26 - Sebuah Petunjuk

52 15 26
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

Pagi hari yang cerah, namun sinar mentari yang cerah itu tidak membuat Alleta bersemangat sama sekali. Keadaan Alleta saat ini sangat bertolak belakang dengan cuaca hari ini. Alleta menghela nafas ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Keadaannya terlihat sangat kacau. Alleta cemberut melihat wajahnya yang pucat dan juga lingkaran matanya yang terlihat menghitam seperti panda.

Alleta berdecak, lalu malah merebahkan dirinya di ranjang. Ia menghela nafasnya kasar berkali-kali. Ia malas sekali pergi ke sekolah hari ini. Tapi jika tak pergi ke sekolah, Alleta juga akan merasa bosan diam di rumah. Apalagi saat sedang di rumah, asumsimya mengenai kepergian Sang Mama kembali bermunculan. Membuat kepalanya terasa berat dan pusing luarbiasa.

Alleta pun langsung mendudukkan dirinya dan bangkit menuju meja rias. Pagi ini Zean akan kembali menjemputnya seperti biasa. Maka dari itu, Alleta sedikit merias dirinya agar terlihat rapi dihadapan Zean. Alleta mengerjap-ngerjapkan matanya sebentar dan tersenyum sendiri di depan cermin. Memikirkan Zean selalu membuat keadaannya jadi membaik.

Alleta menghela nafas sejenak berusaha mengumpulkan semangat, lalu berjalan menuju dapur untuk menghampiri Tante Lina yang barusan berteriak menyuruh sarapan.

"Pagi Tante," sapa Alleta riang. "Tan, Leta gak keliatan berantakan kan?" tanyanya yang membuat Tante Lina jadi menoleh.

"Enggak," katanya. "Kamu sih, nggak tidur semaleman," ucap Tante Lina sedikit mengomel.

"Ya, habisnya Leta kepikiran terus."

"Ya jangan di pikirin lah. Kita serahin aja semuanya ke polisi. Yang harus kita lakuin adalah berdo'a semoga semuanya di permudah," ucapnya menasehati.

Alleta mengangguk menurut. Kemudian mulai memakan sarapannya. Sedangkan Tante Lina melangkah menuju ruang tamu untuk membuka kunci.

"Lee, ini dia udah datanggg," teriak Tante Lina dari arah ruang tamu membuat Alleta melotot dan hampir tersedak kalau saja seseorang tidak sigap memberikannya air putih untuk minum. Alleta lalu memegang tenggorokannya yang terasa sakit karena memakan nasi tanpa di kunyah barusan.

"Segitu kagetnya elo kedatengan orang ganteng pagi hari begini?"

Alleta melotot mendengar suara orang yang berkata penuh percaya diri barusan. Alleta lalu mendongak dan menatap cowok di hadapannya dengan sinis. "Ngapain lo ke sini?" tanya Alleta selalu saja ketus jika berhadapan dengan Ares.

Ares tersenyum melihat perlakuan Alleta kepadanya. "Pagi-pagi udah sensi aja Mbaak." sindirnya kemudian mendudukkan diri di meja makan dan duduk berhadapan dengan Alleta.

Alleta melipat tangan di dada dengan alis yang tertekuk menandakan tidak suka. "Gue tanya lo ngapain disini?!" tanya Alleta tidak sabar, bahkan volume suaranya sudah meninggi sekarang.

"Lo gak liat? Gue lagi makan nih," sahut Ares santai dengan mulut penuh.

"Siapa suruh l-"

"Tante lo yang nyuruh gue makan. Yaudah gue makan. Kan menolak rezeki itu nggak baik," ucapnya memandang datar Alleta yang terlihat marah saat ini. "Eh, lo nggak makan?" Ares kembali bersuara.

MarshmellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang