8 | Kopi Susu

513 48 0
                                    

8. Kopi Susu

"Rahel, kopi susu itu enak. Tapi lo gue itu nggak mungkin banget ya?"

**

Rahel membuka pintu kamarnya, ia berniat pergi ke minimarket karena stok kopinya habis. Rahel butuh kopi setiap malam untuk menenangkan pikirannya, yang membuat ia tidur larut malam dan mengantuk di sekolahan.

Pertama yang dilihatnya, Bunda dan pak Aditya sedang makan malam. Tanpa mengajak Rahel. Di dekat pak Aditya duduk manis seorang lelaki, selalu dengan muka datarnya, Rahen. Lelaki itu mau tidak mau menyuapkan nasi ke mulutnya, bisa Rahel tebak ia pasti dipaksa makan malam oleh papa.

Ketika Rahel menuruni tangga, tiga pasang mata itu menoleh. Membuat ragu Rahel melanjutkan langkahnya.

"Mau kemana? Makan dulu sini, Rahel." kata papa mengajaknya bergabung membuat Rahel tersenyum miris. Selalu saja seperti ini, terlupakan. Atau memang tidak dianggap ada.

"Rahel makan dulu, Nak." Bundanya juga mengajaknya, suara lembut perempuan itu yang tidak bisa Rahel tolak.

Rahel duduk begitu saja disamping bundanya. Gadis ber-blazer hijau tua itu menuangkan sop lalu segera memakannya. Ia mengabaikan tatapan Rahen yang mulai risih dengan kehadirannya.

"Kamu mau kemana?" tanya pak Aditya. Jika Rahel mengabaikan tata krama, ia tidak mungkin akan menjawab pertanyaan itu.

"Minimarket, Pa." seperti biasa, singkat.

Diliriknya pak Aditya manggut-manggut, "Uang sekolah masih kan?"

"Masih, Pa."

"Kalau butuh apa-apa minta aja sama Papa, atau bunda mu. Jangan malu malu." kata papa, Rahel tidak terbiasa memanggil papa, bahkan dulu saat pertama tinggal ia memanggil pak Aditya dengan panggilan 'Om'.

"Iya." Rahel segera menyelesaikan makannya, kemudian berpamitan keluar. Menyisakan tiga orang yang masih menikmati makanan masing-masing, bahkan Rahel saja tidak nyaman disana. Apa bunda juga merasakan apa yang Rahel rasakan sekarang?

**

Minimarket langganan Rahel memang hampir tidak pernah sepi saat Rahel datang mengunjungi. Segera ia melesat menuju rak kopi-kopian. Mengambil beberapa botol kopi untuk stok dirumah, lalu tidak lupa permen karet favoritnya harus ada.

Rahel menuju kasir, membayar secepatnya dan keluar dari ruangan berpendingin itu. Trotoar kebetulan sedang sepi, jadi Rahel bisa duduk disana. Dengan posisi berjongkok.

Di parkiran minimarket, seorang memarkirkan motornya. Kemudian masuk ke dalam dan keluar lagi sambil menyedot susu indomilk. Cowok itu juga membawa satu plastik berisi enam botol susu indomilk untuk persediaan dirumah. Siapa lagi kalau bukan Arka?

"Itu cewek emang bakat banget ya jadi gembel?" gumam Arka berkacak pinggang mengamati Rahel dari kejauhan.

"Jadi pacar gue aja kali ya." Seperti orang gila, Arka bicara sendiri di parkiran minimarket itu. Susunya sudah habis, dan ia membuang botol itu pada kotak sampah di dekatnya.

"Rahel." panggilnya pelan berhasil membuat gadis itu menoleh padanya.

Arka menghampiri Rahel, duduk disamping cewek itu.
Seperti biasa, Rahel hanya cuek. Tidak menanggapi Arka berlebihan.

"Cuek amat sih. Lagi beli stok kopi nih?" tanya Arka melirik plastik putih disamping Rahel.

"Sama dong, gue juga beli susu. Buat stok dirumah." cengirnya dengan wajah pede sekali, padahal Rahel tidak menggubrisnya sedikit pun.

"Lo ngapain sih duduk di sini, jongkok lagi. Di pinggir trotoar lagi. Kayak gembel." kata Arka yang hampir membuat Rahel tertawa tapi ditahannya.

Baru kali ini ia diajak bercanda, dan menurutnya ia perlu mengapresiasi Arka karena berhasil membuat Rahel akan tertawa tapi ditahannya.

"Gak sih, masa gembel cantik gini." ujarnya lagi membuat pipi Rahel memias.

Rahel hanya menunduk, menahan agar jantungnya tidak hilang kendali. Meneguk habis kopinya, dan melemparnya ke kotak sampah.

Arka memiringkan kepalanya, menatap wajah Rahel dari samping. "Emang cowok tipe elo tuh yang kayak gimana?" tanya Arka sengaja ingin tau.

Rahel diam, kenapa juga Arka tiba-tiba bertanya hal itu?

"Apa harus se-ganteng Abra dulu baru bisa buat elo respon pertanyaan gue? Atau harus se-receh Alee? Atau-"

Arka meringis pelan mendapati tatapan datar Rahel ke arahnya, "Iya maap, gue cuma nanya doang kok. Nggak dijawab juga nggak pa-pa." ujar Arka akhirnya.

Rahel kembali menatap depan, mengabaikan Arka yang kasak-kusuk menggaruk tengkuknya.

"Gue balik aja kali ya, disini kayak ngomong sendiri." kata Arka bersiap beranjak karena Rahel memang diam saja dari tadi. Dalam hati Arka berharap ada reaksi dari cewek itu.

Arka berjalan mulai menjauhi Rahel, tapi belum ada reaksi dari cewek itu. Bayangan kalian para readers, Rahel tetap di posisi berjongkok dan tanpa memandang kepergian Arka.

"Arka." suara serak itu terdengar menggelikan sekali di telinga Arka. Sudut bibir cowok itu tertarik ke atas.

"Apa?"

"Belanjaan lo ketinggalan." Rahel berdiri sambil menenteng plastik berisi susu indomilk itu. Dan Arka mendengus, kesal sendiri dengan sifat pelupanya.

"Ada lo sih jadi gue lupa." Arka meraih plastik itu, dengan tersenyum lebar.

"Hm." Rahel hanya mengangguk singkat.

"Mau pulang? Bareng gue aja." tawar Arka, dalam hatinya setengah berharap.

"Rumah gue deket." jawab Rahel singkat.

"Ya nanti kan gue ajak muterin Jakarta dulu biar jauh." balas Arka enteng, Rahel benar-benar ingin tersenyum geli mendengar itu.

Arka yang kali ini mengenakan sweater hitam dan jeans selutut, keren banget. Mungkin jika yang ditawari pulang itu Selly dan Yonna sudah pingsan ditempat. Tapi ini Rahel, perempuan rapuh yang melindungi diri dengan sikap dinginnya. Maaf, meleleh itu sama sekali sulit bagi Rahel.

Bahkan, waktu untuk menikmati bahagia yang sebenarnya itu Rahel lupa caranya.

"Gue sendiri aja."

"Yaudah gue nggak maksa, hati hati." Arka berbalik dan melangkah menuju parkiran. Sebelum itu ia tersenyum tulus ke arah Rahel, dan sepertinya berhasil meluluhkan kedua mata Rahel. Arka tau cewek itu tertegun.

"Rahel, kopi susu itu enak. Tapi lo gue itu nggak mungkin banget ya?"












































**




Rahen Rahel [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang