29 | Klarifikasi

545 43 2
                                    

29. Klarifikasi

**

Dokter yang baru saja mengecek keadaan Rahel siang ini meminta pak Aditya dan bunda ikut ke ruangannya.

Arka hanya menghembuskan nafas kasar, pikirannya tidak bisa tenang. Rahel masih terbaring lemah di dalam sana, dengan selang-selang yang membantu pernafasan. Juga perban yang terpasang memutar di kepalanya.

Rahen dan Arka sama sekali tidak pulang, mereka berdua tetap di rumah sakit. Alee dan Diki juga baru datang, dua cowok itu pamit pulang pagi tadi.

Mereka berempat sama-sama hening, tidak mau mengganggu satu sama lain. Suara langkah membuat mereka menolehkan kepala, muncul sosok gadis dengan jaket denim masuk ke ruang tunggu ICU. Dia adalah Via.

"Ngapain Lo kesini?!" ujar Rahen seketika berdiri, cowok itu seolah tidak mengharapkan kehadiran Via. Via jadi mengrenyit dan menghentikan langkahnya.

"Rahen," panggil Via pelan, bermaksud menenangkan cowok itu.

"Apa?! Kenapa Lo nyakitin adik gue?!" tembak langsung Rahen membuat Diki, Arka dan Alee sama-sama curiga.

Via tergagap pelan, "Ma-maksut kamu apa? Rahel adik kamu?" tanya Via bingung.

"Kenapa? Baru tau?" Rahen tersenyum sinis, masih menatap tajam wajah gadis yang hampir menangis itu.

"Rahen, aku nggak-"

"Sekarang Lo pergi. Gue udah tau semuanya. Lo sengaja nabrak Rahel kan?! Lo benci sama dia kan?!" potong Rahen cepat.

Via mengambil nafas, "Rahen, aku nggak tau maksud kamu apa nuduh aku kayak gitu. Aku juga nggak tau kalau Rahel itu adik kamu." ungkap Via tapi Rahen tidak mau mendengar apapun dari cewek itu.

"Kalau semisal Lo tau, Lo nggak bakal lakuin ini? Iya?!" ujar Rahen, marah.

Via kehilangan kata-kata sekarang, perempuan itu meremas ujung jaketnya. Air matanya sudah lirih deras di pipi.

"Rahen, dengerin aku dulu." Via mencoba meraih lengan Rahen.

Pemuda dengan cepat menangkis tangan Via, membuat Via meringis pelan, "Apa lagi? Udah jelas kan Lo nabrak Rahel? Gue aja liat mobil Lo di tempat kejadian."

"Enggak, Hen. Enggak, bukan aku yang ngelakuin itu," ucap Via mengelak.

"Lo beruntung karena gue nggak lapor polisi kasus ini. Lo pikir gue nggak punya barang bukti?" Rahen menaikkan alisnya.

"Maksut kamu-"

"Via." ini suara Lean yang baru datang. Semua yang disana menoleh, tersadar ada beberapa anak kelas ikut datang bersama Lean. Mereka sama-sama ternganga, mendengar dari awal percakapan antara Via dan Rahen.

"Mobil merah di tempat kejadian itu mobil elo kan?" tanya Lean seolah menyudutkan. Tapi bukan itu maksut Lean, tapi cowok itu hendak mengklarifikasi.

"Iya." jawab Via lirih, nada bicaranya terdengar pasrah.

"Menurut saksi mata, mobil yang nabrak Rahel itu mirip mobil elo," kata Lean lagi, membuat beberapa disana saling pandang.

"Tapi, Yan. Gue nggak nabrak Rahel." bantah Via, mencoba memandang satu per satu anak kelas yang menatap iba ke arahnya.

"Lo pergi dan jangan pernah muncul di hidup gue lagi. Jangan harap gue percaya sama kata kata Lo tadi," ujar Rahen mempersilakan gadis itu, dan Via hanya menatap kecewa dengan berlinang air mata.

"Oh ya, gue lupa. Kita putus," ucap Rahen lagi. Via tanpa berbalik segera berlari keluar rumah sakit, tidak bisa membendung air matanya lagi.

Rahen mengacak rambutnya, cowok itu tambah kacau sekarang. Lean yang melihat sahabatnya itu tidak bisa berbuat apapun.

Emosi cowok itu suka menyala tiba-tiba dan surut mereda. Rahen selalu ingat gadis di masa lalunya ketika dia marah, hanya Lean satu-satunya teman yang tau tentang itu.

Walaupun Rahen terlihat kasar, terlihat seperti penguasa, batin cowok itu juga tersiksa.

Kemarin Rahen seperti terombang-ambing tak tau arah, dan kini Rahen menyesal. Lengkap sudah hidup cowok itu, tersadar ketika semua sudah terlambat.

Kalau masih ada kesempatan pun, Rahen akan mengucap maaf dan mempersilakan Rahel menghukumnya sepuas gadis itu.

"Makan dulu, Hen," ujar Lean tapi Rahen tak menyahut sedikitpun. Lean menghela nafas pelan, cowok itu menatap Nina di samping Keenan.

Nina adalah satu-satunya cewek yang ada disana, gadis itu memaksa ikut bersama Keenan, Lean juga Alee.

Nina jadi geram dengan keadaan, kotak makan di tangan Lean disaut gadis itu. Nina berjalan mendekati Rahen, berjongkok di depan Rahen yang menekuk lutut.

"Lo mau mati apa gimana?" ujar gadis itu galak. Rahen masih tak bergeming.

Lean ingin menahan Nina, jaga-jaga kalau Rahen meluapkan emosi pada cewek itu. Tapi Keenan menahannya, membiarkan gadis itu membujuk Rahen.

"Rahel disana berjuang, lo nungguin dia kan? Kalau lo sakit, lo nggak mungkin bisa disini jagain dia lagi," ujar Rahel lagi.

"Makan dulu, nggak usah manja jadi cowok," kata Nina membuat Rahen mendongak menatap gadis itu.

Keenan berjalan mendekat, "Apa mau gue yang suapin?" ujar cowok itu membuat Rahen terkekeh kecil.

Lean menghela nafas lega, kini tinggal Arka yang belum mau beranjak dari tempat. Alee masih merengkuh bahu cowok itu.

Rahen mengambil kotak makan itu, membawanya keluar rumah sakit. Lean ikut dengan cowok itu, jaga-jaga kalau terjadi apa-apa.

"Lo juga nggak mau makan?" ujar Nina berdiri di depan Arka yang duduk di lantai rumah sakit.

"Mau manja juga?" ujar Nina lagi, geram. Arka mendesis kesal ke arah cewek itu.

"Apa mau gue suapin?" tanya Nina bermaksud menggoda, gadis itu hanya ingin mencairkan suasana.

"Gue bisa makan sendiri," balas Arka dingin dan menyaut kotak makan yang dibawa Nina.

Nina mengedikkan bahu, "Jagain orang sakit jangan sampai ikutan sakit," kata Nina kemudian.

Alee benar-benar kagum dengan Nina. Gadis itu memang pemberani, selain galak juga perhatian. Pantas aja banyak yang suka. Sedangkan Keenan tersenyum kecil disana memandang Nina yang berkacak pinggang menyuruh Arka makan.

Nina terlihat seperti ibu-ibu yang menyuruh anaknya yang bandel makan. Sedangkan Arka menurut saja, melahap makanan karena sejak tadi malam perutnya tak berisi secuil nasi.

"Gue bangga jadi temen dia," ucap Alee pada Keenan yang sama-sama memandang Nina.

Keenan mengangguk setuju, Nina adalah gadis penakluk. Semua orang akan segan pada gadis itu.

Siapa nggak suka gadis seperti Nina?



















**

Yang buat kalian suka sama cerita ini apa?

Rahen Rahel [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang