20. Takdir

473 57 1
                                    

Aku terbangun di ruangan putih, dengan cahaya yang menembak langsung retina mataku, menatap platform putih dan lampu besar yang menyapa ku pertama kali saat membuka mata, aku mengedarkan pandangan ku di setiap sudut ruang, menemukan besi panjang yang berdiri tegak di sampingku dengan cairan bening dalam kampel yang tergantung

Mataku tertuju pada pergelangan kiriku, melihat sebuah infus menancap disana, Indra penciumanku seolah mengkonfirmasi bahwa benar aku berada di rumah sakit, bau obat yang tidak pernah kusukai itu menusuk jelas di hidungku. Aku mengubah posisiku untuk duduk, dengan punggung yang bersender di dinding

Mengambil segelas air yang berada di nakas samping kananku, meminumnya sekali teguk, haus di tenggorokan ku menyerang terasa kering dan sakit, tapi seolah itu semua di alihkan dengan rasa dingin yang menusuk setiap sendi tubuhku

Hembusan nafas kasar dan dingin yang terasa jelas di leherku, membawaku pada puncak ketakutan yang kembali lagi, dibawa oleh angin dingin yang terasa familiar itu. Ujung mataku menangkap jelas seringai tajam mengerikan di balik gelapnya sudut ruang, menertawakan aku geli

Ku tegakkan tubuhku, meletakkan gelas yang kucengkram erat itu takut takut, susah payah aku menguasai air muka ku sendiri, menarik nafas dalam dalam, mulutku terbuka sedikit tapi seolah rencana di otakku untuk berteriak terbaca jelas olehnya, dia melesat bagai angin kencang yang dalam sedetik telah sampai di samping ranjang ku, menatapku dengan penuh peringatan

Kulit tangannya yang pucat itu menutup mulutku, dengan jari jari kurusnya yang semakin membusuk, menghadirkan bau bangkai dan anyir yang menusuk pernafasan ku, aku ingin muntah jika saja tangan pucat pasi ini tidak menahannya, mungkin aku sudah muntah di depan matanya

Kukunya yang hitam panjang menancap dalam di pipiku, membuat rasa sakit yang teramat sangat, mataku sudah terasa kabur karena terhalang oleh bulir hangat yang masih tertahan, kemudian jatuh bersamaan dengan cairan merah kental yang menetes semakin banyak

Aku bisa merasakan tubuhku membatu, lagi lagi dirantai oleh tangan tangan tak terlihat, aku bisa merasakan ikatan ikatan jari yang mengelilingi tubuhku, bersamaan dengan tangannya yang melepaskan dekapan mulutku, nafasku tercekat di tenggorokan, rasanya oksigen di seluruh ruangan ini semakin menipis, paru paru ku terasa sakit karena kurangnya asupan oksigen, jantung ku lagi lagi ingin melompat keluar karena terlalu takut menghadapi makhluk mengerikan di depan itu

"Secepat itu kau menyadari nya? Bahkan aku saja cukup terkejut akan itu"
Ucapannya mengawali, tanpa perlu basa basi. Aku menatap matanya yang merah darah, kepalaku seakan memberi sirine yang berbunyi nyaring, menentang ku yang menatapnya seolah tanpa takut, tapi kenapa tubuhku ini seolah tak mau mengikuti perintah otakku, sedangkan hatiku susah was was sedari tadi

"Jangan membuat ku bingung dengan perkataan omong kosong mu itu"
Rasanya aku ingin menampar mulutku sendiri, dari sekian banyak kalimat, kenapa itu yang harus aku ucap. Aku benar benar menggali lubang kuburan ku sendiri

Dia tersenyum licik menanggapi perkataan ku barusan, kemudian tangannya bergerak mendekat, meletakkannya tepat di atas kepalaku. Seketika kepalaku terasa amat sakit, berdenyut, pusing, dan berat, semuanya bercampur menjadi satu. Telingaku berdengung memekakkan gendang telingaku sendiri, membawaku pada tuli yang sementara

Kepalaku seolah dihantam oleh benda tumpul, terasa sangat sakit bahkan keringat dingin benar-benar membanjiri tubuhku sekarang, semuanya berputar di atas kepalaku, menampilkan kejadian hitam putih seperti film lama, mataku menangkap jelas kejadian kejadian itu, kejadian disaat aku pertama kali merasakan mimpi aneh yang terasa nyata, kemudian bertemu dengan makhluk mengerikan ini, wabah bunuh diri yang menjadi teror semuanya terulang kembali tepat di depan mataku

Kemudian angin besar yang menghembus bagai badai memporak porandakan tempat dimana aku terduduk sekarang, tubuhku menggigil ketakutan, seolah angin itu siap menelan dengan perut besarnya itu, aku masih terdiam membisu, dengan Isak yang semakin kuat. Kemudian angin itu lenyap bagai di telan bumi hilang begitu saja menyisakan kehancuran yang diperbuat olehnya

Lalu sebuah kejadian bagai cuplikan adegan terjadi tepat di depan mataku, seperti bayangan hitam diriku yang berjalan dengan tatapan kosong, sangat kosong bahkan tak terbaca, berjalan seolah robot bisu yang mengikuti perintah. Ah aku ingat kejadian itu saat aku dihipnotis untuk melakukan bunuh diri, tapi yang kudapati adalah diriku yang tengah memeluk seseorang, seseorang yang sangat mirip denganku

Tunggu tunggu, aku mendapati diriku sendiri memeluk seseorang di pinggir jembatan gantung tempat di mana kejadian malam satu suro itu, diriku yang lain memeluk diriku yang asli kemudian mematahkan tulang leherku. Persetan dengan kejadian itu, apa maksud semua ini, apa yang tengah terjadi sebenarnya, apa makhluk ini tengah memanipulasi otakku? Mempermainkannya bagai komputer rusak

Diriku yang lain itu berbentuk hitam seperti asap, sama seperti makhluk yang kuhadapi sekarang, hitam kelam seperti asap terkepul yang memiliki wajah, dan wajah itu adalah wajahku. Aku ingat dengan jelas saat itu, yang kulihat adalah makhluk yang tengah memanipulasi otakku sekarang bukan diriku sendiri

Aku melihat lagi diriku yang lain menyakiti diriku yang asli, mematahkan tulang lehernya, berseringai dikegelapan, tertawa licik,  bahkan kejadian pembunuhan ayah Amira. Bukan bukan aku yang membunuhnya, aku bahkan sedang berada di dalam kamar kosku, bukan berada di atap gedung itu lalu mendorong ayah Amira bukan bukan!!!

Seketika semuanya kembali seperti semula, tak ada lagi cuplikan adegan itu, tak ada lagi benda yang berserakan seperti tadi, yang ada hanya aku di ruangan ini bersama dengan tawa kencang yang memenuhi ruangan

"Ahahahhaha!"
Tawanya menggelegar keseluruhan ruangan, menyakiti gendang telingaku. Dadaku naik turun, otakku berusaha untuk fokus, menenangkan sedikit rasa sesak yang membuncah, kepalaku masih sedikit sakit, tapi tidak sesakit tadi

"Apa yang tengah kau lakukan?! Semua itu ulahmu! Bukan kesalahan ku! Bukan aku yang membunuh ayah Amira! Dengan lancang nya kau memakai wajahku! Memanipulasi otakku!"
Entah darimana keberanian itu kudapat, yang jelas wajahku sudah merah padam sekarang, tanganku terkepal kuat, ingin rasanya aku mencekik makhluk bejat di depan ku ini
Seolah kemarahan ku menepis segala bentuk rasa takut yang sedari bersarang di setiap jengkal tubuhku

"KAU YANG LANCANG!"
Ucapannya membuat ku ter lonjak  kaget, tapi belum mampu membuat padam api amarah yang sekarang tengah menguasai ku, auranya semakin gelap membawa rasa intimidasi yang kelam

"Beraninya kau berteriak di depanku! Kau hanya manusia rendahan! Kau akan tetap berada di bawah kakiku, sama seperti kakekmu itu! Memujaku karena uang dan kekuasaan, gelap mata akan dunia fana!"

Rahangku mengeras, aku turun dari kasur, berusaha mendekati nya dengan rasa amarah yang menyeruak di seluruh ruangan ini yang terasa semakin panas. Tapi belum sempat aku melangkah, tubuhku sudah terlempar keras si dinding dingin, menghantam beton yang mampu membuat seluruh tubuhku remuk tanpa sisa

Kesadaran ku diambang batas, tapi masih mampu untuk ku tahan, rasa sakitnya menyetrum ku dengan tegangan ribuan volt, sangat sakit.
"Aku tidak akan berakhir seperti itu"
Ucapku disela rintih menahan sakit, terbaring lemas seakan menunggu ajal, tapi itu seolah belum cukup bahkan aku sanggup untuk melawan makhluk di depan sana

"Oh tentu kau akan tunduk, pikiran yang kutanam sedari kecil di kepalamu itu, ku pupuk dengan racun di setiap hela hembusan nafasku yang meradang di kulit lehermu, menyatu dengan daging dan darah"
Dia mendekat ke arahku, memberikan hembusan nafas dingin itu lagi yang semakin menyayat hati, pupilku bergetar, bahkan tangisku sudah membasahi pipi ini

"Ini takdirmu, apapun kau yang kau lakukan tak akan merubah apapun, sebaiknya kau berhenti bermain main dengan api. Atau kau kan jatuh semakin dalam dan berakhir lebih pedih"

Dia memundurkan tubuhnya menjauh, lenyap di ujung ruang, bersamaan dengan kesadaran ku yang hilang

*****

Jangan membaca di tempat gelap dan jauhi pandangan dari layar. Happy reading!!

Jika suka jangan lupa, vote, komen dan share ke temen-temen kalian!!

Filitia a.m

KUTUK!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang