Lagi lagi mataku menangkap cahaya yang masuk terlalu banyak, warna putih yang mendominasi ruangan ini, kembali menyapa untuk pertama kali, aku mengerjapkan mataku menyesuaikan cahaya terang dari atas. Tangan kiriku terasa sedikit berat, seperti ada sesuatu yang menimpanya, kemudian... mataku fokus pada seseorang yang tengah menenggelamkan wajahnya di balik lipatan tangannya, yang digunakan nya sebagai penyangga
Tangan kirinya memegang tanganku, lebih tepatnya sedikit menindih, wajahnya yang lelah itu membuat ku sedikit bersalah, melibatkan nya dalam urusanku yang semakin runyam saja, bukannya lega dengan kenyataan yang kudapat malam ini, tapi membuatku semakin yakin bahwa masalah ini benar benar bukan tandingan ku, memoriku kembali berulang mengingat kejadian tadi yang menyebabkan ku kembali tertidur lemah
Rasanya seluruh tulang di tubuhku patah, bayangkan saja punggung ku terhantam keras di dinding beton dengan cepat, tak mengizinkan ku untuk bersiap terlebih dahulu menerima rasa sakit itu. Aku menatap langit-langit kamar, memikirkan kembali setiap kata yang terucap sangat jelas, bahkan tercetak di kepalaku, membuat ku semakin meringis
Makhluk keji itu benar-benar iblis, bahkan dia tidak segan untuk membunuh bukan, mengatakan derajat nya lebih tinggi daripada manusia-manusia rendahan, aku mengernyitkan kening ku, menyadari satu fakta mengejutkan "Kakek ku bersekutu dengan mereka" tentu itu membuat semua potongan puzzle di kepalaku perlahan menemukan potongan lainnya
Aku dengar perkatanya tadi, ini takdir untuk ku yang bahkan tak bisa aku usik, tapi apa bisa aku mempercayai makhluk seperti itu? Hal ini malah membuat ku semakin yakin bahwa aku bisa melepaskan segala hal aneh yang terus menganggu kepalaku, membuat ku semakin penasaran apa fakta dibalik ini semua
Kematian Ayah Amira disebabkan oleh makhluk itu, membunuh nya tanpa berpikir dua kali, memakai wajahku untuk menipu mata setiap orang, apa mungkin dalangnya adalah Kakekku? Yang bahkan wajahnya pun aku tak tau. Tunggu! Apa aku adalah tumbal? Maka ini akan sesuai dengan perkataan iblis itu "Takdir yang tak bisa aku ubah"
Aku bahkan belum siap untuk mati, apalagi dengan embel embel tumbal, setahuku jika seseorang bersekutu dengan makhluk seperti mereka maka harus ada imbal balik berupa tumbal, dan salah satunya adalah nyawa? Ah memikirkan ini semakin membuatku frustasi
Aku mendengus kasar,seraya mengusap wajahku, mungkin hal itu yang membuat Surya terbangun dari tidurnya
"Lana, lu udah sadar?"
Aku mengangguk seraya menoleh ke arahnya
Matanya mengerjap beberapa kali, dengan mulutnya yang terbuka karena menguap, mungkin dia masih mengantuk. Muka bantalnya itu membuat ku semakin gemes melihatnya, membuat ku tak mampu untuk tak mengukir senyum"Otak lu gak geser kan ?"
Tanyanya tiba-tiba"Apasih"
Aku mendelik kesal, menatap ke arah lain seraya berusaha menuangkan air ke gelas, kemudian meneguk isinya hingga habis, ujung mataku menangkap Surya memperhatikan ku lekat dengan kekehan tipis lalu kembali membuka suaranya"Eh lu tadi kenapa bisa pingsan di deket pintu? Untung aja lu gak kenapa kenapa, tadi pas mau ke kamar lo gue denger dari luar kayak ada orang yang ngomong, tapi gue gak bisa bedain itu suara cowok atau cewek, pas gue liat ke dalem lu udah pingsan, lu tau gak seberapa paniknya gue liat lu lemes gak berdaya gitu, kek sakaratul maut tau gak"
Ucapnya panjang lebar, tanganku gatal untuk memukul mulut yang sedari tadi tak bisa berhenti berbicara itu, membuat Surya menatap ku kesal seraya mengusap bibirnya"Ngomong nya dijaga"
Dia hanya cengengesan dengan wajah bodoh"Untung lu gak kenapa-kenapa Na, kata dokter syukur lu cuma syok doang, emang lu kenapa sih tadi? Ada orang yang neror lu ? Ngancem lu? Ada penyeludup? Apa maling?"
Wajahnya sudah was-was, dengan matanya yang menyapu setiap sudut ruangan ini memastikan tidak ada hal yang mencurigakan atau orang lain yang disebutkan nya tadiPerkataan nya membuat ku bingung, bukan-bukan perkataan dokter itu membuat ku mengerutkan kening dalam-dalam, tidak apa-apa? Tapi aku ingat dengan jelas tubuhku yang menghantam tembok, dan dia mengatakan baik baik saja. Oh apa mungkin ini ulah makhluk tadi?
"Lana..."
Goyangan di lenganku membuyarkan semua lamunanku, membuatku sedikit tersentak lalu melihat ke arah Surya"Aku gak kenapa kenapa kok... Emm cuma.."
Aku menggigit bibir bawahku, ragu. Rasanya terlalu ragu untuk menceritakan semua yang terjadi, mungkin Surya akan menganggap ku benar-benar gila karena omonganku yang semakin ngelantur. Tapi, mungkin saja dia percaya, terlebih melihat Surya bukanlah orang yang tidak memercayai hal itu, dan ceritaku sebelumnya juga dia menanggapi nya dengan serius"Cuma apa?"
Dia semakin memperhatikan ku lekat, seolah memperbesar telinganya untuk mendengarkan ucapankuSetelah berpikir cukup lama, dengan Surya yang masih sabar menunggu jawabanku, aku memutuskan untuk menceritakan semuanya.
Semua hal yang menimpaku, tentang makhluk itu yang kembali muncul kemudian memberikan gambaran aneh seperti cuplikan adegan film, sampai takdir yang dibicarakan nyaSurya serius mendengarkan, jarinya lagi-lagi mengusap dagu, tampak berpikir, bibirnya sedikit terbuka hendak berbicara tapi dia urungkan, tampaknya dia ragu dan kembali memikirkan kata yang tepat untuk menanggapi
Sebuah pikiran terlintas di kepala ku, jika makhluk itu bisa saja membunuh, bukankah memanipulasi pikiran tampaknya mudah untuk dilakukan olehnya, seperti yang dia lakukan denganku dan segala berita tentang wabah itu apa mungkin dia yang melenyapkannya? Dan mungkin saja kan dia menghapus ingatan semua orang tentang wabah bunuh diri itu, mengubur nya jauh jauh seolah berita itu tak pernah ada
Tapi kenapa aku sendiri seolah tak yakin dengan asumsi ku yang semakin liar seperti nya, aku menepis pemikiran tersebut, menggelengkan kepalaku cepat. Suara Surya terdengar setelah cukup lama kami bergulat dengan pemikiran masing-masing
"Dari semua yang lu ceritain ke gue, kayaknya gak mungkin lu bohong, atau mengada ngada tentang wabah bunuh diri itu apalagi makhluk model begitu, gue selalu merhatiin setiap lu cerita ke gue, mata lu seolah bilang ini bukan cerita fiksi yang ada di novel-novel. Tapi benar-benar kenyataan, yang memang terjadi, apalagi lu selalu jelasin semuanya secara rinci terlalu rinci untuk bisa dikatakan penipuan. Maaf gue sempet ngira lu ngada-ngada, tapi terlalu nyata untuk dibilang hanya sebatas cerita fiksi"
Aku hanya terdiam menatap Surya yang sekarang menatap ku serius, hening sempat singgah sebentar diantara kami tapi tak berlangsung lama dengan ucapan Surya yang menggema di kepala ku
"Apa mungkin makhluk itu juga yang bunuh Ibu lo?"
Aku terdiam seribu bahasa, hal itu tak terbesit sedikit pun di pikiranku, tapi tiba-tiba saja menyerang bagai belati yang menancap dalamSeolah ada dendam besar yang menyelimuti ku sekarang, rasa sesak dan sakit. Dalang dari permainan ini membuatku benar-benar marah
*****
Jangan membaca ditempat gelap dan jauhi pandangan dari layar. Happy reading!!
Jika suka jangan lupa, vote, komen dan share ke teman-teman kalian!!
Filitia a.m
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUK!! (TAMAT)
RandomHoror-Thriller Ini sebuah kisah tentang seorang anak, yang harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya, di kucilkan, di buang, dibully, bahkan disalahkan atas perbuatan yang tidak dia lakukan Semuanya menjadi semakin runyam disaat dia harus membua...