17. Peringatan

482 60 1
                                    

Nafasku tercekat di tenggorokan, wanita di hadapanku ini sungguh menyeramkan, aku tidak bisa menggerakkan badanku sedikitpun, seolah kaki ku dipaku, tubuhku diikat oleh rantai tak terlihat. Ujung mataku telah basah, susah payah aku menahan takut yang ingin menyeruak keluar

Bibirku kelu, tak bisa mengeluarkan sepatah katapun, mataku hanya fokus pada makhluk di depan sana.
Awalnya makhluk itu transparan kemudian semakin lama bentuknya semakin jelas, wanita paruh baya dengan wajah rusak dan gigi hitam bertaring. Badannya tinggi besar, bahkan kepalanya menyentuh platform kamar, dia memakai gaun putih kusam yang telah sobek dengan banyak noda darah, kain di bagian dadanya bolong menampakkan dengan jelas b*ah dadanya yang menjuntai hingga menyentuh paha miliknya

B*ah dadanya penuh bisul dan nanah, bau anyir itu semakin menusuk hidung, ada bolongan di kepalanya seperti bekas tembakan. Wanita itu semakin mendekat, berjalan perlahan membawa rasa intimidasi, dan bodohnya aku tak bisa mengendalikan tubuhku sendiri bahkan mengeluarkan suarapun susah.

Aku merasakan bibirku nyeri, sakit dan semakin sakit, aku berusaha menggerakkan tanganku dan berhasil menyentuh bibir ku yang seperti di jahit, dengan tangan bergetar aku menyentuh bibir ku sendiri dan benar saja ada tali tipis yang menjahit bibirku, seperti tali untuk memancing

Darah membanjiri kedua tanganku, bahkan menetes ke lantai, air mataku sudah tumpah menerima rasa sakit ini. Tidak bisakah bunuh saja aku daripada menyiksa ku, pori pori ku kembali mengeluarkan keringat dingin. Tenagaku terkuras habis, tubuhku lemah, aku menatap wanita itu pasrah, terima saja apa yang akan dia perbuat padaku

Tangannya terjulur kearahku, mengusap pipiku yang basah dengan tubuhnya yang sedikit membungkuk turun
"Kalana ini ibu"

Ucapnya lirih, bulir bening menetes jatuh dari mata hitamnya. Seolah seperti sihir ajaib wanita itu perlahan berubah, tubuhnya mengecil seperti orang normal. Luka, taring dan bagian tubuhnya tak normal semuanya berubah, menampakkan wujud ibuku yang berpakaian serba putih, wajahnya halus dan cantik

Aku terkejut seolah tersihir, tapi rasa itu terkalahkan oleh rasa bahagia yang tak dapat tergantikan, air mataku lolos keluar, pundak ku bergetar. Rasanya teramat senang, bisakah waktu dihentikan sekarang agar aku bisa berlama lama di temani ibu dengan rasa kebahagiaan ini

Ibu memelukku erat dengan tangan hangatnya, air matanya juga enggan untuk berhenti jatuh
"Maafkan ibu Maaf"
Ucapnya bergetar, aku menggeleng

"Nggak bu, ibu gak salah"
Ucapku membalas, aku telah salah menilai ibu. Masih ada rasa sayang yang melekat di hatinya untukku

Dia melepaskan pelukannya, kini tatapannya serius seraya memegang erat pundakku
"Kalana, waktu kamu gak banyak. Ingat kata kata ibu, teguhkan hati kamu berdoa sama Allah, minta bantuan sama Allah, jangan biarkan sesuatu yang jahat itu masuk menguasai kamu. Kendalikan hati dan pikiran kamu, cuma kamu yang bisa bantu diri kamu sendiri sekarang, ingat jauhkan pikiran kamu dari hal kotor ingat Allah. Nak ibu selalu ingatkan kamu untuk sholat lima waktu minta bantuan sama Allah"

Aku mengerutkan kening, kenapa tiba-tiba ibu berbicara seperti itu, aku handak bertanya lebih jauh tapi perkataan ku lebih dulu dipotong oleh ibu
"Jika nanti kakek mu datang, teguhkan hati kamu, jangan mau terhasut oleh kata kata manisnya, waktu ibu gak banyak untuk menjelaskan lebih lanjut. Maaf datang dengan wujud menyeramkan ada sesuatu yang gak beres di rumah ini"

Ucapnya lagi dengan matanya yang mengedar ke seluruh ruang. Dia menghembuskan nafas pelan lalu beralih menatap ku
"Maksud ibu apa aku gak ngerti"

"Yang penting ingat kata kata ibu Kalana, Ingat Allah teguhkan iman kamu. Ibu sayang sama kamu"
Dia mengecup keningku kemudian bangkit

Aku tersadar dari lamunan singkatku, kemudian beranjak mencegat tangan yang tak lagi hangat, dia menoleh dengan tatapan dingin membunuh, aku melepas genggaman tanganku kemudian dia pergi menghilang dalam gelap di sudut ruang

Lagi lagi lutut ku melemah, aku memegang jantungku yang berdetak dua kali lebih cepat, terlalu terkejut dengan kejadian singkat tadi. Rasanya sangat sangat aneh, wanita menyeramkan yang kulihat tadi tiba tiba saja berubah menjadi ibuku sendiri kemudian dia melontarkan kata kata yang bahkan masih kucerna hingga sekarang

"Teguhkan hati dan iman ingat allah" perkataan itu terngiang di kepalku, aku baru sadar aku terlalu larut dalam kepedihan dunia, terlalu jatuh kedalam jurang, tak mengingat yang di atas selalu mengawasi dan melindungiku

Aku beranjak dari dudukku, melihat jam yang tertera di ponsel, sudah pukul 12.30 ternyata, waktu berjalan begitu cepat
Ah tunggu bukankah tadi bibir ku terjahit? Lantas aku berlari ke lemari besar yang berada di pojok ruang, menatap pantulan diriku dicermin, aku baik baik saja tanpa ada luka sedikitpun.

Aku mengalihkan pandanganku pada lantai, bersih tanpa noda hitam atau bercak apapun. Sungguh apakah ini ilusi otak atau benar kenyataan, terlalu sulit untuk aku pikirkan dengan logika, tapi ibu terlalu nyata untuk dikatakan sebuh ilusi

"Ah sudahlah, sebaiknya aku sholat sekarang. Aku harus membersihkan pikiran dan hatiku"
Aku pergi kekemar mandi untuk mengambil air wudhu, kemudian menunaikan sholat yang telah lama ku tinggalkan

*****
Jangan membaca di tempat gelap dan jauhi pandangan dari layar. Happy reading!!

Jika suka jangan lupa, vote, komen dan share ke temen-temen kalian!!

Filitia a.m

KUTUK!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang