26. Bangkai

451 55 0
                                    

Aku berjalan ke arah dapur yang berada di ujung ruang, sesekali menyapa beberapa penghuni kos lain yang berpapasan denganku, hari sudah mulai sore dan perutku meronta ingin diberi makan, padahal siang tadi aku sudah makan cukup banyak bersama Om Adam, apa benar jika terlalu banyak berpikir bisa menguras energi dan tenaga dan hasilnya perut yang keroncong, dan aku merasa sedikit dehidrasi

Niatnya aku ingin memasak nasi goreng di dapur, tapi sepertinya hal itu harus aku urungkan saat Tari yang baru saja masuk ke dapur bilang padaku bahwa Surya menunggu di ruang tamu
"Tumben di ruang tamu, biasanya juga langsung ke kamar"

Aku beralih mengambil 2 gelas dari lemari yang berada di sebelah kulkas, lalu menuangkan sirup berwarna oranye pada masing-masing gelas
"Kamu gak tau yah Na? Kan sekarang Bu Ani bikin peraturan baru, semua tamu cowok walaupun temen atau keluarga harus nunggu di ruang tamu depan gak boleh ada yang masuk ke kamar. Gara-gara kejadian kemaren ada salah satu penghuni kos yang ngelakuin hal gak senonoh"

Dia sedikit berbisik di akhir kalimatnya, seraya memakan cemilan dengan ukuran besar itu.
"Ohh, iyah-iyah. Makasih udah dikasi tau"
Ucapku seraya membawa 2 gelas air sirup berwarna oranye tadi, Tari masih sibuk dengan cemilannya, dia hanya menunjukkan jarinya yang sedikit kotor karena makanan ke atas dengan bentuk "ok"

Aku menaruh 2 gelas minuman di atas meja, Surya sudah duduk di kursi dengan tangannya yang sibuk memainkan game di ponsel
"Makasih Na"

Matanya masih fokus pada layar ponselnya yang menyala terang, aku hanya mendengus kesal dengan tingkahnya sekarang, sudah datang tiba-tiba, ganggu jam makan ku, pas di datengin malah asik sendiri
"Seru banget kayaknya. Mending kamu pulang main game dirumah, aku laper mau makan"

Mendengar itu dia bergegas mematikan ponselnya, menaruhnya di atas meja seraya menyengir lebar tanpa rasa bersalah, aku melipat tanganku di depan dada, menunggu nya untuk memulai pembicaraan
"Ehehe, lagi seru soalnya"

"Yaudah kamu ngapain kesini"

"Gak ngapa-ngapain, kangen aja"
Surya nyengir kuda, bersamaan dengan dia yang berpindah duduk menjadi disebelah ku, aku hanya menggeleng kan kepala menanggapi nya, aku tau dia hanya bercanda. Wajah serius nya itu sangat berbeda dengan sekarang yang petakilan

"Lu kapan kesekolah lagi? Jangan bolos terus bego, tar lu gak naik. Sepi disekolah gak ada lu Na"
Bibir nya dimajukan olehnya, sebuah kebiasaan yang selalu membuatku ingin mencubit pipinya itu, dia ini laki-laki macam apasih, kok bentukannya ngegemesin begini

"Males kesekolah ya.. lagian disekolah juga aku dibully terus"

"Kan ada gue sekarang"

"Tetep aja males"
Aku meneguk minuman di depanku hingga setengah, dari tadi kerongkongan ku terasa kering

"Yaudah deh"
Ucapnya agak serak
"Mau ikut gue gak?"
Matanya membesar saat bertanya seperti itu, membuatku reflek mencubit pelan pipinya

"Kamu kenapa lucu banget sih?"

"Tau kok gue lucu. Hati-hati lo ntar suka sama gue"
Dia menaik turunkan alisnya, dengan wajah kepedeannya itu. Aku hanya bisa membuang muka menutupi berkas merah merona di wajahku, entah kenapa perasaan ku mengatakan ada yang tidak beres saat aku bersama Surya

"Gak usah malu-malu gitu. Ayo kita keluar, jadi gak?"
Dia berdiri dari tempat duduknya, meraih tanganku, untuk mengikuti nya berjalan keluar
"Mau kemana?"

"Ikut aja"
Surya menaiki motornya yang terparkir di depan pagar, diikuti denganku dibelakang nya. Menjalankan motornya menerobos langit sore yang mulai direnggut malam

*****

Author POV

Tuan besar Sanjana masih betah duduk berlama-lama di kursi kebesarannya, kakinya yang lumpuh total memaksanya untuk tetap duduk diam, memanfaatkan kursi roda yang biasa digunakan sehari-hari, dibawa serta olehnya remot control berwarna hitam dengan ukuran kecil itu untuk menjalankan kursi rodanya. Beberapa jam yang lalu dia meminta tangan kanannya itu untuk membantunya duduk di singgasana nya, tentu di ruang kerjanya dengan senderan besar yang terasa empuk dan berwarna merah itu

Dia memejamkan matanya rapat-rapat, menarik pelan napasnya, mengetuk-ngetukan jarinya di tumpuan kursi, sudah berjam-jam dia menunggu tapi seseorang yang ia tunggu bahkan tak menunjukkan sedikit pun batang hidungnya. Dia membuka matanya lebar lalu meluruskan kembali posisi duduknya saat suara ketukan pintu terdengar cukup nyaring

"Masuk"
Ucapnya dengan suara berat

"Ada apa Ayah?"
Lelaki tinggi tegap itu masuk, duduk di sofa tunggal berwarna hitam di dekat rak buku, jaraknya cukup jauh dengan singgasana ayahnya itu, tapi posisinya tepat berhadapan langsung dengan Tuan Sanjana

"Kamu cukup berani membongkar bangkai yang kututup rapat-rapat. Terlebih pada gadis itu"
Itulah Tuan Sanjana dia tidak mengenal basi basi hanya untuk sekedar terlihat ramah, langsung ke inti pembicaraan adalah sifat dari Tuan Sanjana.

Adam terkekeh tipis setelah mendengar perkataan ayahnya barusan, hal ini kah yang membuat nya di panggil keruangan ayahnya itu? Membicarakan bangkai yang sudah lama terkubur
"Dia memberitahu ayah yah? Lucu sekali, kenapa? Ayah takut?"

Tanyanya santai, tanpa ada rasa terintimidasi sama sekali, jika orang lain mungkin sudah bisu bagai batu, berada di satu ruangan dengan Tuan Sanjana saja sudah membuat mereka mati kutu, Atmosfir di ruangan ini semakin gelap dan suram di tambah emosi yang sepertinya akan semakin meledak

"Kamu tau apa yang kamu lakukan ini adalah kesalahan besar! Belum saatnya dia tau, permainan ini masih di tengah jalan, kamu menggali kuburan mu sendiri Adam, Semakin banyak hal yang dia tau, maka semakin cepat waktu kematian mu"

Seolah itu hanyalah sebuah ancaman tak berarti, Adam menanggapinya dengan acuh, malas dengan semua perkataan omong kosong yang keluar dari mulut lelaki busuk itu, kebencian nya sudah menggunung pada lelaki yang membesarkannya itu, dari dulu dia sudah ingin keluar dari rumah penuh dosa ini, tapi dia selalu kembali yang bahkan dengan cara yang tak pernah ia mengerti, bahkan tanpa di beri tau pun dia tau, siapa yang melakukan hal ini padanya

"Dia berhak tau, siapa yang tengah mempermainkan hidupnya, siapa yang membawanya ikut masuk ke lingkaran sesat ini! Dan lucunya itu Kakeknya sendiri. Aku bahkan tak takut dengan semua ancaman mu ayah"
Tuan Sanjana telah murka, suara gebrakan meja itu terdengar nyaring, menggema di ruangan besar itu. Emosinya telah meledak bagai gunung api yang memuntahkan semua isi perutnya, sebuah kemarahan yang tak lagi bisa dibendung, perkataan Adam membuat nya tak lagi bisa menahan emosi yang sedari tadi di tutupnya dalam-dalam

"AYAH SUDAH MEMPERINGATKAN MU ADAM!!"

"Kau tau alasan Ayah memperlambat semua permainan ini? memberikan mu waktu lebih untuk berpikir jernih, memperingati mu ratusan kali agar tak lagi bermain-main dengan api! Ayah mencoba untuk tidak menuruti keinginannya menjadikan mu sebagai santapan. Tapi kamu melewati batas yang telah Ayah buat"

Adam terperanjat, bangkit dari duduknya. Mencerna baik-baik perkataan ayahnya barusan, ia melangkah kan kakinya cepat, mendekat ke arah ayahnya
"Maksud ayah apa?"
Sekarang terbaca jelas di wajahnya rasa panik dan gugup yang menyerangnya bagai panah yang melesat cepat

"Ayah sudah peringatkan kamu malam itu, jangan temui gadis itu, terlebih menceritakan hal ini. Sekarang dia murka Adam, rencana yang dia susun rusak, dia ingin membawa gadis itu baik-baik, jika gadis itu melarikan diri. Maka semuanya selesai tak ada lagi cara baik-baik"

Adam berlari, melangkah kan kakinya selebar mungkin, menuju garasi, menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas normal, nafasnya menggebu, dia tidak tau apa yang dia lakukan adalah kesalahan paling fatal dalam hidupnya, sok ingin membantu orang lain, tapi sekarang dirinyalah yang sebenarnya harus dibantu. Mengikuti alur, diam dan pura-pura tidak tau adalah hal yang seharusnya dia lakukan, bukan malah menentang dan menyerahkan dirinya tanpa dia sadari

Adam semakin melajukan kendaraannya, yang harus dia lakukan sekarang adalah mengambil salinan buku itu, Adam tau, bahkan sangat tau, dia egois mementingkan dirinya sendiri, tapi itu adalah cara satu-satunya untuk keluar dari lingkaran setan yang tak pernah dia inginkan

*****

Jangan membaca di tempat gelap dan jauhi pandangan dari layar. Happy reading!!

Jika suka jangan lupa, vote, komen dan share ke temen-temen kalian!!

Filitia a.m

KUTUK!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang