14. Konspirasi #1

549 68 0
                                    

Sinar matahari membias di ruangan itu, menembus tirai putih yang menutupi jendela kaca. Tuan Sanjana meniupkan asap putih dari cerutunya itu ke udara, duduk di kursi kebesarannya bagai raja

Dia mengangkat tangan kanannya, kemudian menggerakkan jari telunjuk dan tengahnya secara bersamaan, memanggil Sandi --tangan kanannya-- untuk mendekat ke arahnya

"Kamu sudah urus pemakaman Aisah? Tutupi masalah ini segera, jangan sampai media atau para polisi bodoh itu tau. Jika ada saksi segera tuntaskan"
Ucapnya tanpa menoleh sedikitpun ke arah anak buahnya itu. Kemudian Pria dengan stelan Formalnya itu mengangguk lalu berlenggak pergi

Tuan besar Sanjana menyeruput kopi hitamnya, sinar matahari menampakkan uap panas yang mengepul, bersamaan dengan lelaki yang memiliki tinggi semampai itu masuk membawa amarah yang menggebu

"Ayah yang bunuh kak Aisah?"
Tanyanya dengan tatapan intens

"Bukan Ayah tapi dia"
Ucap Tuan Sanjana seraya melirik ke arah pintu dengan ukiran yang berada di ujung ruang, lalu meletakkan cangkir kopinya di meja

"Ayah yang memerintah!"
Intonasi nya semakin tinggi, kemarahan nya sudah memuncak. Tangannya mengepal menahan amarah yang ingin melonjak keluar

"Sudahlah Adam, ayah masih banyak urusan sebaiknya kamu pergi, sebelum kamu menyesali perbuatan kamu sendiri"
Pria dengan keriput di wajahnya itu menunjuk Adam, lelaki yang berdiri tepat di hadapannya tanpa rasa takut

"Mau sampai kapan ayah bersekutu dengan setan? Rela membunuh keluarga sendiri demi uang. Sampai Bang Danu juga ayah kan yang bunuh! Adam tau yah, Adam tau semua perbuatan keji ayah!"

Telinga Tuan Sanja mengeluarkan asap, wajahnya merah padam sudah cukup sepertinya amarah yang di tahan sejak tadi. Adam sudah sangat keterlaluan

Brakk!!
Suara gebrakan meja itu memecah, memenuhi ruang. Membawa rasa mengintimidasi yang teramat dalam

"Kamu sudah Melawati batas Adam! Ayah melakukan ini semua demi siapa? Demi kalian! Biar bisa hidup enak gak susah kayak dulu. Apa kalian pernah makan nasi basi? Sakit nahan lapar sampai rasanya mau mati?! Ayah lakukan ini semua demi kalian!"
Sarkasnya

"Kamu berani ngelawan ayah? Membangkang kayak Danu? Kamu tau konsekuensi apa yang bakal kamu dapat!! Camkan itu!"
Ucapannya tegas, tak ada yang berani melawan setiap kata yang di ucapkan Tuan besar Sanjana, jika dia berkata iya maka iya jika dia berkata kamu mati, maka kamu akan mati

"Demi kami? Heh"
Adam menarik sudut bibir kanannya, merasa semua yang di katakan ayahnya adalah sebuah kebohongan. Bukankah sudah jelas? "Kami" hanya sebuah alasan untuk dirinya sendiri

"Semua ini, semua yang ayah lakukan hanya demi ayah sendiri! Untuk kebahagiaan ayah sendiri! Bukan kami"
Ucapnya lalu pergi meninggalkan ruangan yang di selimuti atmosfir kemarahan

Sepertinya hari ini tuan Sanjana tidak bisa diganggu, kemarahan terlihat jelas di wajahnya dan aura mematikan itu mengikutinya bagai bayangan yang bertuan

*****

Tuan Sanjana memasuki ruangan dengan pintu ukiran yang berada di pojok ruang kerjanya. Seraya membawa secangkir kopi pait

Ruangan itu memiliki cahaya temaram, terasa dingin dan lembab, bahkan lumut pun sanggup untuk tinggal di sudut-sudut ruang. Dia meletakkan kopi tersebut di meja beralaskan kain hitam polos yang tampak kusam dan rapuh

"Ini makananmu, kembang 7 rupa, kepala kambing jantan dan kopi pait"
Ucapnya segan, dia fokus pada satu titik, kain putih yang menjuntai lurus di belakang meja itu. Seolah sebuaah pembatas antara dia dan seseorang yang berada di baliknya

Ada sebuah tangan menjulur keluar mengambil kepala kambing yang di jadikannya sebuah persembahan, dengan aroma dupa yang menyeruak masuk ke indra penciumannya

"Terimakasih lagi untuk tempo hari. Berikan aku uang yang lebih banyak, maka akan aku berikan satu ekor kerbau"

"Tidak Tuan. 2 ekor kerbau atau tidak sama sekali"
Suaranya menggema di ruangan itu, terdengar jelas bahkan jika kamu mendengar nya dari ujung jalan sekalipun, berat dan mengerikan..

"Baik akan kuberikan 2 ekor kerbau"
Ucapnya menyetujui. Dia mengusap dagunya perlahan seraya berkata

"Kau ada saran siapa yang menjadi penerus ku? Adam tidak cukup kompeten untuk itu, bisa-bisa semua bisnis penyeludupan narkoba ku hancur berantakan"

"Gadis itu Tuan. Dia punya darah dan aura seorang pewaris, masa percobaan yang kulakukan padanya hampir selesai. Sebelum itu singkirkan anak bungsu mu, dia adalah lobang besar yang membawa bencana, dan jadikan dia sebagai persembahan untukku"
Ucap makhluk di balik kain putih itu, di ikuti sebuah kekehan di akhir kalimatnya

"Akan kulakukan segera"
Dia menarik kedua sudut bibir nya menampakkan deretan gigi putihnya.

Sebuah kemenangan besar keluarga Sanjana ada di depan mata. Apapun akan dia lakukan demi kekuasan dan harta

*****

Jangan membaca di tempat gelap dan jauhi pandangan dari layar. Happy reading!!

Jika suka jangan lupa, vote, komen dan share ke temen-temen kalian!!

Filitia a.m

KUTUK!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang