Chapter 9

159 12 0
                                    

Viana masih memeluk tubuh cowok tersebut.

Setelah beberapa saat Viana menangis, akhirnya ia melepas pelukannya.

"Hey, udah jangan nangis, ada gue disini vi" ujar cowok tersebut.

Viana menatap intens cowok yang ada didepannya.

Viana bingung, bingung karna kenapa cowok ini tau namanya? Terus kok dia sok akrab? Dia kenal gue dari mana? Astaga tadi gue peluk dia. Malu bat.

"Vi" panggil cowok itu lagi.

"Eh, i-iya?" Viana sedikit terkejut karna panggilan cowok tsb.

"Lo pasti bingungkan gue siapa?" Tanya cowok tersebut sembari melipat tangannya didepan dada bidangnya.

Viana mengangguk.

"Hahha.. via via.. jadi benee lo lupa sama gue?" Ujar cowok tersebut. Viana semakin bingung.

"Gue juna vi, juna abian sahabat kecil lo" jelas juna sembari memasukkan tangannya kesaku celana jins nya.

Viana masih diam, ia mengingat-ingat kenangan masa kecilnya.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Mata Viana langsung berbinar, ia tak percaya bisa bertemu lagi dengan sahabat kecilnya itu.

"jujun?" Tanya Viana antusias ia memang memanggil juna dengan sebutan jujun.

Juna yang tadinya senyum kembali memaparkan wajah datarnya.

"Ternyata masih sama aja panggilan buat gue, jujun? Tapi gak papa anggap aja jadi panggilan sayang. Terus tadi makasih udah peluk gue" oceh juna sembari melirik Viana yang menganga dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh juna.

Viana memukul lengan juna.

"Dasar modus" tukas Viana.

Juna tertawa lepas sampai.

"Udah malem Vi, kita pulang yu? Besok pasti lo ke sekolah kan? Gue anterin" ajak juna.

Viana mengangguk lalu tiba-tiba tangannya ditarik oleh juna untuk menuju mobil milik juna.

Flashback on.

Disebuah rumah pohon ada dua orang anak laki-laki dan perempuan, mereka sedang menikmati suasana senja dari atas rumah pohon milik mereka berdua. Yang sengaja dibuatkan oleh orang tua mereka.

Dan ya. Mereka adalah juna kecil dan Viana kecil. Mengapa begitu karna mereka masih berumur 10 dan 11 tahun.

"Jun, kamu beneran mau pindah?" Tanya Viana tanpa menoleh ke arah juna.

"Hmm maaf Vi, aku harus pindah, sebenarnya jujur aku gak mau ikut umi sama abi ke london.. tapi...." juna menggantungkan kata-katanya ia tertunduk. Viana pun menoleh.

"Tapi apa jun?" Tanya Viana.

"kalo aku gak ikut sama mereka umi bakal sedih, dan aku gak mau itu terjadi" jelas juna suaranya mulai serak matanya pun merah sepertinya dia menahan tangis.

Viana menghembuskan nafasnya. Viana gak mau juna ninggalin dia sendiri disini, tapi viana juga gak bisa maksain juna untuk tetap tinggal.

sedih? Sudah pasti dirasakan oleh keduanya. Bagaimana tidak? Mereka sudah bersahabat sejak lahir. Ya orang tua mereka adalah sahabat karib sejak SD jadi tak heran jika juna dan Viana juga bersahabat.

Rumah mereka bersebelahan jadi bisa kebayang kan bagaimana dekatnya mereka.

"Hmm.. kalo kamu pindah, aku gak ada temen lagi dong, terus aku main sama siapa? Siapa yang jagain aku kalo lagi disekolah? Siapa yang nemenin aku jajan dikantin? Siapa yang ada buat aku kalo aku lagi nangis? Siapa lagi yang bak nemenin aku kalo lagi ngerjain PR?" Itulah pertanyaan Viana pada juna yang semakin membuat juna nggan untul ikut pindah bersama orang tuanya.

Tentang Hati (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang