-oOo-
Sinar mentari pagi menyambut Zean dengan hangat. Begitupula dengan Zean yang membalas kehangatan itu dengan sebuah senyuman. Senyumnya semakin mengembang ketika ia mengingat kalau ini adalah hari Senin. Dengan cepat ia bangun untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah.
Entah mengapa, baru kali ini Zean merasa sangat senang dan semangat akan hari Senin. Mungkin karena hari ini ia akan kembali menjemput Alleta.
Saking senangnya, Zean yang tidak suka banyak bicara itu mendadak ramah dan menyapa seluruh pekerja di rumahnya dengan sebuah senyuman yang tidak ada hentinya hilang.
Namun ketika ia menuju dapur dan manik matanya bertemu dengan seseorang, senyumnya jadi hilang dan dengan cepat Zean mengalihkan pandangannya. Tidak ingin berlama-lama berpandangan dengan pemilik manik gelap itu.
"Tumben kamu sudah bangun, rajin sekali."
Zean tidak menjawab ucapan orang itu. Zean malah melanjutkan langkahnya dan duduk di meja makan. Saat itu, tiba-tiba saja suasana jadi hening dan penuh ketegangan.
"Ayah tanya kamu. Kenapa kamu malah pergi?"
Zean menatap Ayahnya sekilas tanpa minat, lalu kembali mengalihkan pandangannya. "Memangnya salah kalau Zean bangun pagi?"
"Bukannya salah, justru bagus lah."
"Biasanya juga Zean bangun jam segini kok. Ayah aja yang nggak tahu karena sibuk bekerja."
Pak Aris, ayah Zean menghela nafasnya pelan. Sikap putranya selalu saja sama sejak dulu. Sejak istrinya pergi untuk selamanya. "Zean, sampai kapan kamu akan terus seperti ini pada Ayah? Memangnya apa salah Ayah?"
Zean beralih menatap Ayahnya intens. "Kenapa Ayah malah tanya Zean? Bukannya Ayah juga sudah tahu jawabannya?"
"Ini takdir, Zean. Kamu harus bisa menerimanya. Kejadian itu juga sudah sangat lama. Kapan kamu bisa memaafkan Ayah?"
Zean terkekeh pelan lalu bangkit dari duduknya. Namun sebelum melangkah, Zean kembali berbicara tanpa menatap lawan bicaranya sedikit pun. "Sampai Bunda kembali," ucapnya singkat lalu beranjak menuju kamarnya untuk membawa tas, dan berangkat ke sekolah.
***
Seperti pengumuman atas kemenangannya beberapa hari lalu, profesi Zean sekarang adalah menjadi tukang ojek Alleta saat berangkat dan pulang sekolah.
Saat ini Zean sedang berada di depan pagar rumah Alleta. Sedang menunggu gadis itu dan mengajaknya berangkat bersama ke sekolah.
Alleta menyelipkan ponselnya di antara telinga dan juga bahunya. Sedangkan kedua tangannya sedang sibuk mengunci pintu rumah.
"Iya Tante, aku nggak papa. Jadinya kapan Tante pulang? Oke deh, sampai nanti Tante, bye." Alleta mematikan ponselnya.
Alleta baru saja akan memasukkan ponselnya ke dalam tas, namun gerakkannya jadi terhenti ketika matanya menangkap kehadiran seorang cowok yang sedang menyender pada sebuah motor hitam besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marshmellow
Teen FictionAlleta Maheswari, gadis dingin pecinta marshmellow, dan penanti pelangi. Kepribadiannya yang sulit di tebak, dan kemampuan bersosialisasinya yang buruk membuat gadis itu sulit untuk di dekati orang lain. Alleta tidak suka keramaian, dan tak sudi me...