saja tertuju pada pria kejam itu.

"Aku senang bukan main Yura-ah... akhirnya kita bersama lagi" gumam Jungkook masih setia memeluk Yura.

"Tapi aku akan jujur Yura, aku...aku.." Jungkook melepas pelukannya lalu menatap intens mata Yura.

"Aku mencintaimu" Yura membeku mendengar kalimat itu keluar dari mulut Jungkook. Apakah ini mimpi?

"Aku tahu kau baru saja patah hati, tapi aku akan menunggumu. Aku akan terus berada di sisimu"

"Kookie..."lirih Yura lemah. Ia bahkan tak tahu apakah bisa menghapus perasaannya terhadap Jimin.

"Aku tak memaksamu Yura, tapi beri aku kesempatan untuk menjadi sosok ayah dari anakmu. Aku akan menyayanginya sama seperti anakku sendiri" Mata Yura berkaca-kaca, kenapa disaat seperti ini Jungkook selalu saja berkorban untuk nya. Yura merasa tak pantas menerima semua ini.

"Kookie...jangan menunggu ku. Carilah wanita yang lebih bai—"

"Aku hanya mau dirimu Yura. Dari dulu sampai sekarang"

"Tap Ko—" Jungkook memotong ucapan Yura dengan bibirnya. Ia terus saja melumat dan mencium dalam bibir yang sudah ia dambakan selama ini. Cukup sudah, ia tak bisa menahan diri lagi.

  Sedangkan Yura hanya diam tak bergeming, tubuhnya mendadak kaku. Lagi dan lagi Yura teringat dengan Jimin, tiba-tiba saja muncul bayangan Jimin yang menatapnya tajam dan dingin seakan tak terima istrinya dicium orang lain.

   Spontan Yura mendorong kuat tubuh Jungkook kuat hingga tautannya terlepas, Jungkook menatap bingung kearah Yura. Seakan paham Jungkook pun menunduk menyesal, tak seharusnya ia bertindak lancang begini.

"Mianhae..."lirihnya lalu pergi meninggalkan Yura. Yura semakin kacau, tiba-tiba saja rasa bersalah nya muncul. Pikirannya semakin kalut, ia menatap nanar kearah cincin pernikahan nya bersama Jimin. Mengingat kembali bagaimana pernikahan mereka yang dipenuhi airmata dan diakhiri dengan airmata juga.

  Tangan mengusap perutnya yang masih datar dengan lembut. Yura bingung bukan main,
"Kau merindukan Appamu sayang? Besok kita pulang ya..." Yura sudah bertekad bulat akan kembali pada Jimin. Semua orang pantas mendapat kesempatan kedua, toh...Jimin sudah menyesali perbuatannya kemarin. Yura yakin Jimin tak akan mengulangi kesalahannya lagi.


.
.
.
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak 🙂

|Mafia Sweetheart|✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang