4. Hari Kematian

1.2K 99 0
                                    

Untuk sesaat semuanya tampak gelap, tak terlihat ada cahaya di luaran sana, kemudian.. cahaya menyilaukan itu datang entah dari mana. Menembus kelopak mataku tanpa izin, cahaya putih itu terlalu silau untuk aku lihat, susah rasanya membuka mata dan menyesuaikan cahaya yang masuk berlebihan

Aku mengedipkan mataku beberapa kali, menyesuaikan cahaya di ujung sana, tanganku ikut serta mengahalau cahaya itu. Terlalu silau untukku bisa melihat apa atau siapa yang berada di balik cahaya itu

Rasanya aku belum sadar sepenuhnya, untuk memahami apa yang terjadi padaku, seingat ku tadi. Aku di tuntun jalan untuk keluar dari gedung sekolahku oleh perempuan cantik yang sekarang aku tak tau dia dimana
Setelah itu aku tak tau apa-apa lagi

Aku merasakan seolah-olah mataku di usap oleh tangan kasar yang sangat dingin, ingin melawan atau sekedar bergerak? Sungguh aku tak bisa melakukan apa apa sekarang. Setelah itu yang kulihat bukan lagi cahaya putih menyilaukan, tapi....

Bangunan-bangunan tinggi dengan kerlipan cahayanya, dan.. di bawahku adalah lalu lintas padat khas kota Jakarta, dengan aku yang berdiri di ujung jembatan penyeberangan ini.. apa yang tengah aku lakukan sekarang?
Aku hanya bisa menatap ke depan, dengan rasa sakit di sekujur tubuhku, kau tau rasanya bagaimana ? Tubuhku kaku seolah di peluk erat oleh makhluk yang tak bisa kulihat, kakiku di rantai oleh tangan-tangan yang tak tak tau milik siapa
Badanku dingin, sedingin es.

"Tolong siapapun! Tolong aku!"
Batinku berteriak keras dalam hati, bibir ini membisu seolah dijahit.
Aku bisa lihat mereka ingin menolongku. Tapi menolong ku rasanya mustahil, aku bisa dengar ucapana mereka
"Badannya seberat batu, gerak dikit aja gak bisa, telpon polisi aja cepet"

Mataku kembali mengeluarkan bulir hangat, pori-pori ku mengeluarkan keringat dingin yang membasahi seluruh tubuhku, pikiranku sudah tak karuan, bagaimana jika ini hari kematian ku? Bagaimana jika aku tak bisa di selamat kan? Maka tamatlah riwayat ku

Ada tangan yang rasanya bergerak naik, kemudian mencengkram erat leherku, kukunya seolah menancap di dagingku bersatu dengan itu.. tak ingin melepasku sedetik saja, seperti Dejavu dengan hal itu, hal tersebut baru saja menimpaku dan sekarang terjadi lagi, bahkan lebih menyakitkan

Trakk!!

Entah sudah berapa kali aku merasakan ini! Sakit sangat sakit. Bisakah kau biarkan saja aku mati tanpa siksaan menyakitkan ini. Untuk kedua kalinya leherku di patahkan, lagi dan lagi

Dan seketika aku mengalami mati rasa di seluruh tubuh, kehilangan semua gerakan tubuh akibat itu. Aku bisa melihat makhluk itu tersenyum di atas kepala ku, bukan! mungkin lebih mirip seringai mengerikan seolah senang apa yang telah dia lakukan.

Aku bisa dengar suara orang-orang yang merintih melihatku, seolah merasakan juga apa yang kurasakan, dan rasa takut yang tak terbendung itu terlihat sangat jelas. Makhluk itu berdiri diantara kerumunan, menatap lekat kearah ku dengan tubuh hitam, tinggi, seolah asap yang diberi mata dan mulut. Menyeringai jelas di ujung mataku

Hampir saja, tubuhku menghantam beton di bawah sana, atau mungkin lebih buruk, jika saja tidak ada tangan-tangan orang di sekitar ku yang sedari tadi melihat, dengan sigap menggenggam kuat tanganku. Menarik ku perlahan, menjauh dari pinggir jembatan

Apa ini yang dinamakan wabah bunuh diri itu? Sekarang aku benar benar merasakannya. Rasanya aku di selimuti amarah, dendam, keegoisan dan benci. Tapi di satu sisi aku merasa diriku sangat menyedihkan

****

Aku terbujur kaku sekarang, diatas tempat tidur, ruangan putih dengan bau obat-obatan khas rumah sakit. Tirai abu-abu di hadapanku tertutup rapat. Yang kupikirkan sekarang apakah aku sanggup untuk bertahan hidup ? Sedangkan membayar rumah sakit saja aku tak bisa

Apakah tabunganku cukup untuk membayar semua ini?
Bahkan disaat seperti ini aku tak bisa istirahat dengan tenang, aku bisa merasakan sebuah benda baja yang berbentuk seperti pen mengganjal di leherku, aku tak tau namanya itu, dan kapan mereka memasang nya untuk ku

Tok tok...

Suara ketukan itu memenuhi ruangan, oh aku bersyukur indraku masih bisa berfungsi. Kau tau, aku seperti lumpuh total, hanya mataku yang masih bisa bergerak dengan leluasa. Sungguh seperti ini kah rasanya, bahkan disaat aku tak melakukan apapun rasanya sangat sakit

Seorang dokter dan suster disampingnya, berdiri dengan wajah prihatin. Memperhatikan ku dengan ekspresi mengasihani, tolonglah bisakah kalian tidak melihatku dengan cara seperti itu? Aku merasa sangat rendah sekarang

"Selamat siang Kalana. Maaf saya harus memberikan kabar buruk, saya harap kamu tetap tegar dengan apa yang terjadi, saya yakin kamu kuat"
Ucapnya, dia tampak ragu untuk mengatakan kabar buruk itu, terlihat dia menggigit bibir bawahnya dengan pupil yang bergetar

"Maaf mengatakan hal ini, kamu didiagnosa mengalami 'Tetraplegia' Tulang belakang kelima di bagian leher tulang belakangnya patah, melepas yang lain dari tempatnya, dan menjepit yang ketiga, dan salah satu sumsum tulang belakangnya tertekan. Oleh sebab itu tubuhmu seperti mati rasa, kami tidak tau apakah anda bisa berjalan lagi atau tidak, tetapi saya anjurkan untuk terus melakukan terapi fisik. Kita hanya bisa terus berusaha dan berdoa, semoga tuhan memberikan keajaiban"

Tambahnya, aku hanya bisa pasrah akan hal itu, rasanya hatiku hancur. Air mata itu tak lagi bisa aku bendung, menetes keluar dari ujung mataku

Dokter cantik itu mengulurkan tangannya, mengusap pelan pipiku yang telah basah
"Kamu harus kuat, saya yakin kamu pasti bisa"
Ujarnya dengan senyum tulus

"kuharap" batinku

Aku merasa jatuh kedalam jurang yang sangat gelap, terpuruk.. rasanya sakit, sesulit itu untuk aku berdiri sendiri, terpenjara dalam gelap

*****

Jangan membaca di tempat gelap dan jauhi pandangan dari layar. Happy reading!

Jika suka jangan lupa, vote, komen dan share ke temen temen kalian!

Filitia a.m

KUTUK!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang