10. Nostalgia

610 63 0
                                    

Aku masih terpaku dengan kesedihan, menatap kosong hamparan laut di depan sana, menikmati hembusan angin malam. Bahkan malam ini bintang pun tak menyapa, langit sedang murung tampaknya

Aku duduk di gazebo sendiri ditemani sepi. Mataku sudah membengkak dan terasa perih, sudah cukup sepertinya kesedihan hari ini. Aku memeluk tubuhku erat, menyadari betapa dinginnya angin malam ini

Tes Tes

Hujan mulai turun perlahan, kemudian semakin deras. Ah aku tidak dibiarkan untuk pulang ternyata, baru saja aku akan beranjak pergi tapi hujan malah menghalangi, beruntung sebenarnya, aku punya tempat untuk berlindung

Tap tap tap

Lelaki dengan setelan santai itu melangkah mendekati gazebo tempat ku berteduh, berlarian dengan kedua tangannya yang menutup kepala. Dia sudah basah kuyup, kenapa susah susah untuk menutup kepalanya lagi

Mata kami bertemu, tepat setelah lelaki itu sampai di gazebo. Hanya 3 detik tapi mampu membuat ku salah tingkah, parasnya menawan, dengan rahang tegas dan hidungnya yang mancung. Terlebih bibir nya yang berwarna merah muda, apalagi dengan rambutnya yang basah seperti itu

"Ya Tuhan, apa yang baru saja aku pikirkan"

Aku menggeleng kan kepalaku lalu bergerak menjauh, duduk di pinggir gazebo, suasananya terasa canggung sekarang. Apakah terlalu terlihat bahwa aku tidak nyaman ?
Aku tidak pernah hanya berdua seperti ini dengan lelaki asing

Yah aku tau, aku tampak sangat aneh. Tapi sekarang sepi, hanya ada hujan dan suara gemuruh yang sibuk. Kondisi yang... Ah sudahlah

Aku kembali memeluk tubuhku erat, mengusapnya perlahan, dingin
Lelaki disampingku ini beberapa kali melirik, terlihat salah tingkah. Seperti hendak melakukan sesuatu tapi mengurungkan niatnya. Sudut mataku menangkap lelaki itu bergerak perlahan ke arahku seraya membuka jaketnya

"Kenapa gak bawa jaket?"
Ucapnya tiba-tiba seraya memakaikan jaket kulitnya di bahuku. Aku sedikit terlonjak kaget, menatap nya dengan tatapan bingung

"Kamu kenal aku?"
Tanyaku memastikan, masih beradu dengan mata coklat itu

Dia mengulas senyum tipis sebelum menjawab
"Pasti lupakan? Gue padahal dari tadi lirik-lirik lo eh lonya malah gak inget. Masa gak inget sih sama temen sendiri, temen lo yang ganteng ini"
Jawabnya yakin seraya mengusap dagunya

Aku mengerutkan kening, seraya memutar otak. Kemudian memperhatikan nya sekali lagi, dari atas sampai bawah, kemudian menatap matanya sekali lagi, bertemu dengan retina indah itu, tatapan ku teralihkan oleh bintik kecil berwarna hitam seperti tahi lalat di ujung bawah mata kanannya
Sepertinya aku tau siapa lelaki dengan tingkat kepedean tinggi ini, terlebih tahi lalat itu. Aku akui dia tampan tapi, melihatnya seperti itu membuat ku menggelengkan kepala

"Inget kok. Surya Adipati Kencana, dipanggil U-Y-A"
Aku menekankan kata terakhir itu, menahan tawa yang akan menyembur keluar seraya menunjuk bagian ujung bawah mata kananku sendiri

Dia Surya teman SD ku hingga sekarang. Satu satunya orang yang berada disampingku, disaat aku dalam keadaan terpuruk sekalipun. Maaf untuk sesaat aku lupa sama kamu
Aku pikir dia tidak akan kembali ke Jakarta mengingat pekerjaan orang tuanya yang mengharuskannya untuk pindah.

"Apaan anj*r. Lo doang yang manggil gue Uya, yang lain pasti pada manggil Surya, gak pantes banget sama muka gue tau"
Gerutunya kesal, tidak setuju dengan panggilan yang kutujukan padanya barusan. Aku terkekeh renyah

"Iyah iyah maaf. Eh kok bisa kamu disini Ya? Bukannya kamu di Yogya?"

Dia mengambil posisi duduk disampingku, menaikkan kedua kakinya lalu menyila
"Yah biasa lah, lo kan tau gue hidup kek burung. Ngikut orang tua gue aja, pindah lagi kerjanya kesini, tadi juga gue cuma jalan jalan, Eh malah hujan. Gue udah hubungin lu mau ajak ketemu, tapi nomor lu yang dulu gak aktif eh malah ketemu disini. Yang namanya jodoh pasti gak kemana"

Ucapnya seraya menaik turunkan alisnya menggoda ku. Aku hanya tersenyum Seraya berkata
"Aku ganti nomor udah lama, no yang dulu udah gak bisa di pake"

Dia mengangguk, lalu mengeluarkan ponsel miliknya memberikan nya padaku. Aku pun menerimanya dan mengetikkan nomor ku
"Lagian gak enak juga di Yogya, gak ada temen gue. Kek kambing congek doang, gak ada yang asik, kalo di Jakarta kan ada lo Lana"
Ucapnya seraya mengerlingkan mata kanannya

"Apaan sih, sama aja perasaan ada atau gak ada aku"
Ucapku seraya memberikan ponselnya

"Yah bedalah! Kalo disana gak ada yang gue ejekin, gak ada yang gue peluk, gak ada yang mewek mulu kek lu"
Jawabnya semangat, telunjuknya menoel pipiku, pipinya yang mengembung dan bibirnya yang sedikit dimajukan membuat nya terlihat menggemaskan

"Iyah iyah terserah kamu deh"

"Hujan hujan gini aku jadi inget pas kamu jatuh terus mewek gara-gara ganangan air. Cowok kok takut kotor"
Tawaku menyembur keluar sekarang, mengingat kejadian waktu itu. Dia beneran menangis gara-gara bajunya kotor akibat terjatuh di genangan air

"Yah itu kan lain cerita, lu bayangin aja gue lagi seneng-senengnya make baju baru. Itu branded tau, eh malah kotor gara-gara genangan aer lagian kenapa hujannya dateng pas kita mau nonton sih. Kan batal kencannya"

Dia itu manusia dengan 1001 ekspresi, dia pernah bilang, Satu hal kelemahannya, yaitu tidak bisa berekspresi datar. Surya itu orang yang bisa mengekspresikan perasaannya dengan sangat baik. Bahkan sekarang sedang misuh misuh aja ngegemesin

Aku menatapnya lekat, kemudian mengulas senyum yang terbit dipipiku. Sudah berapa lama aku tidak tertawa lepas seperti ini

"Lu makin cantik kalo senyum kek gitu, jangan sedih-sedih lagi. Gue tau ini berat, tapi kalo abis nangis senyum lagi yah"
Ucapnya lembut seraya mengusap kepalaku. Didekatnya itu terasa nyaman dan hangat, dan itu nyata bagiku

"Iyah"
Jawabku singkat masih dengan senyum yang tak mau lepas dari bibir ku

*****
Jangan membaca di tempat gelap dan jauhi pandangan dari layar. Happy reading!!

Jika suka jangan lupa, vote, komen dan share ke temen-temen kalian!!

Filitia a.m

KUTUK!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang