2O - Kucir Rambut

82 18 13
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

Alleta turun dari motor hitam milik Zean. Lalu cewek itu mengulurkan jaket jeans Zean yang baru saja ia lepaskan dari pinggangnya. "Makasih," ucapnya datar.

Zean menatap Alleta di hadapannya dengan mata memicing. Tak menyangka akan sikap dingin cewek itu yang kembali lagi. Ia jadi geleng-geleng kepala di buatnya. Sedangkan Alleta di hadapannya, mengangkat-angkat jaketnya dengan tak sabar. Zean pun mengambil uluran jaket itu.

Tanpa kata, Alleta berbalik dan melangkah menjauh tanpa berpamitan dan berbicara lagi. Meninggalkan cowok yang melirik miris jaket di tangannya, dan mengangkat pandang menatap berlalunya punggung Alleta yang hilang di telan pintu rumah.

Saat berhasil menutup pintu, Alleta tidak langsung beranjak dari sana. Ia malah menyandarkan tubuhnya di balik pintu sambil memegang dadanya sendiri. Mati-matian ia berusaha meredam detak jantungnya yang kembali berdebar hebat. Lalu karena penasaran, Alleta jadi merapat ke samping jendela untuk mengintip keadaan di luar rumahnya dengan diam-diam tak ingin ketahuan.

Alleta bernafas lega ketika melihat motor Zean telah berlalu. Kemudian senyumnya jadi terbit saat mengingat kejadian beberapa menit yang lalu ketika Zean berada di sampingnya, mendengar keluh kesahnya, dan berusaha meyakinkannya bahwa cowok itu sungguh menyukainya.

Alleta jadi mengulum senyumnya yang hampir mengembang. Perlakuan dan perkataan Zean tadi sungguh membuat hatinya jadi menghangat. Tanpa sadar Alleta jadi berucap dengan pipi yang memerah. "Gue juga suka sama lo, Azean Candra Winata," ucapnya dengan senyum yang terus mengembang dan tangan yang masih setia memegangi dadanya.

Jika ada orang yang lihat tingkah Alleta saat ini, mungkin orang itu akan beranggapan bahwa Alleta orang yang jiwanya sedikit kurang sehat.

Alleta lalu mengunci pintu dan beranjak dari ruang tamu menuju kamar mandi. Saat perjalanan ke kamar mandi, tidak ada henti-hentinya ia memegangi pipinya sendiri yang sedang terasa sangat panas. Namun ketika mengingat kembali perkataannya beberapa detik yang lalu, Alleta jadi diam dengan pikiran melayang-layang.

"Candra?" tanyanya dengan kening berkerut dan pikiran yang melayang pada masa bertahun-tahun yang lalu.

***

Pagi hari. Seperti biasa, Alleta sedang memasak makanan untuk sarapannya pagi ini. Suara dering ponsel yang berbunyi membuat Alleta menyudahi dulu kegiatannya. Alleta tersenyum samar melihat nama pemanggil yang tertera di layar ponselnya.

Tante Lina is calling...

Dengan segera Alleta mengangkat panggilan itu. Tapi tidak ada suara apapun disana. Hening. Membuat kening Alleta jadi berlipat-lipat. Alleta lalu menghela nafasnya lelah. Sudah menjadi kebiasaan Tante Lina, jika ia menelpon maka harus Alleta lah yang terlebih dahulu menyapanya.

MarshmellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang