Aulia berjalan dengan santai menyusuri koridor sekolah yang tampak sepi. Jelas saja bel pulang sekolah sudah berbunyi dari lima belas menit yang lalu.
Sahabat sahabatnya pun sudah pulang.
Aulia kesal dan sekarang ia sedang mengerutuki dirinya sendiri. Ia tidak abis fikir ponselnya bisa tertinggal diperpustakaan.
Ah... mungkin aulia lupa membawanya tadi setelah mengerjakan tugas dari pak wildan.
"Untung nih hp masih ada, kalo ilang, bisa abis gue"
"Lagian bisa bisanya sih lo sampe ketinggalan diperpus, bikin susah orang aja tau gak" gerutu aulia pada ponselnya.
Ia pun menuju parkiran yang tampak sepi juga, cuman ada mobil beberapa guru.
Ia pun membuka pintu mobil tapi tiba tiba ada seseorang yang mencekal lengannya.
Aulia menoleh dan mendapati rasya yang sedang menatapnya.
"Rasya?"
"Ul, gue mau ngomong sama lo soal viana"
Aulia langsung menepis tangan rasya.
"Gak ada yang perlu diomongin, sahabat gue udah cukup sakit hati karna lo" ucap aulia tanpa menoleh ke arah rasya.
Rasya menghembuskan nafasnya.
"Ul gue mohon, beri gue kesempatan buat memperbaiki hubungan gue sama viana, gue mohon ul" pinta rasya.
Aulia menoleh.
"Udah cukup ya rasy! Lo udah bikin sahabat gue sakit hati. Lagian apa lo bilang?! Mau memperbaiki semuanya?! Gak salah?! Bukannya lo udah punya cewek? Tega lo ya mau bikin viana jadi nomor 2, dan lo juga mau viana dibilang PHO sama orang-orang? Otak lo dimana rasy?! Sumpah yah gue gak habis fikir sama pemikiran lo" ujar aulia, ia langsung masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya keluar parkiran sekolah.
Ditempat itu masih ada rasya yang berdiri mematung.
Ucapan aulia memang benar, tapi ia tidak benar-benar mencintai nova.
.
.
.
.
.
.
Ditempat lain Viana sedang berada ditempat yang sepi, sunyi dan tenang. Hembusan angin yang menerpa wajah viana tidak membuat viana untuk pergi dari sana."Mah, pah. Via kangen sama kalian, kalian tahu, viana sengsara tanpa kalian. Viana ngrasa kesepian" lirih viana air matanya mengalir.
Ia teringat kebersamaan keluarganya. Dulu semuanya masih ada, slalu berkumpul bersama. bahagia rasanya.
Tapi sekarang, semuanya sudah berubah, kedua orang tuanya sudah tiada. Memang sih masih ada kakak laki-lakinya namun kakaknya itu. Ralat, dito sering keluar kota karna dito sudah bekerja sekarang untuk memenuhi kebutuhan adiknya.
Dito sering keluar kota kadang juga sampa berhari-hari disana. Jadi tak heran jika viana sangat sangat merasa kesepian.
Hidup viana benar benar berubah 180 derajat.
"Vi" panggil seseorang yang suaranya sangat familliar di telinga viana
"Jujun?, kamu ngapain disini?" Tanya viana
"Gue nyari lo, dan gue pikir lo kesini jadi yaudah"
"Gue kangen mamah sama papah jun"
Juna menghembuskan nafasnya.
"Vi, lo gak boleh sedih, kedua orang tua lo pasti sedih liat lo kaya gini"
"Mendingan kita pulang yu" ajak juna.
Dan hanya dibalas anggukkan oleh viana.
.
.
.
.
.
.
Rasya sedang melamun di balkon kamarnya. Ntahlah fikirannya selalu tentang bagaimana cara mengakhiri hubungannya dengan nova.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Hati (COMPLETED)
Teen Fiction~ Judul sebelumnya "VIANA" tapi sengaja aku ganti menjadi "Tentang hati" ⚠WARNINGG!!⚠ Cerita ini aku buat pas aku belum pandai merangkai kata-kata dan kalimat. jadi maaf kalau ceritanya sedikit agak acakadul. Tapi cerita ini murni karya aku sendiri...