25. Pancing, Kena!"Sok-sokan cuek, padahal juga kangen." -Rahelia Daisy
**
Arez memandangi Arka di sebelahnya, wajah Arka agak pucat bahkan saat pelajaran berlangsung pemuda itu berkali-kali mendapat teguran guru karena ketahuan tidur.
"Sana ke UKS manja banget disini," ujar Arez mendekatkan diri berkata lirih ke Arka yang masih malas mengangkat kepalanya.
"Gue gak papa, lebay lo," jawab Arka cuek kemudian mengalihkan wajah membelakangi Arez.
Arez melempar tatapan ke Irfan, dan cowok berhidung mancung itu hanya mengedikkan bahu, tanda tidak tau. Keenan juga sama, malah cowok itu mencibir ke Arka dan Arez bahkan tidak mengerti sekalipun.
"Gue beliin makan apa gimana? Cih. udah kayak emak emak gue ngomong gini." kata Arez geli sendiri.
"Gak usah," ucap Arka masih diposisi menelungkup meja.
"NOH RA! MINTA DI ELUS ELUS LAGI SAKIT NIH ARKANYA -- AW ARGH!!" Arez yang mendapat tendangan dari Arka meringis pelan.
Sedangkan Rahel menoleh ke Arka sepenuhnya, sampai pandangan keduanya sempat bertemu tapi Arka memutuskan dahulu. Seperti biasanya.
Satu per satu anak kelas keluar untuk menonton pertandingan basket antar SMA (jam kosong) , hanya menyisakan Keenan, Arka dan Rahel di pojok belakang.
Keenan gemas sendiri melihat keduanya,sampai akhirnya cowok jangkung itu keluar kelas dan menyisakan mereka berdua.
Arka bahkan sama sekali tak menatap Rahel dan masih menenggelamkan kepalanya di tumpukan kedua tangan, malah membelakangi Rahel. Dengan ragu Rahel melangkah mendekat, kemudian mendengar deruan nafas Arka tenang. Pemuda itu tertidur lelap.
Rahel semakin mendekat, ia mengambil alih tempat duduk Arez. Jantungnya berdegup kencang melihat wajah tampan Arka sedekat ini, sampai tangan kanan Rahel menyentuh kening pemuda itu dan merasakan hawa panas disana. Arka benar-benar sakit.
Arka mengerjap, merasakan sentuhan tangan Rahel di keningnya. Memandang sosok di depannya dengan agak terkejut.
"Ngapain?" tanya Arka masih berusaha mengumpulkan nyawanya. Rahel tersenyum kecil, merasa canggung.
Rahel membasahi bibir bawahnya, "Kalau sakit ke UKS aja." katanya lembut.
"Gue nggak sakit." ujar Arka melempar pandangannya ke arah pintu. Sementara Rahel menghela nafas, mencoba bersabar.
Emang gini ya rasanya dicuekin? Apa-apa jadi bingung sendiri.
"Nggak usah sok kuat." balas Rahel mendadak jutek, dibuat kesal dengan sikap Arka. Diam-diam Arka merasakan ada yang menjalar hangat ketika Rahel perhatian seperti ini.
"Udah ayo ke UKS." Tangan Rahel menyentuh lengan Arka, menariknya pelan. Dan Arka tidak melakukan penolakan sedikitpun.
Keduanya sampai di UKS, meskipun di koridor tadi sempat menerima tatapan sinis dan penuh tanya dari siswa-siswa. Rahel tak sedikitpun menggubris, lagi pula yang mereka konsumsi hanya berita gosip dan bukan faktanya.
Arka duduk di tepi ranjang, penjaga UKS bernama mbak Tiyas memberikan segelas teh hangat untuk Arka, menaruhnya di meja kecil dekat ranjang. Kemudian mbak Tiyas lanjut menonton basket di lapangan.
Rahel membuka kotak obat, mencari obat penurun panas disana. "Udah makan?" tanyanya membuat Arka menoleh.
"Belum." jawab Arka jujur.
"Gue beliin dulu, abis itu minum obat." ujar Rahel. Arka hanya bisa diam, membiarkan gadis itu keluar. Arka jadi bingung sendiri, perhatian Rahel itu sulit ia tepis.
Gimana nggak tambah sayang kalau dia perhatian gini?
Sosok gadis berwajah cantik itu kembali muncul, sambil membawa bungkusan berisi makanan. "Dimakan dulu," ujar Rahel.
Arka menyuapkan dua sendok makanan ke dalam mulut sambil melirik Rahel yang duduk di seberangnya memainkan ponsel.
Rahel mendongak, menatap Arka kemudian ke arah makanannya. "Cuma sedikit?"
"Yang penting makan, udah sini mana obatnya?" Arka mengulurkan tangan, meminta obat kepada Rahel.
Rahel berjalan mendekat, memberikan obat itu dan beralih memegang segelas teh hangat.
"Makasih." kata Arka lalu menyenderkan tubuhnya ke dinding belakangnya.
"Masih marah?" tanya Rahel hati-hati.
"Gue lagi sakit. Nggak usah bahas itu." jawab Arka membuat Rahel mencibir.
"Dih, katanya nggak sakit." balas Rahel dengan melirik kesal Arka.
"Kenapa lo peduli?" Arka memandang Rahel di sampingnya.
"Emangnya kenapa?" Rahel bertanya balik.
"Urus aja tuh pacar Lo," ujar Arka menjadi sinis, Rahel mendelik ke arah pemuda itu.
"Pacar? Siapa?"
Arka berdecak, "Sok polos," ujar Arka membuang muka.
Rahel menipiskan bibir, "Rahen maksud Lo?"
"Siapa lagi, yang dateng bareng tiap pagi." kata Arka masih tak mau menatap Rahel.
Rahel mengulum bibirnya, menahan senyum. "Kenapa? Cemburu?" ujarnya pelan.
Sontak Arka menegakkan tubuhnya, kenapa ia merasakan berdebar saat Rahel bertanya seperti itu.
"Nggak. Siapa juga." balas Arka tak mau mengaku.
Ya, iyalah anjir. Siapa yang nggak cemburu. Lo kira gue main-main?
Rahel memutar bola mata jengah, masih muak dengan sandiwara cowok di depannya ini. "Oh gitu, kenapa emang kalau gue punya pacar?"
Ini kenapa Rahel jadi gini sih?
Arka diam, "Gue cuma nanya, gak usah kepedean lo," ujar Arka melirik sinis Rahel.
"Kemarin dia nembak gue, belum gue terima juga," ujar Rahel sengaja memancing, dia sudah mati-matian menahan senyumnya.
Arka mulai tidak tenang, hatinya terasa nyeri sedikit. Tapi pemuda itu berlagak seperti biasa, seperti tidak terusik sama sekali.
Rahel melanjutkan katanya lagi, "Nanti gue bakal jawab," ujarnya.
Arka menatap lekat gadis di depannya, tatapannya tajam ke arah Rahel. "Lo bakal jawab apa?" tanya Arka.
"Ya gue terimalah," balas Rahel enteng, gadis itu bersedekap dan bersandar di dinding.
"Emang Lo suka sama dia?" Arka mendelik sinis ke arah Rahel.
"Enggak sih,"
"Lo tolak aja," ucap Arke membuat Rahel merasa ada getaran hebat di sekujur tubuhnya, perutnya tiba-tiba mules sesaat.
"Emang kenapa?" sanggah Rahel.
"Kan lo nggak suka," balas Arka logis.
"Gue bisa buka hati buat dia." ujar Rahel seenaknya dan membuat Arka semakin khawatir.
Tiba-tiba Arka turun dari ranjang, membuat tubuh pemuda itu berhadapan dengan Rahel. Tangan kanannya menahan lengan Rahel, menatap lekat cewek itu.
"Susah banget sih dibilangin. Gue bilang tolak ya tolak aja," ujar Arka kesal. Mata tajam cowok itu mengunci pandangan Rahel, sedangkan Rahel sibuk menguasai diri.
Rahel menepis tangan Arka, "Kenapa sih emang?"
Arka terdiam sesaat, merunduk kemudian menatap Rahel lagi. Kedua jantung berbeda pemilik itu sama-sama meledak tidak karuan.
Arka membasahi bibir bawahnya, masih menatap Rahel. Tapi kini sudah tidak lagi dengan tatapan tajam, melainkan tatapan melunak.
"Gue suka sama Lo." ujar Arka.
Dan Rahel takut kali ini jantungya berhenti berdetak.
**
Ngempet akuu mau cry!
PUAS KALIAN HAH?! PUASSSSSS
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahen Rahel [COMPLETED]✓
Fantasía"Yaudah, ayo jadian lagi." "Ha?" "Ayo jadian." [2019 - 2020]