24 | Labrakan

458 45 1
                                    

24. Labrakan

"Selamat memainkan peran dan tersiksa dengan pilihan yang lo buat sendiri. Bersandiwara diatas kesalahpahaman yang menolak untuk diluruskan."
-Keenan Abrandon

**

Jalanan jakarta seperti biasa disetiap paginya selalu macet, kini Rahel harus berangkat lebih pagi. Sebenarnya ia berniat membawa mobilnya tetapi memilih naik bus seperti biasa, itung-itung nostalgia.

Eh, apa?

Ulangi. Nostalgia.

"Nggak!" tolak Rahel memegang kepalanya. Tiba-tiba otaknya memutar memori lama dengan Arka. Ini sudah lebih dari dua minggu Arka menjauhinya dan itu terasa tidak biasa bagi Rahel.

"Bareng gue." Sebuah tangan menarik lengannya mengagetkan Rahel yang sedang melamun.

"Lepas!" tolaknya Rahel dingin seperti biasa.

"Nggak, lo bareng gue," cowok itu masih bersikeras menarik lengan Rahel keluar rumah.

Dengan sekuat tenaga Rahel membanting tangan cowok itu, membuatnya mengaduh kesakitan. Rahen lupa, gadis ini atlit karate Nusa Bakti.

"Gue nggak mau bareng lo," ujar Rahel.

"Gue gendong lo," kata Rahen tak hilang akal membuat Rahel membelalakkan mata, tidak segan-segan ia jika mau menghabisi cowok didepannya ini.

"Gak peduli," ucap Rahel hendak melangkah keluar gerbang dan tiba-tiba kerah baju belakangnya ditarik Rahen. Rahel merasa tercekik sekarang.

"Lo apaan sih?!"

"Udah gue bilang, lo bareng gue," ujar Rahen, ia mendorong tubuh cewek itu masuk ke dalam mobil.

Kemudian Rahen mengitari mobilnya dan duduk di kursi kemudi. Terpaksa Rahel menjatuhkan badannya di kursi mobil.

"Seatbelt," kata Rahen yang diacuhkan Rahel, gadis itu hanya diam saja.

Rahen membuangkan nafas kasar, kemudian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju Nusa Bakti.

**

Mendadak IPA dua gempar dengan kedatangan seorang kutub es selatan bersama most wanted-nya anak IPA, Bara Rahenda.

"Njir, Via kemanaaaa?!" Bella semakin histeris ketika memastikan cewek yang keluar dari mobil Rahen adalah Rahel.

"Rahel sama Rahen?!" pekik Yonna yang buru-buru memelototkan matanya, seolah tatapan tidak percaya.

"Gitu aja heboh." seru Alee sambil melangkah memasuki gerbang.

"ANJIR ANJIR ANJIR RAHEL KUUUUU!" suara Arsen memenuhi ruangan.

"Kenapa sih lo masih pagi koar koar, kepedesen indomie apa?" ujar Irfan hampir saja menabok mulut Arsen dengan buku.

"Rahen datang sama Rahel, aku mau cry!" ujar Arsen dengan lebay.

Arka mengrenyit sebentar kemudian berdiri, melirik tajam Arsen dan tidak ada sorot kebohongan dari kedua mata yang ditutupi kacamata itu.

Irfan menggigit bibir bawahnya ketika melihat tangan Arka mengepal kuat. Irfan tau, Arka sedang mati-matian menahan emosi.

Sedangkan Keenan seperti Abrandon yang biasanya, santai. Membiarkan Arka tersiksa memainkan peran yang dipilihnya, bersandiwara di atas kesalahpahaman yang menolak untuk diluruskan.

"Brengsek." ucap Arka kemudian menggebrak meja kencang.

Irfan terlonjak kaget dan kelepasan mengumpat, Arka sudah keluar kelas dengan api berkobar di ubun-ubun.

Rahen Rahel [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang