PRANGGGG.
Suara piring kaca dibanting itu membuat Alleta kecil yang sedang tidur nyenyak dikamarnya terbangun. Alleta mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu berjalan mendekati sakelar lampu untuk menghidupkan lampu. Alleta merentangkan kedua tangannya dengan mata tertutup dalam keadaan ruangan yang gelap.
Lucu sekali tingkah Alleta.
Saat merasa sudah dekat dengan sakelar, Alleta menggusur kursi belajarnya, lalu dia naik ke kursi itu dan menyalakan sakelar. Keadaan kamar Alleta berubah menjadi terang benderang. Membuat Alleta kembali mengerjap-ngerjapkan matanya berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk dengan matanya.
Alleta membuka pintu, mengintip apa yang sedang terjadi di ruang tengah. Alleta segera berlari ke ruang tengah saat melihat Asna, ibunya sedang duduk di lantai sambil menangis.
Alleta kecil memeluk erat ibunya yang tengah meringis menahan sakit. Ada darah di tangan ibunya itu. Alleta menangis dan memegang erat tangan ibunya.
"Maa-mama k-kenapa?" tanya Alleta terbata karena menangis sesenggukan.
Asna berusaha menghapus air mata di pipinya dengan kedua tangannya yang sedang terluka. Namun itu jelas percuma. Alleta sudah melihat air mata ibunya sejak dari tadi. Asna berusaha untuk tersenyum. Memeluk erat Alleta di pangkuannya.
"Mama gapapa sayang. Kamu kenapa bangun?" tanya Asna sangat lirih mengusap rambut Alleta. Terdapat luka tersirat dalam perkataannya itu.
"Mama boong! Mama jelas nangis tadi! Leta lihat mama nangis!" Alleta berteriak sembari menggoyang-goyangkan lengan baju ibunya.
"Mama ga nangis sayang, tadi mama hanya kelilipan." jawab Asna berusaha tersenyum pada anaknya.
"Terus kenapa tangan mama berdarah?" Alleta kembali merengek meminta jawaban dari ibunya.
Asna tersenyum getir. "Mama ga sengaja jatuhin piring tadi. Makanya tangan mama berdarah." jawab Asna dengan hati berkeping-keping.
Alleta yang mengerti dengan alasan ibunya mengangguk. Alleta semakin mempererat pelukannya. Sampai terdengar suara pintu di buka paksa, Asna segera berdiri dan menyuruh Alleta masuk ke kamarnya kembali. Alleta menurut. Berjalan menjauh meninggalkan ibunya.
Tepat saat Alleta pergi, seseorang datang dengan raut sangat marah menghampiri Asna yang tengah berdiri kaku di dekat kursi. Tiba-tiba saja rambut Asna dijambak keras oleh orang itu. Orang itu lanjut menampar pipi Asna dengan sangat kencang. Kedua tangan Asna ditarik, dan lalu tubuh Asna dijatuhkan keras ke lantai. Asna meringis. Merasa kepalanya berdenyut kencang. Merasa badan dan hatinya remuk berkeping-keping. Asna merintih kesakitan.
Sedangkan ditempat lain, Alleta berusaha mati-matian menahan tangisnya. Alleta sangat terkejut. Alleta menyaksikan semuanya. Alleta melihat semua perlakuan yang diterima oleh ibunya. Sejak tadi Alleta tidak pergi ke kamar. Alleta bersembunyi di belakang kursi meja makan untuk melihat siapa yang datang. Namun ternyata, kesakitanlah yang Alleta dapatkan.
Alleta berlari kencang kembali merengkuh tubuh ibunya. Sampai tiba-tiba saja ibunya berdiri dan menarik tangan Alleta secara paksa menuju pintu utama.
"Sayang, kamu main dulu di luar ya. Jangan masuk ke dalam rumah lagi. Oke?" perintah Asna pada anaknya.
Alleta malah menangis. "T-tapi mama kenapa? Siapa orang itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marshmellow
Teen FictionAlleta Maheswari, gadis dingin pecinta marshmellow, dan penanti pelangi. Kepribadiannya yang sulit di tebak, dan kemampuan bersosialisasinya yang buruk membuat gadis itu sulit untuk di dekati orang lain. Alleta tidak suka keramaian, dan tak sudi me...