Chapter 16

120 7 2
                                    

Malam sudah berganti pagi.
Bulan tergantikan oleh matahari. Ya walaupun matahari masih nggan untuk menampakkan dirinya dilangit.

Meskipun begitu tidak membuat semangat seorang cewek untuk bersiap-siap pergi kesekolaha.

Nova. Dia adalah Nova aurelia.

Ia sedang duduk didepan meja riasnya. Sudah hampir lima belas menit dia berkutik dengan alat make up nya.

Sesekali ia bersenandung pelan.

"Gue harus keliatan cantik, biar rasya suka sama gue" gumamnya sembari memoles bibirnya dengan lip blam.

"Oke udah cantik" seru nova.

Lalu ia meraih tas dan ponselnya di atas king size nya.
.
.
.
.
.
Viana turun dari lantai dua kamarnya menuju meja makan.

Disana sudah ada dito abangnya yang sedang mengoles selai pada roti tawar.

"Pagi abang" sapa viana

"Juga, duduk dulu vi. Sarapan sekalian abang juga mau ngomong" sahut dito

Viana hanya menganggukkan kepalanya. Toh dia juga tau apa yang mau diomongin abangnya.

"Tadi malem kemana?"

"Bener kan?" Batin viana

"Vi"

"Eh, mm.. itu bang viana pergi ke taman gak terlalu jauh kok sama mini market nya" jelas viana

"Abang gak suka adik abang bohong"

Viana menundukkam kepalanya.

"Maaf bang, karna udah buat abang khawatir. Tadi malem viana emang ke taman bang, tapi disana viana gak sengaja ketemu rasya"

"Jauhin dia"

Viana mendongakkan kepalanya menatap wajah abangnya.

"Kenapa bang?"

"Masih mau tanya kenapa? Emang kamu gak inget dulu rasya maki-maki kamu, terus dia juga punya hubungan sama nova kan sepupunya laras? Terus--"

"Tunggu tunggu, maksudnya bang dito.. nova sepupunya laras? Gak mungkin bang"

"Terserah kalo kamu gak percaya, intinya jauhin rasya"

"Tapi bang-"

"Abang brangkat"

Viana menundukkan kepalanya, ia tidak habis fikir kenapa dito kekeh mau dia jauh dengan rasya.

Apa dito tidak tau kalo viana
Suka dengan rasya. Walaupun rasya udah bikin viana sakit hati tapi.. entahlah.

"Eh tapi tunggu tadi bang dito bilang nova sepupunya laras? Mending gue tanya laras aja deh"
.
.
.
.
.
.
Laras sedang berjalan dengan santai menyusuri koridor yang masih lumayan sepi.
Sesekali ia tersenyum menanggapi sapaaan dari para adik kelasnya.

Tiba-tiba ponselnya bergetar dan tertera nama satria disana. dengan cepat laras menekan tombol hijau disana.

"Halo?"

"Lagi dimana?"

"Udah disekolah, kenapa emang?"

"Sini ke kantin, sarapan. Pasti kamu belum sarapan kan?"

"Hmm yaudah aku kesana sekarang. Kamu tunggu ya"

"Oke"

Laras pun memasukkan ponselnya ke saku rok nya kembali.

Lalu ia menuju kantin untuk menemui satria.

"pagii" sapa laras setelah sudah sampai ditempat yang diduduki satria.

"Juga. duduk pesanannya sebentar lagi sampe kok"

Laras menganggukkan kepalanya.

Disisi lain deniya mengepalkan tangannya. Matanya memerah karna membendung air matanya yang siap mengalir.

Puk.

Seseorang menepuk bahu deniya dari belakang. Deniya menoleh ternyata arya.

"jangan diliat"

"Kenapa? Gue kecewa ar sama laras ternyata dia nusuk gue dari belakang"

"Terus mau masih bertahan sama satria?"

"Gue gak tau"

"Terserah lo den"

Lalu arya meninggalkan deniya sendirian ditempat itu.
.
.
.
.
.
.
Hari ini tepatnya hari pemberitahuan nilai ujian nasional bagi seluruh siswa kelas XII.

Semuanya berkumpul di aula tempat pertunjukkan seni milik SMA budi kusuma yang cukup luas.

Viana sedang duduk di bersama teman-temannya dibangku-bangku yang telah disediakan oleh pihak panitia sekolah.

"Pagi girl" sapa agam

Viana yang tengah tertawa bersama deniya dan aulia pun terhenti.

"Eh kalian. Sini gabung" ajak viana

"Ke pantai yok, sekalian liat sunset" ajak miko sembari memainkan alisnya.

"Boleh. Kapan?"

"Hari ini. Bisa?" Itu arya

"Oke" sahut viana dkk.

"Btw laras mana?" Tanya miko

Dan membuat wajah deniya keruh

"Bisa gak usah sebut nama dia didepan gue?"

"Kenap--"

"jijik gue"

Perlu kalian tahu ya.. deniya sudah menceritakan kejadiab dikantin waktu itu pada viana dan aulia.

viana dan aulia tidak menyangka jika laras kayak gitu.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

"Yaudah sih. Jan pada serius mukanya. Takut gue liatnya" celetuk aulia

"Aduhh sayang kamu gak usah takut. Ada bang agam disini" sahut agam

"Gue takut karna liat muka lo yang sok imut itu. Jijik tau gak" sahut aulia

Arya dan miko saling melirik begitupun viana dan deniya.

Dan.. tawa mereka pecah menertawai wajah agam yang kelihatan bete.

"Jahat lo"






Segini dulu deh yah?😁

jan lupa votment😉
Biar aku tambah semangat buat upp.

Oke bye bye👋💖

Tentang Hati (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang