Chapt 32

4K 311 22
                                    

Anyeong!!!
Lama juga sejak terakhir Jisa update ya gaes...
Jisa minta maaf belum bisa rutin update, karna Jisa juga udah pernah bilang bahwa Jisa akan slow update untuk semua cerita Jisa.
Jadi Jisa mohon maaf luar dan dalam ya gaes😂.
Jisa bakal usahain buat segera update, dan terima kasih yang udh ngedukung dan tetep setia Ama cerita ini.
Maaf juga Jisa gk bisa bales comment kalian satu-satu😅 tapi Jisa tetep baca dan seneng rasanya ada juga yang nunggu cerita ini...
Jadi jangan bosen buat comment dan vote ya gaes
Pokoknya thanks for All
Borahe💜


Banyak typo bertebaran
Jangan lupa klik ikon star 🌟
Maaf blm bisa bikin baper
Hehe
.
.
.

A

uthor POV
   Yura membuka mata perlahan, badannya pegal bukan main. Ia menggeliat, meregang kan tubuh yang rasanya sudah mau copot. Tentu ini semua efek dari perbuatannya semalam bersama Jimin.

  Sekarang Yura yakin sekali pasti ia akan sulit untuk berjalan, miliknya begitu perih dan lecet. Yura menghela nafas kasar, merasa kesal, senang, dan menyesal. Entahlah, dia selalu bingung dengan perasaannya sendiri. Dia benci sekaligus candu akan sentuhan Jimin, layaknya rokok yang membuat penikmatnya candu dan mati secara perlahan.

  Kepalanya menoleh dan menemukan jam dinding yang sudah menunjukkan angka 12 siang, sudah lama sekali ia tidak bangun kesiangan begini. Biasanya ia selalu bangun pagi dan menyiapkan sarapan untuk Jiya dan Jungkook. Mengingat Jungkook membuat hati Yura serasa diremas, pria itu pasti sedang kebingungan mencarinya saat ini. Andai saja telepon Yura masih ada, pasti ia bisa mengabari pria kelinci tersebut dan mungkin sekaligus minta diselamatkan dari Jimin.
 
Ya... Bagaimana pun ia dan Jiya tak seharusnya ada disini, Yura tak akan membiarkan Jiya hidup dalam dunia kelam Jimin.

Drrt drrt

Yura menoleh kaerah nakas dan menemukan benda yang baru saja ia pikirkan.

Ponsel

  Benda persegi panjang berwarna hitam itu adalah milik Jimin, dan pria itu meninggalkan nya begitu saja disini.

  Seakan menemukan sebongkah berlian Yura bergegas mengambil benda pipih itu, tak peduli dengan tubuhnya yang masih sakit dan pegal. Yura tersenyum lebar, rasanya hampir saja ia menangis hanya karna ponsel ini. Akhirnya ada secercah harapan untuknya kabur dari sini bersama Jiya.

   Tak mau menunggu lama, langsung saja ia menghubungi nomor Jungkook yang sudah ia hafal diluar kepala, dan beruntung nya ponsel Jimin memang tidak disandi.

Tut...
Tut...
Tut...

Jantung Yura berdebar tak karuan seraya menunggu Jungkook mengangkat telpon. Dalam hati ia terus berdoa kepada Tuhan untuk memberinya pertolongan, jangan sampai Jimin masuk dan memergoki nya.

"Hallo..." Yura memejamkan mata lega, rasanya ia ingin berteriak dan menangis saat ini juga. Tapi ia tak punya banyak waktu untuk itu.

"K..ko..kookie-ah...tolong aku hiks" seberusaha apapun, Yura tetap tak bisa menahan isakan tangisnya. Ia begitu frustasi dan panik.

"Yura? Ini benar-benar kau? Kau dimana" Jungkook tak kalah panik nya, apalagi saat mendengar isakan tangis Yura membuat nya tambah kacau.

"J...ji..hiks...Jimin...Dia...hiks...aku ada diseoul hiks, dirumah Jimin..." Jelas Yura berusaha tenang walaupun sia-sia karna ia terus saja menangis.

|Mafia Sweetheart|✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang