Chapter 14

128 11 0
                                    

Juna tengah bingung mencari keberadaan viana. Ia tak tahu harus mencari viana kemana. Ia sudah menelfon tapi ponsel viana tidak bisa dihubungi.

Juna juga sudah menghubungi dito, kakak viana, tapi dito juga tidak tahu.

"Vi, lo dimana sih?!" Ucap juna yang mulai frustasi mencari viana. Pasalnya ini sudah malam.

"gue suruh lo tunggu didepan malah ngilang, gue pusing nih" gerutu juna lagi

Tadi sore selepas dari pemakaman juna dan viana mampir ke sebuah mini market karna viana minta dibelikan soft drink

Juna menyuruh viana tunggu diluar mini market. Tapi setelah juna keluar ia tidak mendapati viana disana.

Juna fikir viana ada didalam mobil tapi sama saja hasilnya nihil, viana tidak ada didalam mobil.

Ia mencoba nunggu viana disitu tapi tidak ada tanda viana sampai pukul 7 malam. Juna duduk dikorsi panjang depan mini market.

Juna gelisah sudah 2 jam ia menunggu tapi viana tak menampakkan batang hidungnya. Juna berusaha berfikir positif, semoga viana tidak apa-apa.

Selang beberapa menit kakinya menginjak sesuatu, juna meraih ponsel tersebut.
Juna mengenali ponsel yang kini tengah ia pegang. Ponsel viana.

Ia mencoba menghidupkan ponsel itu namun tak kunjung menyala.

Otaknya berfikir untuk menelfon para sahabat viana.
.
.
.
.
.
dan disinilah viana, disebuah taman yang gelap sepi dan sunyi hanya suara hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Air mata viana lagi lagi mengalir ke pipi halusnya.

"Mah pah, kalian sedang apa?" Lirih viana

"Viana pengen nyusul kalian" lirih viana lagi.

"Gue gak suka sama ucapan lo barusan"

Deg.

Viana mendengar suara yang sangat familiar ditelinganya itu. Rasya.

"Ngapain lo disini" tukas viana tanpa memandang wajah rasya

Rasya menghembuskan nafasnya. Tanpa persetujuan dari viana, rasya langsung duduk di sebelah viana.

"Segitu benci nya lo sama gue vi? Apa udah gak ada lagi kata maaf buat gue? Plis vi kasih gue kesempatan. Oke gue minta maaf tentang kejadian beberapa bulan yang lalu, gue bener bener nyesel vi" lirih rasya

Tanpa sadar air mata viana kembali mengalir, ia membuang pandangannya ke arah lain, viana tak ingin rasya melihatnya menangis.

"Udah rasy, cukup buat gue hancur, lagian lo gak kasian apa sama nova? Dia kan pacar lo kasian nova kalo dia sampai kalo lo lagi disini sama gue" ujar viana sembari memberi senyuman. Lebih tepatnya senyuman terpaksa.

Hening...

Rasya dan viana hanyut dalam fikirannya masing masing.

Tiba tiba viana teringat juna. Ahh.. viana kamu ko pikun sih udah tau juna nungguin kamu. Pasti dia masih ada disana.

"Bego vi, lo bego!" Gerutu viana

Rasya yang tadinya melamun mendadak tersentak karna viana menghentak hentakkan kakinya ke tanah.

"Lo kenapa vi?"

"Gak!"
.
.
.
.
.
.
Satria mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia takut bahwa ponsel yang ditemukan juna adalah milik seorang yang dia sayangi.

Satria sudah sampai disebuah rumah yang cukup mewah, cat rumah tersebut berdominan warna putih.

Tanpa ba bi bu satria langsung mengetok pintu rumah.

Tok tok tok..

Selang beberapa menit pintu pun terbuka.

"Satria?" Ucap seorang perempuan yang membukakan pintu

"Kamu baik-baik aja kan yang?" Tanya satria

"Aku baik, kamu kok aneh sih yang? Ada apa?, yaudah mending kamu masuk dulu"

Satria menganggukkan kepalanya.

"Sekarang kamu cerita sama aku, kamu kenapa?"

Satria menceritakan semuanya, tentang viana hilang, juna menemukan sebuah ponsel dan bagaimana paniknya ia pada seseorang tersebut.

"Terus?"

"Ya aku kira itu handphon punya kamu, makanya aku langsung kesini"

"Hhaha.. kamu ada ada aja, ya gak mungkin lah aku kaya gitu"

"Plis kamu jangan macem macem yah, nanti rencana kita gagal"

Dan orang itu hanya menganggukkan kepalanya.

"Beruntung banget gue bisa jadi pacarnya satria, walaupun jadi yang nomor 2 setidaknya gue yang paling diprioritasin" Batin orang tersebut. Ya dia cewek.

Kira-kira siapa yah cewek nya??😆

Jan lupa votment😁💖

Tentang Hati (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang