Chapt 42

2.4K 214 17
                                    

Typo bertebaran

Please vote and follow me!
.
.

.

Author POV
Keduanya hanya diam saling menatap tatkala ciuman intens itu terlepas. Yura bisu seribu kata, terus mengutuk diri sendiri tapi sesungguhnya ia juga merasa lega. Rasanya seperti beban yang terkumpul ditubuhnya terangkat semua dan hilang ntah kemana. Melihat wajah tampan pria ini nyatanya benar-benar berpengaruh bagi Yura.

"Kau selalu bisa membuatku gila Yura..." lirih Jimin, pelan,dan dengan pasti setiap kalimat itu masuk tepat kerelung hati dalam Yura.

Debaran-debaran langsung bermunculan. Wajahnya memanas dan Yura yakin sekali bahwa kedua pipi nya sudah semerah tomat saat ini. Ya ampun, ia bukanlah anak muda lagi. Dirinya sudah memiliki anak, tapi kenapa tingkahnya begini?.

Jimin yang sadar soal itu lantas tersenyum samar, hatinya juga ikut membuncah ketika melihat Yura merona karenanya. Dan tidak ada pria lain yang boleh melihat bagaimana cantiknya gadis ini saat merona.

Tangan Jimin langsung terulur mengelus pipi Yura lembut,

"Bukankah hanya aku yang bisa melihat ini? Bukankah hanya aku yang bisa menambah kecepatan deguban jantungmu Yura?"

Yura memilih diam dan mengalihkan pandangan. Kemana saja, asal bukan tatapan teduh Jimin. Pria itu benar. Yura pun sangat yakin tak akan kuat menatap mata tajam Jimin. Itu melemahkan dirinya.

"Menjauh dariku" ucap Yura akhirnya, dirinya tak boleh terlalu lama bersama Jimin. Jantungnya mau melompat rasanya.

Dan Jimin hanya kembali tersenyum, ntah sudah berapa banyak senyumannya terpatri hari ini. Tapi yang pasti semua ini tak akan terjadi tanpa adanya gadis cantik dihadapan nya saat ini. Hanya Yura seorang yang bisa menampilkan sisi-sisi lain dari Jimin.

"Lihat...kau menghindar lagi. Kenapa sepertinya sulit sekali bagimu untuk menerimaku?" Pertanyaan Jimin spontan bagaikan tamparan bagi Yura. Pria ini serius bertanya begitu kepadanya?. Mendadak segala rasa marah itu kembali muncul.

"Aku sulit menerima mu?" Yura tertawa masam, hatinya tiba-tiba terasa sakit. Sesak. Matanya pun mulai berair dan siap akan tumpah kapan saja.

"Kenapa kau bertanya begitu sekarang hah?"tanya Yura tapi Jimin hanya diam. Melihat tatapan terluka Yura cukup membuat Jimin ikut merasakan sesak.

"Bukankah kau yang telah mencampakkan aku Park Jimin? Bukankah kau yang menyebabkan semua ini? Ak-aku sudah pernah berusaha untuk menjadi istri yang baik bagimu dulu hiks" Yura sudah berusaha untuk menahan air mata tapi semuanya sia-sia karena benda bening tetap jatuh membasahi pipinya. Ia lantas mencengkram kerah baju Jimin erat, memaksa pria itu untuk terus menatapnya dan melihat bagaimana tersiksanya dirinya selama ini.

"K-kau yang terus menghindari ku Jim, kau yang terus menyakitiku Jim. Dan sekarang hiks, setelah aku berhasil hidup jauh darimu justru kau yang terus menarikku kejurang ini hiks. Katakan apalagi yang harus aku lakukan hiks kenapa hiks kenapa harus aku yang kau hancurkan?" tubuh Jimin sekejap merasa lemas mendengar semua ini.

Semua hal yang dikatakan Yura adalah hal yang tak bisa ia mengerti. Ia tak tahu semua ini, ia tak ingat apapun. Istri? Bahkan Jimin sama sekali tak ingat apapun dimasa lalunya.

Ini semua pasti dusta, tapi tangis gadis itu begitu nyata dan menyakitkan. Sebenarnya apa yang telah terjadi?.

Nging!!!!

Suara laknat itu kembali muncul membuat kepala Jimin seperti dihantam benda berat. Pandangannya langsung blur dan berkunang-kunang. Ia hanya bisa melihat samar-samar bayangan Yura yang panik kearahnya. Jimin sungguh benci melihat gadis itu menangis seperti ini.

|Mafia Sweetheart|✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang