31 | Sadar

619 39 0
                                    

31. Sadar

"Seharusnya aku lebih bisa mendengar penjelasan daripada menuruti egoku sendiri."

**

Gerimis menyerbu parkiran rumah sakit. Membuat seorang pemuda berjaket navy itu berlari kecil ke lobi rumah sakit. Sedikit mengibaskan rambutnya yang basah karena air hujan. Berjalan menuju koridor ruang ICCU.

Matanya langsung menangkap sosok pemuda berambut agak lebat itu duduk di kursi tunggu.

"Gimana Rahel?" tanya Rahen, nada bicaranya lebih bersahabat tidak dingin seperti sebelumnya.

Arka mendongak, tersenyum kecil. Berdiri dan langsung merangkul Rahen, menepuk pelan punggung cowok itu. Rahen terdiam sampai Arka mengurai rangkulannya.

"Rahel sadar. Baru aja, dokter lagi ngecek keadaannya. Kalo udah dipastikan baik kita bisa jenguk," kata Arka menjelaskan dengan kedua bibir yang terus melengkung tersenyum.

Rahen terharu, kemudian pintu ruang ICCU dibuka. Muncul seorang dokter laki-laki yang dulu menangani Rahel pertama kali. Rahen dan Arka segera melesat menghampiri dokter itu.

"Adik saya gimana, Dok?" tanya Rahen cepat dengan nada cemas disana.

Dokter itu tersenyum, "Kamu kakaknya?" tanya dokter itu dan Rahen mengangguk.

"Pasien sudah sadar. Boleh dijenguk tapi jangan ditanya macam macam. Daya ingatnya masih lemah." ucap dokter itu membuat Rahen ataupun Arka sama-sama terdiam.

Bunda dan pak Aditya terlihat tergopoh dari arah parkiran belakang. Segera menghampiri tiga manusia itu di depan ruang ICCU.

"Bunda Ayah. Rahel sadar." ucap Rahen segera menghambur memeluk kedua orang tuanya itu, tidak bisa dipungkiri mereka sangat bahagia sekarang. Arka disana tersenyum kecil merasa canggung.

"Apa kami boleh masuk, Dok?" tanya Bunda setelah Rahen melepas pelukannya.

"Boleh. Tapi seperti pesan saya tadi, jangan ditanya macam macam dulu. Itu bisa membuat pasien pusing karena berat berpikir." jawab dokter mengulang kalimatnya.

Bunda tersenyum kecil, kemudian masuk ke dalam ruang ICCU disusul pak Aditya, Rahen dan Arka.

Melihat Rahel sedang terbaring dengan perawat di sampingnya yang baru saja mengecek kesehatannya. Perawat itu tersenyum kecil mempersilakan, setelah itu menghilang dari balik pintu kaca.

"Rahel, Nak." panggil bunda sambil melangkah pelan mendekat ke tepi ranjang rumah sakit.

Rahel menoleh, terlihat mengerjap pelan kemudian memegangi sebentar kepalanya. "Bunda?"

"Ya Allaah. Nak, akhirnya kamu sadar." Bunda memeluk putrinya itu, terlihat disana bunda menangis.

"Papa." panggil Rahel pelan dan pak Aditya mendekat, menggenggam erat tangan Rahel.

Seorang wanita muda masuk mengenakan jas dokter membuat mereka menolehkan kepala, "Permisi, keluarga dari pasien Rahelia Daisy?" tanya dokter itu memastikan.

"Iya, Dok." jawab pak Aditya mendekat.

"Mari ke ruangan saya sebentar. Ada yang perlu sedikit dijelaskan walaupun pasien sudah sadar." ucapnya lagi.

Pak Aditya segera keluar setelah berpamit sebentar dengan Rahel, juga bunda yang terlihat berat beranjak karena masih ingin memeluk putrinya yang baru sadar itu.

Rahen dan Arka berdiri agak jauh dari ranjang Rahel. Arka mengarahkan matanya menyuruh Rahen mendekat, Rahen menurut saja melangkah pelan menuju Rahel.

Rahen Rahel [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang